Baca Juga: Viral! Struk Biaya Nongkrong Anak Jaksel vs Anak Jakut, Lebih Mahal Mana?
Dan pada saat musim kemarau, kondisi suhu di dataran tinggi Dieng tergolong memasuki suhu yang dingin.
Bahkan pada beberapa waktu, suhu di dataran tinggi Dieng pada malam hari bisa mencapai 0 derajat celcius hingga minus.
Sehingga pada saat pagi harinya, yaitu saat matahari terbit, kebanyakan masyarakat dataran tinggi Dieng memanfaatkan sinar matahari sebagai media untuk menghangatkan badan.
Tak jarang kita melihat pemandangan seperti, bapak-bapak, ataupun ibu-ibu, hingga bahkan anak-anak di dataran tinggi Dieng yang melakukan aktivitas berjemur atau karing.
Baca Juga: Sebuah Kendaraan Kebakaran di SPBU, Api Membumbung Tinggi
Dan pada saat itulah obrolan keakraban masyarakat dataran tinggi Dieng terlihat.
Seperti ungkapan dari salah seorang warga di dusun Rejosari, desa Pranten, kecamatan Bawang, kabupaten Batang, dalam wawancara langsung yang dilakukan oleh Portal Pekalongan pada hari sabtu, 18 juni 2022, yaitu bapak Hartono, selaku tokoh masyarakat atau sesepuh di desa tersebut.
Bapak Hartono mengungkapkan, bahwa budaya Kareng ini, merupakan suatu bentuk aktivitas masyarakat untuk menghangatkan badan di sela kondisi dinginnya suhu di dataran tinggi Dieng.
Selain itu, banyak hal yang bisa dilakukan sembari melakukan aktivitas berjemur tersebut, seperti misalnya milah-milah benih tanaman pertanian mereka, ada juga yang sembari berjualan, dan yang paling sering adalah aktivitas obrolan sosial masyarakat.