Wali Paidi Episode 3 Gunung Arjuna dan Kisah Korek Api, Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

- 28 Desember 2021, 14:05 WIB
Ilustrasi korek api - Wali Paidi Episode 3 Gunung Arjuna dan Kisah Korek Api, Ngaji Laku Padepokan Carang Seket
Ilustrasi korek api - Wali Paidi Episode 3 Gunung Arjuna dan Kisah Korek Api, Ngaji Laku Padepokan Carang Seket /PIXABAY/raedon

PORTAL PEKALONGAN - Kali ini Ngaji Laku Padepokan Carang Seket akan membahas mengenai kisah Wali Paidi, pada episode 3 ini Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket akan menceritakan kisah Wali Paidi mengenai Gunung Arjuna dan kisah korek api.

Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket menceritakan kisah Wali Paidi mengenai Gunung Arjuna dan kisah korek api pada episode 3 pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket yang terangkum dalam artikel ini.

Kisah Wali Paidi mengenai Gunung Arjuna dan kisah korek api selengkapnya terangkum pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kali ini yang diceritakan oleh Den Juneng.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Manfaat serta Kegunaan Telur Emas Rajah Bertuah

Berikut portalpekalongan.com merangkumnya pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kisah Wali Paidi, Gunung Arjuna dan kisah korek api.

Setelah beberapa hari di Indonesia Wali Paidi ini berencana melakukan suluk nyepi ke gua di Gunung Arjuna sesuai perintah sang sulthonul aulia.

Wali Paidi mulai berkemas untuk berangkat ke Gunung Arjuna. Ber bungkus bungkus rokok sudah disiapkan mulai Dji Sam Soe, Gudang Garam dan Djarum Super sudah lengkap, tidak ketinggalan kopi satu blek juga dibawahnya.

Setelah sampai di kaki Gunung Arjuna Wali Paidi mulai mendaki mencari gua yang dimaksud oleh sang sulthonul aulia.

Pada hari yang ketujuh sejak pendakian Wali Paidi akhirnya menemukan gua tersebut, gua itu mulutnya kecil tertutup ilalang tapi dalamnya luas.

Dipojok kiri ada sumber mata air dan di pojok kanan ada batu yang menyerupai meja yang kemungkinan oleh yang punya gua ini dulu dipakai untuk sholat.

Wali Paidi menaruh barang bawaannya di sebelah batu yang mirip meja tersebut, dan pergi menuju ke mata air untuk mandi dan berwudlu.

Ketika mandi hati Wali Paidi ini dengan sendirinya berzikir dengan cepat dan otomatis, pengetahuan ruhani Wali Paidi semakin bertambah, hatinya berbunga bunga tanpa dapat ia cegah.

Nur bashirohnya semakin terang benderang, setelah berwudlu Wali Paidi ini melakukan sholat di atas batu yang mirip meja itu, beratus ratus rokaat tanpa terasa telah berlalu dan Wali paidi baru sadar ketika terdengar ayam berkokok.

Wali Paidi turun dari batu menuju tempat perbekalannya untuk membuat kopi dan duduk santai sambil merokok, panci sudah di keluarkan dan rokok Dji Sam Soe reefil sudah di siapkan.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Apa Itu Semedi atau Bahasa Baratnya Adalah Meditasi

Tapi alangkah kagetnya Wali Paidi ini ketika mencari korek tidak ada, ia keluarkan semua isi tasnya tapi tetap aja korek tidak ditemukan.

”Wadoh ciloko iki,” Wali Paidi bergumam sendiri.

Dia melihat kopi satu blek yang aromanya begitu harum dan ber bungkus bungkus rokok berbagai merk tergeletak disamping kopi.

”wes.. wes.. muspro kabeh iki, kok bisa koreknya gak kebawa,” kata wali Paidi mulai kesal.

Satu dua hari dilalui Wali Paidi ini tanpa kopi dan rokok dan pada hari yang ketiga Wali Paidi mulai tidak tahan, hatinya semeblak ketika melihat kopi dan rokok yang terkulai tak berguna.

