Atikoh berharap di usia ke 72, masyarakat Jawa Tengah makin tumbuh kecintaannya pada budaya. Acara ini, selain untuk melestarikan juga mengenalkan pada anak muda salah satu warisan budaya di Jawa Tengah.
Di momen ini, Atikoh juga mengajak masyarakat terlibat aktif dalam menghadapi krisis yang terjadi. Pandemi yang berangsur-angsur melandai, kata Atikoh, jadi pengalaman untuk lebih baik lagi.
“Jawa Tengah bisa semakin mandiri, ke depan juga masyarakat bisa bergotong royong ikut (berpartisipasi) keluar dari krisis dan pandemi yang dua tahun ini membebani kita. Semua tentu harus bisa antisipasi karena kondisinya memang harus kita mau nggak mau dan suka tidak suka harus kerja keras dan tentu saja gotongroyong,” tandasnya.
Salah satu penari asal Wonosobo, Anin merasa senang bisa turut berpartisipasi dalam acara ini. Rasa haru, bangga dan grogi bercampur dalam benak Anin yang mempersiapkan diri dalam dua hari.
“Rasanya senang, bangga, grogi juga tadi. Ini pengalaman baru,” kata Anin.
Anin yang menari bersama Siti Atikoh juga grogi. Menurutnya, Atikoh tampak luwes mengikuti gerakan tarian. Anin juga senang karena masyarakat yang datang di CFD sangat antusias.
“Ibu tadi luar biasa banget, bisa mengikuti. Terharu bangga karena masyarakat awam bisa ikut serta,” ujarnya.
Senada juga disampaikan Mirza dan Levi, penari asal Parakan, Temanggung. Usai acara keduanya juga jadi sasaran masyarakat untuk bisa berfoto bersama. Mirza senang bisa berpartisipasi dalam HUT Jateng ke 72.
“Senang banget, semangat. Bangga bisa ikut main di sini sama bareng-bareng semua rombongan kesenian dari berbagai daerah,” ujarnya.