Network
Hasto menyebutkan, rendahnya angka tersebut dipengaruhi oleh faktor yang membawa dampak berulang dalam sirkulasi kehidupan.
Contohnya, adanya perkawinan dini yang menyebabkan putus sekolah, rendahnya literasi, kualitas pendidikan yang rendah, hingga adanya stunting.
“Literasi kita juga rendah, kualitas kita untuk high skill atau kemampuan-kemampuan yang tinggi dalam hal teknologi juga masih dikatakan tertinggal,” kata Hasto.
Selain itu, masalah kesehatan orang tua pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas anak.
Baca Juga: Plaza MINI Buka Showroom di Jakarta Selatan, Hadirkan MINI Cafe untuk Para Pelanggan
Misalnya saja anemia pada calon ibu, Angka Kematian Ibu (AKI) yang diiringi dengan pola pemilihan makanan instan bagi anak akan menyebabkan sel-sel otak anak tidak berkembang secara maksimal.
Maka dari itu, Pemerintah memiliki target menjadikan manusia Indonesia lebih unggul, berbudaya, dan menguasai bidang IPTEK pada tahun 2045.
Ekonomi negara juga dirancang untuk lebih maju dan berkelanjutan, melakukan pembangunan merata dan inklusif di seluruh penjuru negeri.
Baca Juga: Lyodra Nyanyikan Lagu Sang Dewi di AAA 2022, Berikut Lirik Lagunya!
Hasto menambahkan, syarat untuk membangun manusia yang berkualitas tidak terlepas dari aspek peningkatan kemampuan, ekonomi, juga akses kesehatan, sehingga setiap anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal.***