Wali Paidi mulai membaca hizb, semua hizb ia kerahkan dan setelah membaca asyfa’ 3 kali, Wali Paidi ini mengusapkan telapak tangannya pada matanya dan byarrr.

Seluruh alam jin dan makhluk halus lainnya tampak sangat jelas, terlihat Wali Paidi segerombolan jin diluar gua sebelah kiri.

Kira kira 10 meter dari mulut gua, Wali Paidi mendatangi bangsa jin yang terdekat dengan gua tersebut, gerombolan jin yang melihat Wali Paidi datang, tampak ketakutan.

”Ada yang punya korek api?,” tanya Wali Paidi kepada bangsa jin.

”Kami gak punya,” jawab mereka.

Wali Paidi langsung mengobrak abrik tempat para jin tersebut, para jin lari tunggang langgang dan banyak sekali yang terluka.

Selanjutnya Setiap tempat yang ada jin nya didatangi oleh Wali Paidi ini dan kalau ditanya jawabannya gak punya korek api maka Wali Paidi ini langsung mengobrak abrik tempat tersebut.

Gemparlah seluruh bangsa jin di Gunung Arjuna melihat sepak terjang Wali Paidi ini, seluruh desa dan kota dari kerajaan jin di Gunung Arjuna ini telah di obrak abrik oleh Wali Paidi.

Nama Wali Paidi menjadi terkenal menjadi momok yang menakutkan dikalangan bangsa jin.

Dan akhirnya tibalah Wali Paidi ini dipusat kerajaan bangsa jin, ketika sampai di gerbang kerajaan Wali Paidi disambut oleh 2 prajurit yang memang oleh raja mereka diperintahkan untuk menyambut Wali Paidi dan mengantarkan kepadanya.

Tampak wajah wajah yang ketakutan di wajah prajurit jin ini melihat Wali Paidi, dengan suara tergagap gagap prajurit ini mempersilahkan kepada Wali Paidi untuk masuk istana dan menemui raja mereka.

Dalam istana raja jin yang bernama Ismoyo ini sudah menunggu kedatangan Wali Paidi, setelah Wali Paidi masuk istana, raja Ismoyo ini langsung turun dari singgasananya menyambut langsung Wali Paidi dan mempersilahkan Wali Paidi untuk duduk di sampingnya.

Dengan agak takut raja Ismoyo ini bertanya

”Hamba dengar tuan Wali Paidi telah membuat geger kerajaan hamba, tuan telah mengobrak abrik seluruh wilayah kerajaan tanpa ada yang sanggup melawan tuan, apakah gerangan yang tuan cari, sehingga tuan murka begini, mungkin hamba bisa membantu,” tanya raja Ismoyo.

Wali Paidi menjawab

”Aku mencari korek, apakah anda punya,” tanya Wali Paidi.

Seluruh prajurit tegang menunggu jawaban raja mereka, senjata pedang dan tombak sudah mereka pegang dengan erat bersiap kalau kalau ada hal hal yang tidak di inginkan.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Dasar Dasar Semedi

Keringat yang berbau kemenyan keluar dari pori pori para prajurit raja jin yakni Raja Ismoyo, suasana tegang masih sangat terasa, saking tegangnya ada perajurit yang terkencing kencing di celana.

”Tuan Wali Paidi, buat apakah korek tersebut kalau hamba boleh tahu,” tanya Raja Ismoyo

”Buat menyalakan ini dan membuat ini,” jawab Wali Paidi sambil menunjukkan rokok dan kopinya.

”Hanya untuk itu,” tanya Raja Ismoyo heran.

”Ya.. hanya untuk ini,” jawab Wali Paidi singkat raja Ismoyo membathin dalam hati, Wali ini aneh, masak hanya gara gara pingin ngerokok dan ngopi aja dia telah menghancurkan kerajaanku, dasar Wali semprul.

”Eeitt… namaku Paidi bukan semprul,” sahut Wali Paidi.

”Ah.. maaf tuan, ternyata tuan bisa membaca isi hati hamba,” Raja Ismoyo mulai takut dan heran.

