Ratusan Orang Antre di Halaman GRIS Semarang Menunggu Ida Dayak, Namun Ini yang Mereka Dapatkan

- 8 Mei 2023, 12:53 WIB
Ratusan orang terlantar di depan gerbang GRIS Searang yang digerendel, akibat mendengar kabar bahwa ahli pengobaran alternatif Ida Dayak berada di Semarang
Ratusan orang terlantar di depan gerbang GRIS Searang yang digerendel, akibat mendengar kabar bahwa ahli pengobaran alternatif Ida Dayak berada di Semarang /Ali A/

Warga Kampung Sekayu RT 2 RW 1 Kecamatan Semarang Tengah banyak yang ingat sejarah GRIS.

"Konon, waktu itu, Kota Semarang menjadi pusat peradaban," kata Hre, warga setempat.

Lalu lintas komoditas palawija masuk via Pelabuhan Tanjung Emas. Mereka itu para pedagang dari Portugis, Cina, India, dan lainnya.

Maklum, Pelabuhan Tanjung Emas menjadi pelabuhan paling ramai di Pulau Jawa kala itu.

GRIS dulunya adalah gedung Harmoni Belanda (Societeit Harmonie). Bangunan ini, digunakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Belanda.

Baca Juga: Pemkot Tangsel Bantu Proses Administrasi Hingga Kepulangan Jenazah Korban Kecelakaan Bus di Wisata Guci Tegal

Orang pribumi membeli GRIS untuk dijadikan sebagai gedung bioskop. Dibentuklah panitia Fond GRIS. GRIS ini dulu diurus oleh yayasan, disampingnya juga ada gedung wayang orang yang bernama Ngesti Pandowo.

Pementasan bioskop dibagi tiga sesi, dimulai pukul 17.00 hingga pukul 23.00. Tahun 1950 hingga 1970 adalah masa kejayaan GRIS. Pemutaran film tidak hanya lokal tapi juga film barat.

Selain sebagai gedung bioskop, GRIS biasa digunakan untuk acara resepsi, perpustakaan rakyat, dan kampus akademi Bahasa.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x