Sinopsis Lakon Wayang Kulit Tumurune Wahyu Sang Pamomong, Ki Mediyana: Para Pemimpin Harus Pahami Asta Brata

- 3 Juni 2023, 10:41 WIB
Dalang Ki Madiyana Guna Carita dan tokoh wayang lelananing jagad yang bernama raden Arjuna alias raden Janoko
Dalang Ki Madiyana Guna Carita dan tokoh wayang lelananing jagad yang bernama raden Arjuna alias raden Janoko /Ali A/

 

PORTAL PEKALONGAN - SEMARANG - Kamis malam, atau malam Jumat Wage, 1 Juni 2023, diadakan pagelaran Wayang Kulit Racaksasri Semarang. Wayang kulit atau ringgit purwo Racaksari Semarang itu digelar di Ndalem Joglo Kamardhikan milik Romo Joko Gatotkaca dengan lakon "Tumurune (Turunnya) Wahyu Sang Pamomong" dengan dalang Ki Madiyana asal Mijen, Semarang.

Berikut ini sinopsis lakon "Tumurune Wahyu Sang Pamomong" dalam pagelaran wayang kulit Racaksari dengan dalang Ki Madiyana Guna Carita di Ndalem Joglo Kamardhikan milik Romo Joko Gatotkaca Jl Candi Prambanan Tengah VI, Kalipancur, Ngaliyan, Semarang, Kamis malam (malam Jumat Wage), 1 Juni 2023.

Alkisah. Di Padukuhan Karang Kadempel, di salah satu wilayah Kerajaan Amarta Pura, Ki Lurah Semar Bodronoyo, nampak sedih dan merasa gelisah. sebab, akhir-akhir ini ayah dari punakawan Gareng, Petruk, dan Bagong ini merasakan dunia ini semakin panas.

Budi Sutarso, ketua Paguyuban Sanggar Wayang Kulit Racaksari Semarang
Budi Sutarso, ketua Paguyuban Sanggar Wayang Kulit Racaksari Semarang


Ki Lurah Semar Bodronoyo tidak bisa melihat secara batin sebab ini adalah semua kehendak Allah SWT.

Baca Juga: PSIS Semarang Datangkan Paulo Gali Freitas, Pemain Asal Timor Leste

Tak berapa lama datanglah Hanoman (kera putih) ke Padukuhan Karang Kadempel langsung menuju ke kediaman Ki Lurah Semar Bodronoyo.

Kepada Ki Semar, Hanoman menanyakan mengapa jagad raya ini selalu kena cobaan dari Allah SWT.

Semar menjawab kerena semua pemimpin di jagat raya ini rata-rata tidak memahami ajaran Asta Brata.

situasi Pegelaran Wayang Kulit Rancaksari di Ndalem Joglo Kamardhikan Semarang milik Ki Romo Joko Gatotkaca
situasi Pegelaran Wayang Kulit Rancaksari di Ndalem Joglo Kamardhikan Semarang milik Ki Romo Joko Gatotkaca

Hanoman: Apa it, Asta Brata?

Ki Semar: Asta itu artinya 8 (wolu atau delapan). Adapun Brata itu laku (tirakat)

Kemudian Ki Semar menyuruh anak keduanya, yakni Petruk untuk meminjam pusaka raja Amarta yang bernama Jimat Kalimasada dan Payung Agung Tunggul Naga untuk menyibak pedhut lelimengan yang menggelayut di langit seluruh Kerajaan Amarta.

Namun, sepulang dari Keraton Kerajaan Amarta, ternyata Petruk tidak bawa hasil.

Baca Juga: Pesawat Terbesar Dunia A380-800 Milik Emirates Airlines Mendarat di Bali, Ini Spesifikasinya

"Di sana juga ada Raja Mandura yang bernama Prabu Baladewa. Dia juga mau meminjam pusaka tersebut," jelas Petruk kepada ayahnya, Ki Semar.

Petruk mengaku bahwa dirinya sempat ribut dengan Raja Mandura Prabu Baladewa. Akhirnya Petruk pulang tanpa hasil.

