Menyongsong Hari Ibu, Dr Nur Khoirin: Waspadai Bangkitnya Kembali Malin Kundang

21 Desember 2021, 07:29 WIB
Menyongsong Hari Ibu Nasional pada 22 Desember 2021, Ketua BP4 Provinsi Jawa Tengah Dr H Nur Khoirin YD MAg mengingatkan sebagai momentum untuk berbakti kepada orang tua, khususnya ibu. /Dok pribadi

PORTAL PEKALONGAN - Setiap tanggal 22 Desember, di Indoensia diperingati sebagai Hari Ibu Nasional, untuk mengenang peristiwa Kongres Perempuan Indonesia yang digelar pada 22-25 Desember 1028 di Yogyakarta.

Kongres Perempuan Indonesia pertama ini dihadiri oleh sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera, yang dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan. Isu yang diangkat adalah pendidikan bagi anak perempuan, perkawinan anak, kawin paksa, poligami liar, dan perceraian secara sewenang-wenang, serta peran perempuan yang hanya menjadi konco wingking (teman belakang).

Gerakan perempuan itu kemudian mendapat dukungan dari presiden pertama RI, Soekarno sehingga menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional melalui Dekrit Presiden RI Nomor 316 Tahun 1953.

Baca Juga: Media Vietnam Puji dan Sanjung Timnas Indonesia, Sebut Kini Tim Terkuat di Asia Tenggara

Menyongsong Hari Ibu Nasional pada 22 Desember 2021, Ketua Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi Jawa Tengah Dr H Nur Khoirin YD MAg memberikan ulasan secara mendalam tentang peran ibu sebagai perempuan dalam kehidupan di luar rumah, dalam kancah pergaulan sosial, politik, ekonomi, berbangsa dan bernegara,dan sebagainya.

Menurut Nur Khoirin, gerakan kesetaraan gender yang diusung oleh berbagai organisasi pemerintah dan swasta saat ini sudah mencapai puncaknya. Bahkan ada yang kebablasan dalam penerapannya, sehingga muncul anekdot populer, ikatan suami takut istri (ISTI), suatu gambaran betapa peran perempuan telah mendominasi segala lini.

"Bukti yang nyata adalah angka perceraian terbesar sekarang ini justru diajukan oleh para istri yang menggugat suaminya, sebanyak 68%, dan sisanya diajukan oleh suami. Persoalan penting yang terlupakan adalah membincang kedudukan ibu sebagai orang tua yang mulai luntur tergerus budaya," ungkap Nur Khoirin.

Nur Khoirin juga menilai sekarang ini mulai luntur penghormatan dan penghargaan anak-anak kepada ibunya.

Baca Juga: Usai Dikunjungi Presiden Jokowi, Kini Para Petani Bawang Putih di Temanggung Dapat Tersenyum Bahagia

"Kisah Malin Kundang si anak durhaka kepada ibunya yang kemudian dikutuk menjadi batu, tidak hanya ada dalam cerita di buku-buku, tetapi menjadi kisah nyata di tengah-tengah kehidupan modern. Kita sering mendengar berita, seorang anak tega menggugat ibunya di pengadilan, anak tega mengusir ibunya dari rumahnya sendiri, anak tega membiarkan ibunya yang sudah tua berjalan menyusuri jalanan yang panas menjajakan daun singkong sekadar untuk bertahan hidup, padahal anaknya berlimpah harta. Anak-anaknya yang sudah kaya hidup di kota, tidak jarang lebih mementingkan burung atau anjing piaraannya yang harganya ratusan juta, daripada menengok ibunya di desa yang sudah renta," ungkap Ketua BP4 Jateng itu.

Nur Khoirin menambahkan, beberapa ibu malah diperdaya untuk menjaga rumah dan momong anaknya, agar lebih ngirit dan tidak perlu biaya.

"Ini barangkali sosok modern dari si Malin Kundang yang durhaka," ungkapnya.

