Romo Joko Gatotkaca: Zaman Akhir, Banyak yang Sudah Kehilangan Adat Sopan Santun dan Tatakrama

- 1 Juni 2023, 22:36 WIB
Pertunjukkan Pagelaran Ringgit Purwo malam Jumat Wage-nan itu diawali dengan penyerahan tokoh wayang kulit Ki Lurah Semar Bodronoyo dari Ki Romo Joko Gatotkaca ke dalang Ki Madiyana Guna Carita.
Pertunjukkan Pagelaran Ringgit Purwo malam Jumat Wage-nan itu diawali dengan penyerahan tokoh wayang kulit Ki Lurah Semar Bodronoyo dari Ki Romo Joko Gatotkaca ke dalang Ki Madiyana Guna Carita. /Ali A/

PORTAL PEKALONGAN  - SEMARANG - Sekarang ini, banyak manusia yang sudah mulai kehilangan adat Jawa yang adhiluhung, andhap ashor, sopan santun, dan tata krama. Banyak manusia sekarang yang berani dan menganggap remeh terhadap orang lain atau bahkan kepada orang yang lebih tua. Saat ini banyak manusia yang berani dan menganggap remeh terhadap orang yang semestinya dituakan.

"Kita memasuki zaman akhir. Tatanan masyarakat dan bernegara sudah carut-marut nggak karu-karuan. Itu tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat (wong cilik, wong sedengan, hingga wong gedhe: masyarakat kecil, menengah dan para pengusaha, pejabat, dan penguasa), namun juga sudah di tatanan pemerintahan," tegas Ki Romo Joko Gatotkaca kepada PORTALPEKALONGAN.COM, di sela pagelaran Wayang Kulit atau Ringgit Purwo Racaksari Semarang di Ndalem Joglo Kamardhikan dengan lakon "Tumurune (Turunnya) Wahyu Sang Pamomong" dengan dalang Ki Madiyana Guna Carito asal Mijen, Semarang, Kamis malam, 1 Juni 2023 atau malam Jumat Wage pada penanggalan Jawa.

Baca Juga: PENGUMUMAN! Candi Borobudur Steril Pengunjung Hari Ini, Perhatikan Jamnya

Ki Romo Joko Gantotkaca yang merupakan Pimpinan Padepokan sekaligus Sanggar Wayang Kulit atau Ringgit Purwa Racaksari yang bermarkas di Ndalem Joglo Kamardikan, Jl Candi Prambanan Tengah VI, Kalipancur, Ngaliyan, Semarang, ini mengaku sangat prihatin dengan kondisi carut-marut bangsa dan negara Indonesia seperti saat ini.

Ki Romo Joko Gatotkaca menyitir kalangan netizen yang mengubah Negara Indonesia degan sebutan Negeri Konoha. Ada pula yang menyebut Negara Indonesia dengan sebutan Negeri Wakanda.

Hal itu sebagai bukti pelampiasan kekesalan masyarakat atas keanehan-keanehan dan ketidakadilan yang dilakukan oknum-okum penguasa dan oknum-oknum aparatur negara atau pemerintahan yang sering membuat kebijakan yang tidak prorakyat bahkan menyakiti hati rakyat.

Romo Joko Gatotkaca, Penasihan Sanggar Rancaksari Semarang
Romo Joko Gatotkaca, Penasihan Sanggar Rancaksari Semarang

"Saya sangat sedih dan prihatin dengan tatanan masyarakat dan kenegaraan yang tambah tak karu-karuan. Rakyat kecil sangat menderita. Tak hanya itu lahir budaya saling hujat, saling tuding, saling intip, saling curiga, gontok-gontokan demi mempertahankan pendapatnya masing-masing yang belum tentu benar, dan sebagainya. Itu budaya dari mana datangnya ya kok tiba-tiba ada di tengah-tengah masyarakat kita? Korupsi kalau dulu masih 'kira-kira' masih malu-malu dan jumlah koruptornya tidak banyak, jumlah nominal yang dikorupsi juga tidak banyak, tapi sekarang sungguh menyedihkan."

Baca Juga: KABAR GEMBIRA! Kemenag Buka Pendafataran Program Gelar Beasiswa Indonesia Bangkit 2023, Catat Tanggalnya

Ki Romo Joko Gatotkaca menambahkan, dia sedih dengan kabar aparat Kejagung baru-baru ini mengungkap mega korupsi yang dilakukan seorang menteri aktif. Menteri yang bersangkutan memang sudah ditangkap.

Namun buntutnya, dikabarkan ada dugaan yang korupsi ternyata tidak hanya menteri yang bersangkutan. Ada dugaan sejumlah oknum pejabat partai politik tertentu atau orang-orang yang di lingkungan partai politik tertentu juga ikut menjadi terduga maling uang rakyat.

"Sungguh sedih, konon nilai proyeknya Rp10 triliun, namun yang dikorupsi diduga lebih dari Rp8 triliun. Kalau dulu nilai proyeknya Rp10 miliar, misalnya, yang dikorupsi Rp1 miliar atau Rp2 miliar. Lha sekarang ini justru kebalikan," ujarnya.