”Terus.. gimana sampeyan punya korek apa tidak,” tanya Wali Paidi lagi.

”Kalau hanya untuk menyalakan itu, pakai ini aja tuan,” jawab Raja Ismoyo sambil menjulurkan jari telunjuknya yang tiba tiba bisa mengeluarkan api.

”Masya Allah, kalian kan memang terbuat dari api, maaf baru ingat hehehe,” jawab Wali Paidi sambil cengengesan.

Wali Paidi mendekati raja Ismoyo, mengeluarkan sebatang rokok Dji Sam Soe refillnya dan mulai menghisap rokoknya.

”Hu… Allah… hu… Allah..” begitulah yang terdengar ketika Wali Paidi merokok.

Selanjutnya raja Ismoyo memanggil panglimanya dan berkata kepadanya.

”Buat kan kopi buat tuan Wali ini,” perintah raja Ismoyo sambil mengambil kopi dari Wali Paidi dan menyerahkan kepada panglimanya.

“Jangan manis manis ya,” Wali Paidi berpesan.

Kerajaan raja Ismoyo ini yang terkenal angker dan ditakuti bangsa jin dan manusia sekarang berubah bagaikan warung kopi pinggir jalan gara gara Wali Paidi.

”Sampeyan tidak merokok,” tanya Wali Paidi.

”Tidak,” jawab sang raja.

”Apakah sampeyan jin Muhammadiyyah,” tanya Wali Paidi lagi.

”Saya tidak mengerti maksud tuan,” jawab raja Ismoyo heran.

”Maaf, Agama sampeyan apa,” tanya Wali Paidi.

”Saya tidak beragama,” jawab raja Ismoyo.

”Oh.. begitu,” gumam Wali Paidi keduanya lalu terdiam agak lama.

”Maaf tuan, wirid apa yang tuan baca, sehingga tuan tidak bisa dikalahkan oleh para prajurit saya,” tanya raja Ismoyo penasaran.

Baca Juga: Cara Mudah Pertajam Mata Batin, Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

”hizb dan sholawat,” jawab Wali Paidi.

”Maukah tuan mengajarkan kepada saya,” pinta raja Ismoyo.

”Ya… boleh, tapi sampeyan harus masuk Islam dulu,” jawab Wali Paidi.

Lalu raja Ismoyo memanggil panglimanya, memerintahkan kepadanya untuk mengumpulkan seluruh rakyat dan semua prajuritnya, dalam sekejab balai agung istana ramai dipenuhi prajurit dan rakyat, bahkan sampai meluber keluar istana, selanjutnya raja Ismoyo bersimpuh dikaki Wali Paidi diikuti seluruh rakyatnya.

”Kami dengan suka rela siap masuk Islam, mengikuti agama tuan,” kata raja Ismoyo kepada Wali Paidi.

”Baiklah, ikuti apa yang aku ucapkan,” kata Wali Paidi.

Dengan suara yang sangat berwibawa Wali Paidi mengucapkan dua kalimat syahadat diikuti seluruh bangsa jin kerajaan raja Ismoyo.

Ucapan syahadat para bangsa jin ini menggema ke seluruh Gunung Arjuna bahkan seluruh hewan di Gunung Arjuna berhenti sejenak tidak ada yang bersuara mendengarkan ucapan syahadat ini.

Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Wali Paidi mengajarkan pada mereka apa itu Islam dan menjabarkan arti iman secara singkat.

Selanjutnya Wali Paidi tinggal di istana raja Ismoyo guna mengajari mereka cara sholat, cara ber dzikir dan lain sebagainya, setelah beberapa minggu tinggal di istana Wali Paidi akhirnya mohon pamit kepada raja Ismoyo.

”Kami masih butuh pencerahan dari tuan, sudilah kiranya tuan tetap disini beberapa hari lagi,” pinta raja Ismoyo kepada Wali Paidi.

”Jangan kuatir, kelak aku akan datang lagi kemari,” kata Wali Paidi dan dengan tersenyum Wali Paidi mendekati raja Ismoyo dan memegang dada raja Ismoyo, sambil berkata.

