Pernikahan Agung, Kisah Wali Paidi Episode 55 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

- 20 Januari 2022, 18:05 WIB
Ilustrasi pernikahan - Pernikahan Agung, Kisah Wali Paidi Episode 55 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket
Ilustrasi pernikahan - Pernikahan Agung, Kisah Wali Paidi Episode 55 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket /Pexels/SplitShire

PORTAL PEKALONGAN - Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kali ini Den Juneng akan menceritaka kisah Wali Paidi episode 55 mengenai Pernikahan Agung.

Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket menceritakan kisah Wali Paidi mengenai Pernikahan Agung pada episode 55 sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket yang terangkum dalam artikel ini.

Berikut portalpekalongan.com merangkumnya pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kisah Wali Paidi episode 55 Pernikahan Agung yang di ceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket selengkapnya.

Baca Juga: Sangkan Paraning Dumadi Sunan Kali Jaga, Kisah Wali Paidi Episode 50 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Ada sebuah gambaran cerita yang bila di baca orang awam ini akan menjadi porno, cerita ini Den Juneng dapatkan dari Wali Paidi.

Persetubuhan itu ibarat sangkar emas, yang diluar ingin masuk, yang didalam ingin keluar.

Itulah peperangan sepasang kelamin dan itu hanyalah kegiatan hawa nafsu tetapi, disahkan oleh agama.

Disebabkan karena persetubuhan itu adalah sebuah simbolis yang menyimpan makna rahasia hakikat hubungan antara Allah dan Muhammad antara dora dan sembada versi ajisaka.

Dalam legenda agama diceritakan bahwa pada mulanya Dia menciptakan adam, lalu diciptakanNya juga hawa.

Anehnya, hawa diciptakan justru dari diri adam itu sendiri bukan berasal dari sesuatu yang diluarnya.

Sebagaimana konon, dunia ini diciptakan juga berasal dari tuhan itu sendiri atau semesta dunia adalah pengejawantahan manifestasi ilahi.

Dengan demikian Adam pun diciptakan dengan posisi berdiri tegak lurus dan ini tidak berlaku pada mahluk lainnya, itu berarti Adam dan Hawa dijadikan sebagai simbol.

Coba perhatikan saja bentuk kemaluan Adam, bukankah berbentuk Alif atau angka satu, tegak lurus, dan kemaluan Hawa berbentuk angka Nol simbol kekosongan yang bersifat mungkin bisa ada, bisa tiada.

Bisa menjadi ada atau menjadi tiada, itu bergantung apakah angka satu itu berdiri dibelakangnya ataukah tidak.

Itulah sebabnya dikatakan, sesungguhnya segala sesuatu yang ada ini bisa menjadi ada dan tiadanya adalah tergantung pada kehendak-Nya..!

Jadi, dengan demikian pernikahan antar sepasang kelamin menjadi jelas itu hanyalah sebuah bentuk simbolisasi.

Atas kebenaran yang menunjukan bahwa, adam yang sebagai simbol Alif ke Esaan ilahiah, dan hawa sebagai simbol Nol kekosongan.

Sehingga Bola dunia semesta haruslah disatukan kembali sebagaimana hawa yang adalah berasal dari Adam, kalau Bahasa Arabnya "Garwo, sigaring nyowo". Begitupun semesta raya yang juga adalah berasal dari-Nya.

Haruslah dinyatakan sebagai bagian dari keutuhan-Nya, ini menjadi semacam perjalanan kembali. innalillahi wa innaillaihi rojiun.

Baca Juga: Ziarah dan Mendoakan Orang yang Sudah Meninggal, Kisah Wali Paidi Episode 49 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Sehingga sang penyeru berpesan, "Datangilah undangan pernikahan..!” Nikah dalam bahasa Indonesia berarti kawin atau bersenggama, bersetubuh, Bahasa Arabnya manunggaling.

Pernikahan dalam pengertian antar sepasang kelamin yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat hanyalah sebuah pernikahan biasa yang bersifat ritual, bisa dilakukan dan dihadiri oleh siapa saja.

Adapun, pernikahan itu dalam pengertian persenggamaan adalah antara Allah dengan Muhammad, inilah yang dikatakan pernikahan agung.

Jadi, undangan pernikahan ini maknanya ialah menghadiri wejangan ilmu asal usul diri untuk menuju pencapaian puncak kesempurnaan makrifat, manunggaling kawulo gusti. Pesan-Nya, “jika kamu telah akil balig dan mampu, menikahlah..!”

Jadi kelompok yang menganggap kebenaran agama hanyalah apa yang tersurat bukan apa yang tersirat disebalik ungkapannya.

Maka memahami pesan kalimat diatas yaitu siapa yang sudah memasuki masa usia dewasa secara biologis dan ia mampu memenuhi baik nafkah lahir maupun nafkah batin.

Dengan pengertian apa saja yang menyangkut kebutuhan hidup termasuk didalamnya, dapatlah dikatakan ia telah memenuhi syarat untuk memasuki pernikahan.

Baca Juga: Kota Gede Makam Raja-Raja Mataram Yogyakarta, Kisah Wali Paidi Episode 48 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Sebab, kewajiban suami adalah disamping mampu membahagiakan keluarga bagi kehidupan dunia, ia juga berkewajiban menyelamatkan keluarganya untuk bisa berbahagia pada kehidupan akherat yaitu, kembali kepada-Nya.

Pertanyaannya, dapatkah seseorang yang belum mencapai “Pernikahan agung“ disebut sebagai orang yang telah memenuhi syarat bagi sebuah pernikahan, sakral?

Jadilah pria sejati, lalu rayakanlah pernikahan agung! tetapi ingat, pernikahan dibatasi hanya boleh dengan empat istri.
Artinya, pernikahan agung hanya akan terwujud hanya jika dirayakan dengan yang awal dan yang akhir, yang lahir dan yang batin! Yaitu, siapa yang senantiasa berada pada wilayah ini akan hidup didalam keheningan.

Cerita ini menarik untuk di baca dan di pahami oleh semua manusia, agar bahagia sejahtera.

Itulah kisah Wali Paidi episode 55 Pernikahan Agung yang diceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket. Semoga bermanfaat.***

Editor: Dimas Diyan Pradikta

Sumber: Padepokan Carang Seket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x