Baca Juga: Banjarnegara Kembangkan Agrowisata Berbasis Pertanian untuk Meningkatkan Wistawan dan Ekonomi Lokal

Dia menambahkan, hal ini sungguh menyesakkan dada.

"Saya sungguh merasa sedih, jika kabar yang saya dengar dan saya lihat dari televisi dan media lain itu benar adanya. Bagaimana mereka setega itu terhadap rakyat Indonesia ya, bangsanya sendiri? Para oknum pejabat yang korup atau diduga korup atau diduga maling uang rakyat itu sebenarnya juga tahu bahwa itu adalah sebagian didapat dari uang pajak yang dikumpulkan oleh seluruh rakyat Indonesia."

Baik itu pajak tanah, pajak rumah (PBB), pajak motor, pajak mobil, dan lain-lain.

Ki Joko Gatotkaca juga mengaku heran, saat ini banyak sekali pungutan di negeri ini yang mengatasnamakan pajak.

situasi Pegelaran Wayang Kulit Rancaksari di Ndalem Joglo Kamardhikan Semarang milik Ki Romo Joko Gatotkaca
situasi Pegelaran Wayang Kulit Rancaksari di Ndalem Joglo Kamardhikan Semarang milik Ki Romo Joko Gatotkaca

"Padahal rakyat Indonesia, sebagian besar adalah masyarakat menengah ke bawah atau miskin. Meski miskin, namun rakyat tetap taat membayar pajak. Begitu pajak terkumpul di kas negara, malah dikorupsi atau dimaling oleh oknum pejabat atau oknum penguasa atau oknum wakil rakyat yang tidak bertanggungjawab," ujarnya.

Untuk itu, lanjut Ki Romo Joko Gatotkaca, pada malam Jumat Wage (Ki Romo Joko Gatotkaca lahir Jumat wage) mengadakan pagelaran Ringgit Purwo atau Wayang Kulit Racaksari di Ndalem Joglo Kamardhikan, dengan dalang Ki Madiyana Guna Carita asal Mijen, Semarang yang mengambil lakon atau judul: "Tumurune (Turunnya) Wahyu Sang Pamomong".

Baca Juga: Pemkot Pekalongan Catat Ekspor Produk Kerajinan UMKM Capai Rp35, 7 Miliar Selama Triwulan Pertama

Pertunjukkan Pagelaran Ringgit Purwo malam Jumat Wage-nan itu diawali dengan penyerahan tokoh wayang kulit Ki Lurah Semar Bodronoyo (ayah dari punakawan:Gareng, Petruk, dan Bagong) dari Ki Romo Joko Gatotkaca ke dalang Ki Madiyana Guna Carita. Pertunjukkan atau pementasan Pagelaran Wayang Kulit Racaksari malam Jumat Wage ini dimulai pukul 21.00 WIB dan berakhir pukul 13.00 WIB.

"Kondisi kekinian di masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang kurang baik saat ini, maka kami melakukan pagelaran wayang kulit dengan lakon 'Tumurunnya atau Turunnya Wahyu Sang Pamomong'. Harapannya, Ki Lurah Semar Bodronoyo yang turun dari Khayangan karena sejatinya Semar adalah Dewa yang turun dan hidup ke dunia atau Mayapada, bisa mengembalikan Bangsa Indonesia pada tatanan yang lebih baik, lebih nyaman, dan lebih menenteramkan dan menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Aamiin."

Baca Juga: Super Eksotis, 9 Rekomendasi Wisata Bawah Laut di Jawa Timur, Cocok untuk Lepas Penat

Salah seorang penonton pagelaran wayang kulit di Ndalem Joglo Kamardhikan, yakni Ustadz Imam Muhimam warga Kelurahan Kandri, Gunungpati, Kota Semarang menyatakan salut atas pegelaran wayang kulit.

"Saya amati, di dalam pagelaran wayang kulit itu banyak wulangreh dan pitutur luhur dari cikal bakal dan pendiri Bangsa Indonesia yang adhiluhung, yang bisa dan sebenarnya wajib kita teladani," katanya.

nguri-uri budaya adhiluhung ringgit purwa atau pegelaran wayang kulit di Ndalem Joglo Kamardhikan Semarang milik Ki Romo Joko Gatotkaca
nguri-uri budaya adhiluhung ringgit purwa atau pegelaran wayang kulit di Ndalem Joglo Kamardhikan Semarang milik Ki Romo Joko Gatotkaca

Tak hanya itu, lanjut Imam, dia juga mengaku salut terhadap Ki Romo Joko Gatotkaca yang bisa mengelola kelompok seniman wayang kulit, termasuk para niyaga (penabuh gamelan), sinden (penyanyi di grup wayang kulit atau disebut waranggono) di era moderen seperti ini.

"Saya lihat ki dalang, para niyaga, dan waranggono demikian kompak menyajikan sebuah pegelaran wayang kulit yang apik dan layak ditonton," jelas kiai yang juga pengusaha air minum TDS 0 "Shan-Shan" Gunungpati itu.***

Editor: Ali A

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x