Menuai Polemik, Wahana Ngopi In The Sky Akhirnya Ditutup Pemerintah DIY, Ini Alasannya ....

7 Januari 2022, 09:48 WIB
Dengan alasan untuk keselamatan wisatawan, Pemerintah DIY akhirnya mengambil langkah antisipasi secara tegas, yaitu menghentikan operasional wahana Ngopi In The Sky. /Kupass.com


PORTAL PEKALONGAN - Ngopi in The Sky adalah wahana baru di objek wisata Teras Kaca Pantai Nguluran, Kalurahan Girikarto, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Wahana Ngopi in The Sky belum lama dibuka untuk umum, dan langsung menjadi viral. Banyak wisatawan yang punya nyali berada di ketinggian berani mencoba tantangan naik wahana Ngopi in The Sky.

Wahana Ngopi in The Sky berupa gondola yang diangkat dengan crane hingga ketinggian 40 meter. Jadi para wisatawan yang naik wahana ini bisa merasakan sensasi berada di langit, bahkan bisa sambil menikmati kopi.

Baca Juga: Jadwal Acara RTV Hari Ini Jumat 7 Januari 2022, Saksikan Kamen Rider Zero One, Oddbods, hingga BoBoiBoy Galaxy

Wahana Ngopi in The Sky memang muncul dari ide kreatif dari pengelola objek wisata Teras Kaca Pantai Nguluran. Namun, keberadaan wahana ini juga langsung menuai polemik dari banyak pihak.

Faktor keamanan menjadi salah satu sumber polemik. Sebab crane yang fungsi sebenarnya untuk mengangkut barang, tapi disalahgunakan untuk mengangkut manusia dengan ketinggian mencapai 40 meter. Jika terjadi kecelakaan tentu saja bisa berakibat fatal.

Menanggapi munculnya polemik wahana Ngopi in The Skyu, Pemerintah DIY akhirnya mengambil langkah antisipasi secara tegas, yaitu menghentikan operasional wahana Ngopi In The Sky.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari Ini Jumat 7 Januari 2022, Ada Film Magic Hour, Indonesian Simple, dan Dari Jendela SMP

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji mengungkapkan, meski ide dan kreativitas pengelola wahana Ngopi in The Sky sangat bagus dan kreatif, namun aspek keselamatan menjadi poin utama yang harus dipatuhi.

"Keselamatan dan kenyamanan wisatawan harus kita jamin supaya kita tetap bisa dipercaya sebagai penyelenggara destinasi wisata yang nyaman dan aman," kata Aji, seperti dikutip Portalpekalongan.com dari Antaranews.com, Jumat 7 Januari 2022.

Aji menuturkan dari hasil pemeriksaan, diketahui crane yang digunakan pengelola adalah alat yang disewa dari luar kota. Untuk itu perlu dilakukan pengecekan, termasuk asal-usul dan izin operasional alat itu sesuai denan fungsinya.

Baca Juga: Jadwal Acara MNC TV Hari Ini Jumat 7 Januari 2022, Saksikan Bedah Rumah Lagi, Cafe DMD, hingga Bunga Desa

"Informasi yang kami terima, penggunaan crane itu belum ada izin, penggunaannya tidak sesuai dengan spesifikasi barang itu tentu ini juga harus ada yang menjamin keselamatannya," ujar dia.

Penghentian operasional alat itu, menurut Aji, merupakan salah satu upaya Pemda DIY menjamin keamanan para wisatawan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahajo mengatakan selain penggunaan alat yang tidak tepat, lokasi wahana yang berada di bibir pantai juga sangat riskan bagi keselamatan wisatawan.

Menurut dia, posisi di tepi pantai mengakibatkan tingkat korosi yang tinggi akibat angin laut yang membawa kadar garam yang tinggi.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans 7 Jumat 7 Januari 2022, Saksikan Si Bolang Bocah Petualang hingga Lapor Pak!

Aspek kepemilikan sertifikat CHSE pelaku wisata itu, kata dia, sangat penting untuk dikantongi lebih dahulu.

"SDM yang mengoperasionalkan harus bersertifikat juga, harus punya lisensi khusus. Ini semua harus dipenuhi, kalau tidak ya sebaiknya dihentikan, karena kalau terjadi kecelakaan akan menimbulkan multiplayer effect yang luar biasa," ujar Singgih.

Keputusan Pemerintah DIY menghentikan wahana Ngopi in The Sky juga mendapat respons positif dari banyak pihak. Termasuk pakar telematika Roy Suryo mendukung kebijakan tersebut.

Baca Juga: Jadwal Acara TransTV Jumat 7 Januari 2022, Saksikan Bioskop TransTV Mad Max Fury Road hingga Only The Brave

"Seharusnya ditutup selamanya karena sudah banyak accident di luar negeri yang mirip-mirip wahana tersebut, apalagi di Gunungkidul. Menggunakan alat-alat crane yang sama sekali di bawah standar,” tegas Roy Suryo.***

Editor: Ali A

Sumber: Sumber-sumber Lain Antaranews.com

Tags

Terkini

Terpopuler