Sebenarnya di kalangan Netizen sudah tersiar kabar bahwa dua pusaka yang akan dipinjam Ki Semar sudah lama hilang dari gedung pusaka Kerajaan Amarta, yang dipimpin Prabu Puntadewa.

Bahkan Prabu Puntadewa sudah mengadakan seyembara. Barang siapa bisa mengembalikan dua pusaka tersebut dialah yang berhak membawa pulang dua pusaka (memiliki) tersebut.

Barang siapa yang diberi amanah memegang (memiliki) dua pusaka Kerajaan Amarta, itu maka dia bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di alam jagad raya. Sebab, itu adalah dua syarakat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Baca Juga: Suyati Penjual Tempe Naik Haji, Menabung selama 20 Tahun Hasilnya Luar Biasa

Pada saat yang sama, Raja Mandura Prabu Baladewa itu ngotot ingin meminjam bahkan meinta paksa kedua pusaka tersebut. Baladewa yang sangat terkenal dengan kesaktiannya dan belum ada yang bisa mengalahkannya, ternyata mlah kemasukan roh dari sang Dasamuka, Raja Alengka Diraja, yang sudah gugur di saat perang melawan Ramayana.

Raja dan Pendita

Baca Juga: Kusir Delman Naik Haji, Ketekunan Menabung Berbuah Manis Meskipun Penghasilan Minim

Dikisahkan di tempat lain, munculah dua sosok. Yang satu adalah seorang raja dan satunya adalah seorang pendita (ulama atau tokoh agama) yang bernama Raja Kalimantoro dan Pandita Tunggul Naga.

Raja Kalimantoro dan Pandita Tunggul Naga itu datang ke Negeri Amarta. Keduanya ternyata ingin menguasai Negara Amarta. Hebatnya di tangan Raja Kalimantor dan Pandita Tunggul Naga, Kerajaan Amarta jatuh atau bisa ditaklukkan.

Di tempat lain, sebelum itu, Prabu Kresna, Raja Dwarawati, bersama Ki Semar datang ke Alang Alang Kumitir meminta sama Dewa Sang Hyang Wenang (Allah SWT) agar supaya dunia ini bebas dari cobaan.

Oleh Sang Hyang Wenang, Ki Lurah Semar dan Prabu Kresna diberi Wahyu yang bernama Wahyu Pamong Sejati untuk Ki Lurah Semar dan Wahyu Pamong Agung untuk Prabu Kresna.

Kemudian Ki Lurah Semar Bodronoyo dan Prabu Kresna turun dari Alang Alang kumitir.

Pesan dari Sang Hyang Wenang agar Raja Kalimantoro dan Pandita Tunggul Naga yang menguasai negara Amarta tersebut tidak dibunuh atau diserang. Malah apapun yang diminta Raja Kalimantoro dan Pandit Tunggul Naga agar dituruti.

Baca Juga: Penjual Sapu Lidi Naik Haji, Hasil Nabung Rp10 Ribu Per Hari, Masyaallah

Seluruh warga Negara Amarta akhirnya pasrah ke Raja Kalimantoro dan Pandita Tunggul Naga tersebut.

Namun tiba-tiba ada keajaiban luar biasa. Raja Kalimantoro dan Pandita Tunggul Naga muksa atau musnah dan menjelma menjadi pusaka Jimat Kalimasada dan Payung Agung Tunggul Naga.

Kejadian itu berkat pesan Sang Hyang Wenang yang diteruskan oleh Prabu Kresna dan Ki Lurah Semar Bodronoyo ke semua lapisan masyarakat. Intinya, dari Lakon "Tumurune Wahyu Sang Pamomong itu, di situasi apapun, di zaman apapun, di era apapun, kita diminta pasrah sama yang Maha Kuasa, Allah SWT. Tapi jangan lupa terus berikhtiar dn kerja keras agar jalan menuju cita-cita dan harapan segera terkabul.***

Editor: Ali A


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x