Wali Paidi Episode 5 Dikira Masjidil Haram Ternyata, Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

30 Desember 2021, 14:05 WIB
Ilustrasi Ka'bah dan Masjidil Haram - Wali Paidi Episode 5 Dikira Masjidil Haram Ternyata, Ngaji Laku Padepokan Carang Seket /Konevi/Pexels

PORTAL PEKALONGAN - Kali ini Ngaji Laku Padepokan Carang Seket akan membahas mengenai kisah Wali Paidi, pada episode 5 ini Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket akan menceritakan kisah Wali Paidi dikira Masjidil Haram ternyata..

Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket menceritakan kisah Wali Paidi dikira Masjidil Haram ternyata.. pada episode 5 pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket yang terangkum dalam artikel ini.

Kisah Wali Paidi episode 5 dikira Masjidil Haram ternyata.. selengkapnya terangkum pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kali ini yang diceritakan oleh Den Juneng.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Hakikat Sedulur Papat Limo Pancer

Berikut portalpekalongan.com merangkumnya pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kisah Wali Paidi episode 5, dikira Masjidil Haram ternyata..

Pemuda santri Thoriqot ini hanya diam, tidak berani berkata banyak didepan Wali Paidi, suasana jadi hening, hanya terdengar suara Wali Paidi yang menghisap rokoknya.

“Monggo kopine kang, dan ini rokoknya,“ Wali Paidi menawarkan kopi dan rokok MLD nya.

“Iya terima kasih,” setelah menyeruput kopinya pemuda ini mengeluarkan rokoknya dan menyalakannya.

“Gimana khabarnya mas kyai Mursyid,“ tanya Wali Paidi.

“Alhamdulillah baik-baik saja,“ jawab pemuda ini.

“Nanti sehabis shalat Isya’ kamu dzikir aja di musholla sini, kalau nanti kamu tiba tiba berada di tempat yang asing, kamu baca la haula wala quwwata illa billah 3 kali,“ pesan Wali Paidi.

“Iya, mas Paidi,“ jawab pemuda ini.

Tidak lama kemudian terdengar suara adzan berkumandang, menunjukkan kalau waktu shalat Isya’ telah tiba, tampak 3 orang yang tadi shalat Magrib telah datang.

Setelah berwudlu mereka bertiga masuk ke musholla menunggu Wali Paidi.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Apa Itu Semedi atau Bahasa Baratnya Adalah Meditasi

Wali Paidi berdiri masuk ke dalam musholla dan mempersilahkan pemuda Thoriqoh ini untuk ngimami shalat Isya’, tapi pemuda ini tidak mau.

Wali Paidi akhirnya maju dan dimulailah shalat Isya’ berjamaah, pemuda Thorqoh ini shalat tepat di belakang Wali Paidi.

Jadi pemuda ini dapat mendengar dengan jelas suara Wali Paidi, tapi pemuda ini tidak mau mengulangi kesalahnnya diwaktu shalat Magrib tadi.

Sambil membaca fatihah pemuda ini mulai mengajak hatinya berdzikir Allah.. Allah.. Allah..

Pemuda ini mulai merasakan ketenangan dalam shalatnya, suara hiruk pikuk disekitar musholla mulai hilang.

Suasana menjadi hening yang terdengar hanya suara Wali Paidi dan suara hatinya yang berdzikir, lama kelamaan suara Wali Paidi yang tadinya cemplang dan terdengar tidak bertajwid berubah menjadi sangat merdu dan sangat fasih.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Ilmu Pengasihan Aji Asmoro Wengi

Suara dan bacaan Wali Paidi bagaikan suara dan bacaan imam masjidil haram, setelah mendengar salam barulah pemuda ini seakan tersadar kembali lagi ke dunia.

Setelah membaca wirid seperti pada umumnya Wali Paidi mundur, melaksanakan shalat sunnah dua rokaat, setelah shalat Wali Paidi mendekati pemuda Thoriqoh ini.

“Sampeyan di sini aja, dan mulailah berdzikir seperti yang sampeyan lakukan,“ kata Wali Paidi.

“Iya mas Paidi,“ jawab pemuda ini singkat.

“Ingat pesan saya tadi,“ kata Wali Paidi lagi.

Pemuda ini menggangguk, setelah ke tiga orang yang ikut jamaah tadi keluar, Wali Paidi berdiri mematikan lampu musholla dan ikut keluar, tinggallah pemuda ini sendirian di dalam musholla.

Pemuda Thoriqoh ini lalu duduk bersila, dan memulai membaca fatihah, tawasul kepada kanjeng Nabi Muhammad dan diteruskan tawasul kepada guru gurunya, setelahnya barulah pemuda ini mulai membaca wirid yang selama ini selalu istiqomah ia baca.

Lama kelamaan suasana mulai berubah, angin yang tadinya menghembus sepoi sepoi berubah menjadi kencang.

Satu persatu benda benda yang berada di dalam musholla mulai hilang satu persatu, bahkan dirinya juga terasa ikut hilang.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Ustadz Nur Abidin: Mantra Wulan Tumanggal

Beriringan dengan hilangnya tubuh pemuda ini, tampak di pengimaman ada cahaya putih yang kecil, hanya cahaya ini yang tampak karena semuanya telah hilang dalam pandangan mata pemuda ini,

Dan dengan sayup sayup mulailah terdengar suara orang yg berlalu-lalang membaca ta’bir dan tahmid.

Cahaya yang tadinya kecil mulai membesar dan teranglah seluruhnya, dan tampaklah dengan jelas di depan pemuda ini bangunan segi empat yang tertutup kain hitam yang disekelilingnya terlihat banyak orang yang berjalan mengitarinya.

Masya Allah ternyata pemuda ini telah berada di Makkah, di dalam Masjidil Haram.

Pemuda ini membathin, benarkah aku ini sekarang berada di Masijidil Haram, timbul keraguan di dalam hati pemuda ini.

Dengan perlahan dia meletakkan tangannya di atas marmer masjid, ada sesuatu yang hangat yang mengalir ke tangannya.

“Ini marmer sungguhan,“ batin pemuda ini lagi.

Lalu pemuda ini berdiri melihat lalu lalang orang orang yang sedang berthowaf, ratusan ribu orang berjubel jadi satu dengan pakaian putih saling bersahutan memuji Allah.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Mengenal Ki Ageng Karang Lo dan Silsilah Lengkapnya

Pemuda ini lalu teringat dengan pesan Wali Paidi, kemudian duduklah pemuda ini dan mulai membaca “la haula wala quwwata illa billah”

Ketika bacaannya sampai ke bacaan yang ke tiga, datanglah angin yang sangat kencang, bumi Makkah serasa bergoncang, seakan kena gempa.

Dan tanpa bisa dicegah tubuh pemuda Thoriqoh ini terguling guling, suasana menjadi gelap, tubuhnya baru terhenti ketika menabrak sesuatu.

Berangsur angsur suasana menjadi tenang kembali, pemuda ini mulai membuka matanya, betapa kaget dirinya, ternyata dia sekarang berada diatas tumpukkan sampah.

Tempat yang tadinya dikira Masjidil Haram ternyata tempat pembuangan sampah. Bersambung.

Itulah kisah Wali Paidi episode 5 dikira Masjidil Haram ternyata.. yang diceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket. Semoga bermanfaat.***

Editor: Dimas Diyan Pradikta

Sumber: Padepokan Carang Seket

Tags

Terkini

Terpopuler