Tata Cara dan Budaya Tionghoa Kristen Urus Kematian Keluarga, Mulai Upacara Tutup Peti hingga Malam Kembang

- 15 November 2023, 20:23 WIB
Salah satu pemakaman Tionghoa Kristen di Banjarnegara
Salah satu pemakaman Tionghoa Kristen di Banjarnegara /Brave/Dokumen Istimewa

PORTALPEKALONGAN.COM - Kullu nafsin żā`iqatul-maụt, ṡumma ilainā turja'ụn

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al Ankabut: 57).

Tak peduli itu manusia atau mahluk lain, selama dia berjiwa pasti suatu saat akan merasakan mati. 

Nah, tak banyak yang tahu budaya dan cara masyarakat Tionghoa di desa yang beragama Kristen dalam mengurus keluarganya yang meninggal dunia. 

Kebudayaan Tionghoa Kristen dalam mengurus kematian sampai penguburan tidak banyak diketahui umum kecuali oleh kalangannya.

Kebudayaan Tionghoa Kristen punya cara tersendiri dalam mengurus jenazah sampai pada pemakaman.

Berikut adalah cara umum yang teramati pada kebudayaan Tionghoa Kristen pedesaan di Banjarnegara. 

 

Kematian anggota keluarga tentu membawa rasa kehilangan seperti pada umumnya.

Hal ini seperti yang terjadi pada sebuah keluarga di Karangkobar, Banjarnegara.

Salah satunya tergambar pada kematian Ny TSN yang meninggal dunia pada 13 November 2023 sekira pukul 08.30 WIB. Almarhum wafat pada umur 88 tahun. 

Pengurusan jenazah pada budaya Tionghoa Kristen pada umumnya tidak dimandikan seperti keharusan di agama Islam (muslim).

Pengurus jenazah biasa akan menyeka dengan kain yang dibasahi alkohol saja.

Sesudah itu jenazah akan dipakaikan baju yang pantas. Pilihan baju tergantung keluarga masing-masing tidak ada ketentuan khusus. 

Bagi jenazah wanita, wajah biasa dirias sepantasnya tidak berlebihan. Rambut juga dirapikan.

Jenazah pria pun ada yang dirias namun tidak berlebihan. Konsepnya adalah siap menjadi mempelai yang akan dijemput mempelai pria yaitu Yesus Kristus.

Manusia (baik laki-laki maupun perempuan) adalah gambaran mempelai wanita, sedangkan Kristus adalah gambaran mempelai pria. 

Baca Juga: Lolos dari Bencana Kekeringan, Bencana Banjir dan Tanah Longsor Melanda Kabupaten Banyumas

Sebelum peti jenazah siap, biasa mayat akan diletakkan pada sebuah balai-balai tanpa kasur yang sudah dialasi kain.

Jenazah ditutupi kain secara penuh dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Biasa balai-balai akan diletakkan dalam kamar atau ruang tertentu, sehingga tetangga dan tamu yang hendak melihat jenazah untuk kali terakhir bisa mengaksesnya. 

Setelah peti siap, jenazah dimasukkan ke dalam wadah jenasah yang disebut peti.

Peti yang umumnya berbentuk kotak diletakkan di atas dua bangku penyangga sekitar tinggi 50 sentimeter dari permukaan lantai.

Peti bisa terbuat dari kayu balok, papan, kayu lapis, bahkan fiber. 

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: banjarnegaraku.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x