“Ajaklah hatimu untuk dzikir terus menerus, ucapkan Allah, Allah, Allah, secara berkesinambungan, dalam keadaan apapun teruslah berdzikir, dan berusahalah selalu dalam keadaan punya wudlu, andai Allah mencabut nyawamu, kamu dalam keadaan suci,” pesan Wali Paidi.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Misteri dan Keajaiban Ayat Lima

”Terima kasih tuan, pesan tuan akan kami laksanakan,” jawab raja Ismoyo dengan ta’dzim.

”Kalau hatimu sudah bisa berdzikir, maka Allah sendiri yang akan membibingmu,” kata Wali Paidi.

”Apakah kami akan menjadi wali kalau hati kami sudah bisa berdzikir sendiri,” tanya raja Ismoyo.

“Ha ha ha jangan sekali kali punya niat pengin menjadi wali, karena keinginan itu termasuk nafsu, berdzikirlah karena Allah, jangan ada niatan yang lain,” jelas Wali Paidi.

Setelah menghisap rokoknya Wali Paidi berkata lagi ”Allah menjadikan manusia pemimpin dimuka bumi ini, dan mengangkat para walinya dari kalangan manusia,” jelas Wali Paidi lagi.

”Oh begitu, kalau Allah menghendaki begitu kami sangat ridlo dengan keputusan Allah tersebut,” jawab raja Ismoyo maggut manggut.

”Kalau boleh tahu tuan ini wali yang bagaimana?,” tanya raja Ismoyo selanjutnya.

”Hmm… aku adalah Wali Abdal, Wali pengganti, kalo istilah dalam sepak bola sebagai pemain cadangan, Wali tingkat rendah, aku dulu hanya seorang abdi seorang kyai, tugasku hanya menyiapkan rokok dan kopi, setelah kyai saya meninggal akulah yang dipilih Allah sebagai gantinya,” terang Wali Paidi.

”Jadi Wali itu jumlahnya tetap sama dari dulu sampai sekarang ?,” tanya raja Ismoyo dengan bersemangat.

”Iya, jumlahnya Wali di seluruh dunia tetap sama, karena setiap yang meninggal pasti ada gantinya, biarpun kamu tidak ada hak untuk menjadi Wali kamu harus tetap semangat, karena dimata Allah derajat seseorang itu dilihat dari ketaqwaannya.

Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Sedulur Papat Limo Pancer 'Saudara Empat Lima Pancer' Ego State

"Wali itu hanya title yang diberikan Allah buat para wakil wakilnya dimuka bumi, guna untuk mengatur dan menata manusia dan Wali dipilih dari para hamba yang dikehendakiNya,"

"Bukan karena ibadahnya bukan karena dzikirnya tapi karena kehendak Allah, jadi salah besar kalau ada orang yang pingin atau mempunyai cita cita menjadi wali,” jawab Wali Paidi.

”Terimakasih tuan. mudah mudahan apa yang tuan ajarkan kepada kami menjadi ilmu yang manfaat,” ucap raja Ismoyo.

Akhirnya Wali Paidi pamit dan meninggalkan Gunung Arjuna diiringi raja Ismoyo dan seluruh rakyatnya.

Setelah Wali Paidi sudah tidak tampak raja Ismoyo dengan suara yang lantang berkata kepada rakyatnya,

“Rakyatku semuanya, nanti atau kapanpun, kalau ada orang yang ke Gunung Arjuna ini berbekal rokok dan kopi, jangan sampai di ganggu, jagalah mereka sampai mereka meninggalkan Gunung Arjuna ini, demi menghormati guru kita Wali Paidi”

”Titah paduka akan kami laksanakan,” jawab mereka serempak. Bersambung.

Itulah kisah Wali Paidi episode 3 mengenai Gunung Arjuna dan kisah korek api yang diceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket. Semoga bermanfaat.***

Editor: Dimas Diyan Pradikta

Sumber: Padepokan Carang Seket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah