Pemuda ini mulai merasakan ketenangan dalam shalatnya, suara hiruk pikuk disekitar musholla mulai hilang.
Suasana menjadi hening yang terdengar hanya suara Wali Paidi dan suara hatinya yang berdzikir, lama kelamaan suara Wali Paidi yang tadinya cemplang dan terdengar tidak bertajwid berubah menjadi sangat merdu dan sangat fasih.
Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Ilmu Pengasihan Aji Asmoro Wengi
Suara dan bacaan Wali Paidi bagaikan suara dan bacaan imam masjidil haram, setelah mendengar salam barulah pemuda ini seakan tersadar kembali lagi ke dunia.
Setelah membaca wirid seperti pada umumnya Wali Paidi mundur, melaksanakan shalat sunnah dua rokaat, setelah shalat Wali Paidi mendekati pemuda Thoriqoh ini.
“Sampeyan di sini aja, dan mulailah berdzikir seperti yang sampeyan lakukan,“ kata Wali Paidi.
“Iya mas Paidi,“ jawab pemuda ini singkat.
“Ingat pesan saya tadi,“ kata Wali Paidi lagi.
Pemuda ini menggangguk, setelah ke tiga orang yang ikut jamaah tadi keluar, Wali Paidi berdiri mematikan lampu musholla dan ikut keluar, tinggallah pemuda ini sendirian di dalam musholla.
Pemuda Thoriqoh ini lalu duduk bersila, dan memulai membaca fatihah, tawasul kepada kanjeng Nabi Muhammad dan diteruskan tawasul kepada guru gurunya, setelahnya barulah pemuda ini mulai membaca wirid yang selama ini selalu istiqomah ia baca.