Tragedi Oktober Kanjuruhan, Jumlah Korban Terbesar Sepanjang Sejarah Pertandingan Bola Dunia, 13 Mobil Rusak

- 2 Oktober 2022, 08:58 WIB
Dr Dhimam Abror Djurai, Wakil Ketua Dewan Pakar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat
Dr Dhimam Abror Djurai, Wakil Ketua Dewan Pakar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat /

Oleh: Dr Dhimam Abror Djuraid*)

PORTALPEKALONGAN.COM - Dunia sepak bola Indonesia berduka cita.

Kompetisi Liga 1 yang mempertandingkan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Minggu 1 Oktober 2022 malam, berakhir menjadi tragedi.

Arema FC kalah dari Persebaya 2-3. Suporter Arema, Aremania, marah.

Dan kerusuhan meledak menjadi huru-hara yang menewaskan sedikitnya 127 orang.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Malang, Menpora Minta PT LIB dan PSSI Investigasi, Begini Nasib Pertandingan Selanjutnya...

Ini merupakan jumlah korban kerusuhan sepak bola terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia.

Bahkan, sangat mungkin jumlah ini merupakan yang terbesar dalam sejarah kerusuhan sepak bola di seluruh dunia.

Jumlah korban di Malang masih sangat mungkin bertambah, karena sampai pagi ini masih tercatat 180 orang dirawat di rumah sakit.

Tragedi ini jauh lebih mengerikan dari tragedi Heysel di Brussel, Belgia pada 1985.

Baca Juga: Kerusuhan Malang! 127 Orang Tewas, 2 di Antaranya Anggota Polri, 180 Orang Lebih Masih Dirawat di Rumah Sakit

Ketika itu berlangsung final Piala Champions antara Juvenetus melawan Liverpool, yang dimenangkan oleh Juventus dengan skor 1-0.

Suporter Liverpool mengamuk dan membuat kerusuhan.

Ratusan orang terluka akibat dinding stadion yang berjatuhan dan 39 meninggal dunia.

Otoritas sepak bola Eropa, UEFA, bertindak tegas dengan menjatuhkan sanksi keras berupa larangan bagi seluruh klub Inggris untuk mengikuti kompetisi apa pun di level Eropa.

Baca Juga: Mulai Oktober Harga BBM Vivo Turun, Harga Revvo RON 92 dan Revvo 95 Setara Pertamax, Cek Info Selengkapnya

Bukan hanya Liverpool yang dikenai sanksi, tapi seluruh klub Inggris.

Yang berbuat onar adalah suporter Liverpool, tapi yang menanggung sanksi adalah seluruh klub sepak bola Inggris.

Dengan sanksi tegas dan keras tanpa kompromi itu seluruh klub di Eropa berbenah dan menata hubungan dengan suporter.

Organisasi suporter di seluruh Eropa berbenah dengan memperbaiki manajemen dan memberikan edukasi terhadap suporter-suporter yang menjadi anggota.

Sanksi keras yang dijatuhkan oleh UEFA membawa efek jera yang kongkret.

Di Inggris suporter Hooligan yang terkenal fanatik dan beringas akhirnya bisa memperbaiki diri.

Baca Juga: Kronologi Kerusuhan Kanjuruhan Malang: Kata-Kata Makian, Amarah, Batu, Batako, Besi, dan Bambu Berterbangan

Mereka kemudian berubah menjadi kelompok suporter yang punya fanatisme tinggi tapi tidak lagi beringas dan anarkis.

Demikian halnya dengan kelompok suporter garis keras klub-klub Italia yang dikenal sebagai "ultras".

Mereka berbenah dan memperbaiki manajemen, sehingga berhasil menjadi kelompok suporter yang militan tapi tidak brutal.

Di Indonesia tragedi kematian suporter sangat sering terjadi, baik akibat perkelahian antar-suporter maupun karena kecelakaan di dalam atau di luar stadion.

Baca Juga: 100 Orang Lebih Tewas, Update Kerusuhan Arema FC vs Persebaya, Tragedi Kanjuran Malang Terbesar di Dunia?

Tapi, sampai sejauh ini sanski yang dijatuhkan oleh PSSI, sebagai otoritas tertinggi sepak bola Indonesia, tidak memberikan efek jera yang bisa membawa reformasi total dalam pengelolaan suporter di Indonesia.

Sebelum kompetisi Liga 1 dimulai sudah terjadi korban tewas dalam pertandingan pra-musim Piala Presiden 2022, Juni lalu.

Dalam laga di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, antara Persib melawan Persebaya, 2 orang bobotoh, suporter Persib, meninggal dunia akibat terjatuh dan terinjak-injak oleh penonoton lain.

Dari laporan match summary terungkap bahwa kerusuhan terjadi karena penonton berdesak-desakan berebut memasuki stadion.

Baca Juga: Link Twibbon Hari Batik Nasional Minggu 2 Oktober 2022, Wujud Nyata Cinta Budaya Indonesia

Kapasitas GBLA yang 38 ribu full house hampir 100 persen.

Data yang terungkap dari penjualan tiket menunjukkan bahwa jumlah penonton mencapai 37.872 orang.

Ini berarti 99,7 persen stadion dipenuhi suporter.

Hal ini merupakan pelanggaran karena aturan Piala Presiden menyebutkan bahwa kapasitas stadion maksimal hanya boleh diisi 75 persen.

