Unik, Mengapa Orang Dataran Tinggi Dieng Suka Berjemur, Berikut Penjelasan Dalam Pandangan Sosial Budaya

20 Juni 2022, 00:05 WIB
Unik, Mengapa Orang Dataran Tainggi Dieng Suka Berjemur, Berikut Penjelasan Dalam Pandangan Sosial Budaya /Mat Roif/

PORTAL PEKALONGAN - Apakah kamu pernah mengunjungi kawasan wisata dataran tinggi Dieng? Kapan kamu terakhir ke sana? Lalu apa yang kamu lihat di sana?

Dataran tinggi Dieng merupakan salah satu tempat wisata, yang sudah kenal bahkan sampai ke penjuru dunia.

Banyaknya budaya peninggalan prasejarah, maupun objek wisata alami yang ada di dataran tinggi Dieng, membuat tempat tersebut sangat ramai menjadi kunjungan para wisatawan.

Namun tidak hanya dalam sisi itu saja, tradisi masyarakat, ataupun cara hidup masyarakat di kawasan dataran tinggi Dieng, beberapa diantaranya merupakan suatu budaya yang unik.

Baca Juga: Resep MPASI: Bubur Opor Ayam Keju untuk Usia 6-7 Bulan

Salah satu budaya masyarakat dataran tinggi Dieng, yang mungkin jarang kita ketahui adalah tradisi berjemur, atau yang biasa orang Dieng disebut dengan istilah (Kareng).

Kareng atau berjemur ini, merupakan salah satu aktivitas yang wajib dilakukan oleh sebagian besar penduduk di dataran tinggi Dieng.

Secara logika, budaya berjemur ini dilakukan karena melihat kondisi suhu di dataran tinggi Dieng yang tergolong sangat dingin.

Sehingga tak jarang, kita melihat orang-orang penduduk asli dataran tinggi Dieng yang melakukan aktivitas berjemur pada pagi hari.

Baca Juga: Tips Mempermudah Persalinan Secara Alami Menggunakan Minyak Kelapa Murni, Resep Arief Hariana

Namun di lain sisi, budaya berjemur ini tidak hanya untuk sekedar menghangatkan badan saja, melainkan ada beberapa poin-poin yang menyertai dalam kegiatan berjemur masyarakat dataran tinggi Dieng.

Salah satu poin diantaranya yaitu, sebagai bentuk keakraban antar tetangga di dataran tinggi Dieng.

Masyarakat dataran tinggi Dieng biasanya melakukan aktivitas berjemur mulai dari, jam 07.00 pagi saat matahari terbit, sampai pada pukul kurang lebih jam 09.00 pagi.

Setelah itu baru mereka melakukan aktivitas pekerjaan masing-masing, seperti bertani, menjadi pandu wisata, berjualan dan lain-lain.

Baca Juga: Viral! Video Pengemis Menoyor Wanita Sedang Makan, Diduga Inilah Penyebabnya

Pada saat musim penghujan, intensitas cahaya matahari di dataran tinggi Dieng, tergolong sangat jarang.

Apalagi saat memasuki musim penghujan yang disertai dengan angin.

Pada saat musim tersebut, masyarakat dataran tinggi Dieng kebanyakan melakukan aktivitasnya di dalam ruangan.

Dengan menggunakan tungku sebagai pengganti matahari untuk menghangatkan badan.

Baca Juga: Viral! Struk Biaya Nongkrong Anak Jaksel vs Anak Jakut, Lebih Mahal Mana?

Dan pada saat musim kemarau, kondisi suhu di dataran tinggi Dieng tergolong memasuki suhu yang dingin.

Bahkan pada beberapa waktu, suhu di dataran tinggi Dieng pada malam hari bisa mencapai 0 derajat celcius hingga minus.

Sehingga pada saat pagi harinya, yaitu saat matahari terbit, kebanyakan masyarakat dataran tinggi Dieng memanfaatkan sinar matahari sebagai media untuk menghangatkan badan.

Tak jarang kita melihat pemandangan seperti, bapak-bapak, ataupun ibu-ibu, hingga bahkan anak-anak di dataran tinggi Dieng yang melakukan aktivitas berjemur atau karing.

Baca Juga: Sebuah Kendaraan Kebakaran di SPBU, Api Membumbung Tinggi

Dan pada saat itulah obrolan keakraban masyarakat dataran tinggi Dieng terlihat.

Seperti ungkapan dari salah seorang warga di dusun Rejosari, desa Pranten, kecamatan Bawang, kabupaten Batang, dalam wawancara langsung yang dilakukan oleh Portal Pekalongan pada hari sabtu, 18 juni 2022, yaitu bapak Hartono, selaku tokoh masyarakat atau sesepuh di desa tersebut.

Bapak Hartono mengungkapkan, bahwa budaya Kareng ini, merupakan suatu bentuk aktivitas masyarakat untuk menghangatkan badan di sela kondisi dinginnya suhu di dataran tinggi Dieng.

Selain itu, banyak hal yang bisa dilakukan sembari melakukan aktivitas berjemur tersebut, seperti misalnya milah-milah benih tanaman pertanian mereka, ada juga yang sembari berjualan, dan yang paling sering adalah aktivitas obrolan sosial masyarakat.

Baca Juga: Viral! Pengemis Jitak Kepala Pengunjung Rumah Makan, Ekspresinya Bikin Ngakak

Dengan adanya aktivitas obrolan tersebut, masyarakat akan lebih banyak saling memahami antar tetangga, serta di situlah munculnya kepedulian-kepedulian sosial masyarakat.

Tidak hanya itu saja, banyak sekali rencana-rencana pagelaran budaya masyarakat dataran tinggi Dieng, yang tercetus di obrolan saat berjemur.

Tentunya dari aktivitas berjemur tersebut akan menambah keakraban, serta menjunjung nilai-nilai sosial masyarakat dataran tinggi Dieng.

Baik dari pembicaraan seputar pekerjaan, persoalan secara umum, maupun budaya-budaya yang ada di dataran tinggi Dieng.

Baca Juga: 2 Faktor Ini yang Diduga Mempengaruhi Eril Berkepribadian Luhur hingga Sosoknya Didoakan Ulama dan Jutaan Umat

Budaya Kareng, atau berjemur ini, sudah dilakukan cara turun temurun dari zaman dahulu.

Dengan ciri khasnya yaitu berupa jaket tebal, serta sarung yang melekat di badan.

Apakah kamu ingin mengetahui cerita-cerita tentang Dieng? Jika kamu ingin mengetahuinya, maka segeralah berkunjung ke Dieng, dan jangan sungkan untuk mengikuti aktivitas berjemur masyarakat dataran tinggi Dieng.

Dengan hal tersebut kamu akan mendapatkan banyak cerita, serta suasana keakraban masyarakat di dataran tinggi Dieng.***

Editor: Alvin Arifin

Tags

Terkini

Terpopuler