Biasanya jika ada bencana atau kesulitan, yang mudah dikabulkan doanya adalah orang yang teraniaya.
Misalnya saat terjadi krisis air di suatu negeri, ulama yang dipenjara dikeluarkan untuk memimpin doa.
Begitu pula saat terjadi bencana banjir, belalang, kutu, dan katak di Mesir, Fir’aun justru memohon Musa yang berdoa.
Gus Qoyyum meyakini di Indonesia masih banyak orang saleh dengan kriteria tidak terkontaminasi rezeki yang haram, baik itu secara pribadi maupun kelembagaan, hatinya bersih, dan emosinya bagus.
Menjelang akhir tausiahnya, Gus Qoyyum kembali mengutip sebuah kitab kontemporer yang ditulis saat pandemi covid-19, yakni Fatawana Wazil Wabah Covid-19.
Kitab karya Dr Syauki Ibrahim dengan ketebalan 741 halaman itu mengupas tuntas tentang wabah corona.
Di halaman 573 dituliskan, ketika di daerah Mahallah, Mesir, terjadi pademi, kata Gus Qoyyum, seorang ulama besar yang saleh bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW.
Dalam mimpi itu Nabi memberi doa untuk menghadapi bencana nasional, wabah, dan pandemi.
Nabi meminta orang saleh ini menulis, padahal dalam mimpi tidak membawa alat tulis apa pun.