Gambaran suram seorang ibu, lanjut Nur Khoirin, juga sering dipertontonkan oleh peran-peran antagonis dalam sinetron atau film-film kita. Adegan-adegan yang tidak mendidik, seorang anak yang membantah dan membentak ibunya seperti temannya atau bawahannya. Ibunya juga disosokkan tidak berdaya, tidak punya power di hadapan anak-anaknya.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Selasa 21 Desember 2021, Saksikan Love Story The Series hingga Buku Harian Seorang Istri

"Tontonan inilah yang sering menjadi tuntunan, banyak ditiru oleh para penggemarnya. Kedudukan ibu yang mestinya harus ditaati, dihormati, dan bahkan dipuji-puji untuk mendapat ridhanya, sekarang ini menjadi sosok yang biasa dan bukan siapa-siapa," ungkap Nur Khoirin.

Momentum untuk Berbakti

Menurut Nur Khoirin, peringatan Hari Ibu harus menjadi momentum simbol kebaktian seorang anak kepada ibunya. Momentum untuk mengingat kembali jasa-jasa ibu yang tidak terperi, kasih sayangnya yang meliputi kegigihannya yang menghidupi, ketulusannya yang menyinari, kesabarannya yang teruji, pengorbanannya yang dari hati, dan doanya yang tidak putus sepanjang hari.

"Jasa-jasa ibu kepada anaknya sungguh tidak ada kata-kata yang dapat mewakili. Kedudukan seorang ibu yang harus dihormati dan dimuliakan oleh anak-anaknya adalah pandangan dunia, disepakati oleh semua agama dan disetujui oleh semua budaya. Oleh karena itu, peringatan Hari Ibu atau Mother's Day dirayakan oleh hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia, sebagai momentum untuk menghormati dan memuliakan ibu," ungkap Nur Khoirin.

Kedudukan orang tua, lanjut dia, khususnya ibu dalam syari’at Islam sudah sangat jelas. Banyak ayat Al Qur’an yang memerintahkan agar anak-anak birrul walidain (berbakti kepada orang tuanya).

Baca Juga: Jadwal Acara MNC TV Selasa 21 Desember 2021, Saksikan Doraemon The Movie, Cafe DMD, hingga Jin Galunggung

Allah SWT menyandingkan perintah berbakti kepada kedua orangtua dengan perintah bertauhid hanya kepada-Nya (Q.S Al-Isra: 23, Al-Baqarah: 83, Al-An’am: 151, Al-Ahqaf: 15-18)). Anak-anak dilarang keras berkata kasar, uf atau ah, apalagi menyakiti hatinya.
Anak-anak wajib bersikap lemah lembut, merendahkan diri, dan selalu berdoa untuk kedua orang tua (QS. Al Isra: 23-25). Bahkan ketika orang tua berbeda keyakinan dan prinsip sekalipun, anak-anak harus tetap berhubungan dengan baik (QS. Luqman : 14-15).

Khusus mengenai kedudukan seorang ibu, Rasulullah Saw pernah ditanya oleh salah seorang sahabat tentang siapakah orang yang harus dihormati di dunia ini, maka Rasul menjawab, "Ibumu, ibumu, ibumu", baru kemudian "Bapakmu".

"Meskpun perintah untuk berbakti kepada orang tua harus dilakukan sepanjang waktu, tetapi dengan adanya peringatan Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember ini setidaknya menjadi momemtum memperbarui niat dan semangat, menyediakan waktu dan uang saku, agar ibunya ikut senang dan bahagia di sisa-sisa umurnya yang sudah tua," ungkap Nur Khoirin.

Baca Juga: Film Sepeda Presiden Garapan Garin Nugroho Tayang di Bioskop 23 Desember, Simak Dulu Bocoran Kisahnya

Ketua BP4 Jateng ini menambahkan, bakti anak kepada orang tua, khususnya ibu ibarat pantun singkat berikut ini: Beli waloh ke Purwokerto, keridhoan Alloh tergantung wong tuo.***

Editor: Ali A

Tags

Terkini

Terpopuler