Dalam pernyataan resmi juga disebutkan bahwa panitia hanya mencetak 19.000 tiket setiap pertandingan.

Dalam kenyataannya tiket yang beredar jumlahnya dua kali lipat.

Baca Juga: Ini Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 5 SD Subtema 1 Halaman 14, 15, 16: Sistem Pencernaan pada Manusia

Semua penonton yang hadir dalam pertandingan itu diketahui memegang tiket resmi.

Pelanggaran prosedur penjualan tiket dan antisipasi keamanan yang tidak maksimal, menyebabkan dua nyawa melayang.

Harusnya ada evaluasi dan ada sanksi atas kejadian ini. Tetapi ternyata keputusan yang diambil hanya formalitas.

Alarm tanda bahaya juga sudah muncul di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo dua minggu yang lalu.

Ketika itu ratusan suporter Bonek mengamuk setelah Persebaya kalah 1-2 dari Rans Nusantara.

Suporter Bonek mengamuk, turun ke lapangan, merusak fasilitas stadion, dan melakukan penjarahan.

Akibat kerusuhan ini Persebaya harus mengganti kerusakan stadion sampai Rp100 juta lebih.

Persebaya dijatuhi sanksi 5 kali bermain tanpa penonton dalam pertingan home.

Peristiwa di GBLA dan Gelora Delta menjadi alarm tanda bahaya akan munculnya tragedi yang lebih dahsyat.

Baca Juga: Ini Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 5 SD Subtema 1 Halaman 14, 15, 16: Sistem Pencernaan pada Manusia

Dan tragedi itu pun akhirnya menjadi kenyataan di Stadion Kanjuruhan Malang.

Sampai sekarang masih belum diketahui penyebab jatuhnya korban yang begitu besar.

Bisa dipastikan bahwa korban meninggal bukan karena bentrok dengan suporter Bonek Persebaya, karena pihak keamanan sudah melarang suporter Bonek untuk datang ke Malang.

Kemungkinan yang terjadi adalah suporter meninggal karena mengalami sesak nafas, karena dari video dan foto-foto yang beredar tidak terlihat korban tewas yang mengalami luka parah.

Dugaan sementara menyatakan korban tewas karena sesak nafas oleh gas air mata.

Jika benar bahwa gas air mata dipakai untuk membubarkan kerusuhan di stadion maka hal ini merupakan pelanggaran terhadap aturan FIFA, federasi sepak bola internasional, yang tidak memperbolehkan gas air mata dipakai di stadion.

PSSI menghadapi risiko sanksi dari FIFA jika terbukti melakukan pelanggaran.

Tragedi Kanjuruhan Malang terjadi ketika publik sepak bola Indonesia masih menikmati sisa-sisa euforia karena penampilan timnas Indonesia yang mengesankan.

Baca Juga: Jadwal Acara RCTI Minggu 2 Oktober 2022, Saksikan Ikatan Cinta Hingga Kesempatan Kedua

Dua kemenangan dalam pertandingan FIFA Match Day melawan Curacao, pekan lalu, membuat publik sepak bola nasional terhibur.

Di level kompetisi internasional, Indonesia sedang menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

Polesan pelatih timnas Shin Tae-yong berhasil membawa timnas senior berhasil lolos ke Piala Asia 2023.

Timnas junior U-20 juga lolos ke Piala Asia 2023 di Uzbekhistan.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Minggu 2 Oktober 2022, Saksikan Detective Conan Hingga Catatan Si Bocil

Timnas Indonesia U-20 juga lolos otomatis dalam Piala Dunia U-20 yang bakal digelar di Indonesia, Mei tahun depan.

Tragedi Oktober di Kanjuruhan Malang dikhawatirkan akan membawa sanksi yang memengaruhi keikutsertaan Indonesia di ajang kompetisi internasional itu.

PSSI harus segera melakukan antisipasi terhadap hal ini.

Baca Juga: Jadwal Acara GTV Minggu 2 Oktober 2022, Saksikan Legend Of A Rabbit 2 Hingga Anak Jalanan

Sanksi tegas harus dijatuhkan terhadap siapa pun yang bersalah, tanpa pandang bulu.

Tim gabungan "fact finding" dari PSSI, Polri, dan unsur lain harus dibentuk untuk mengungkap tragedi ini secara tuntas.

Selama ini, PSSI selalu gamang dalam mengambil keputusan tegas, karena adanya konflik kepentingan di internal PSSI.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa banyak petinggi PSSI yang mempunyai klub yang berkompetisi di liga Indonesia.

Baca Juga: Jadwal Acara ANTV Minggu 2 Oktober 2022, Saksikan Jin dan Jun Makin Gokil Hingga Gangaa

Kali ini PSSI tidak punya pilihan lain kecuali bertindak tegas dan menyingkirkan berbagai konflik kepentingan.

Publik tahu bahwa seorang petinggi PSSI mempunyai saham pribadi di Arema Malang.

Konflik kepentingan ini harus disisihkan.

Baca Juga: Jadwal Acara Indosiar Minggu 2 Oktober 2022, Saksikan The Myth Hingga Persib Bandung Vs Persija Jakarta

Kalau tidak, PSSI akan terancam disisihkan dari perhelatan sepak bola internasional.

*) Dr Dhimam Abror Djurai, Wakil Ketua Dewan Pakar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat***

Editor: Ali A

Sumber: Rilis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x