Di tengah makin defisitnya kejujuran di negeri +62 ini, kehadiran Bulan Suci Ramadhan, sudah sepatutnya disambut dengan gegap gembita agar dapat mengurangi perilaku yang secara kasat mata dilihat masyarakat awal sebagai bentuk ketidakjujuran.
Karena momentum Ramadhan ini, merupakan kesempatan emas, agar kita semua bisa kembali kepada fitrah kita.
Baca Juga: Resep Kue Lapis Singkong, Sekali Makan Langsung Ketagihan
Kita singkirkan topeng-topeng duniawi, flexing, hedonis, dan segala macam. Karena pada akhirnya kita akan sampai sebuah kesadaran itu, setidaknya ketika kita terpaksa disadarkan oleh Allah.
Alhamdulillah kita sudah berada di hari keempat puasa Ramadhan, apakah kita sudah merasakan bahagia dan makin merasa tenang, dan tergugah hati kita untuk kembali kepada kejujuran yang hakiki?
Tentu yang bisa menjawab adalah kita sendiri, bukan orang lain. Karena itulah, redaksi “la’allakum tattaqûn” dalam QS. Al-Baqarah (2): 183, itu menggunakan kata kerja sedang atau akan datang. Para ulama menyebutkan, fi’il mudhari’ itu menunjukkan adanya istimrâr al-tajaddud atau kesinambungan untuk memperbaharui.