Jawa dan Sunda, Kisah Wali Paidi Episode 52 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

- 19 Januari 2022, 18:05 WIB
Ilustrasi - Jawa dan Sunda, Kisah Wali Paidi Episode 52 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket
Ilustrasi - Jawa dan Sunda, Kisah Wali Paidi Episode 52 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket /Nejc Kosir/Pexels

PORTAL PEKALONGAN - Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kali ini Den Juneng akan menceritaka kisah Wali Paidi episode 52 Jawa dan Sunda bersumber dari Babad Tanah Jawi, Pararaton, Naskah Wangsakerta, Nagarakretagama.

Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket menceritakan kisah Wali Paidi mengenai Jawa dan Sunda pada episode 52 sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket yang terangkum dalam artikel ini.

Berikut portalpekalongan.com merangkumnya pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kisah Wali Paidi episode 52 Jawa dan Sunda yang di ceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket selengkapnya.

Baca Juga: Ziarah dan Mendoakan Orang yang Sudah Meninggal, Kisah Wali Paidi Episode 49 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Ya wali paidi, apakah yang melatar belakangi keluarga Jawa dan Sunda fatal untuk besanan. Ada dendam apa...?

Mitos para leluhur memaksa kami untuk tidak menikah dengan orang Sunda, dan di sunda sama tidak mengizinkan anak turunya nikah dengan orang Jawa.

Inilh sisa sisa penjajahan, semua bisa di plintir sesuka pemilik kebijakan, pertanyaan yang lain mengapa di daerah Bandung dan sekitar tidak ada jalan bernama Gajah Mada atau Hayam Wuruk?

Hal tersebut adalah sebagian dari efek kesalahpahaman sekitar 600+ tahun yang lalu dan di sulut kembali oleh penjajah di era kolonial untuk memecah belah kekuatan bangsa kita.

Padahal, dalam sejarah, orang Jawa dan Sunda berasal dari kakek moyang yang sama yaitu Aji Saka, pendiri Kerajaan Salaka Negara di Jawa Barat pada abad 1 Masehi.

Di Masa Taruma Negara hingga abad 4 Masehi pun, Jawa dan Sunda masih satu bagian dan berlokasi di Jawa Barat.

Perpisahan mulai terjadi di sekitaran abad ke 6 Masehi dimana sebagian kaum ksatria mulai bermigrasi ke arah timur pulau Jawa hingga akhirnya mendirikan Kerajaan besar bernama Medang di Jawa Tengah yang menguasai Asia Tenggara dan mendirikan bagunan bangunan besar seperti Borobudur dan prambanan.

Baca Juga: Kota Gede Makam Raja-Raja Mataram Yogyakarta, Kisah Wali Paidi Episode 48 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Sedangkan sebagian yang lain memilih menetap di Jawa Barat dan mendirikan kerajaan Sunda.

karakter kaum ksatria yang bermigrasi ke arah timur ini sangat agresif dan nekad.

Terbukti, kerajaan kerajaan yang mereka dirikan sejak abad ke 6 hingga era Majapahit di abad ke 15 selalu berorientasi ekspansionis, menyerang dan menaklukkan wilayah lain.

Namun Terdapat hal unik dalam hubungan antara kerajaan Jawa dan saudaranya di barat. Ya, dari semua kerajaan Jawa yang pernah berdiri hingga era Majapahit, Tak satupun kerajaan Jawa yang pernah mencoba menyerang kerajaan Sunda.

Padahal daerah Nusantara lain, bahkan Asia Tenggara, sudah berhasil ditaklukkan.

Secara Politis, Hal ini sangat sangat aneh karena sebelum menaklukan wilayah yang jauh, yang terdekat dulu yang harusnya ditaklukkan.

Hanya ada satu Penjelasannya: Ada ikatan persaudaraan dan emosional yang kental diantara Jawa dan Sunda yang sangat dipegang teguh oleh leluhur kita.

Salah satu bukti adalah bahwa pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah pangeran berdarah Sunda cucu Prabu guru Dharmasiksa dari Sunda-Galuh yang oleh Kertanegara (Raja Singasari) dinikahkan dengan putrinya Mahisa Cempaka.

Baca Juga: Suamimu Minta Izin Nikah? Kisah Wali Paidi Episode 45 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Sebagai Pangeran Sunda Galuh yang tinggal di Istana Singasari, beliu dijuluki Jaka Sesuruh Padjajaran.

Pertalian Darah yang kental ini selanjutnya membuat Majapahit tidak memiliki hasrat untuk menyerang tanah saudaranya di Barat.

Tak Heran, Raja Majapahit Hayam Wuruk memilih untuk meminang putri Sunda Dyah Pitaloka sebagai permaisuri untuk menjalin kembali tali persaudaraan.

Namun, di masa hayam wuruk inilah terjadi tragedi Bubat.

Mahapatih Gajah Mada telah memasukkan Sunda dalam Sumpah Palapa nya untuk ditaklukkan, namun nampaknya pihak keluarga kerajaan dapat mencegahnya.

Namun Gajah Mada tetaplah Gajah Mada yang cerdas dan memang ahli strategi.

Akhirnya, momen itu pun datang, saat rombongan pengantin Kerajaan Sunda lengkap dengan pengawal dan pasukan dalam jumlah besar datang ke Majapahit dan ditempatkan di Lapangan Bubat.

Beberapa pejabat tinggi Majapahit yang diduga dikoordinir Gajah Mada mengumpulkan pasukan Majapahit yang sangat terlatih namun dalam jumlah sedikit untuk mengurangi kecurigaan pihak istana Majapahit.

Rombongan Sunda diberitahu bahwa hanya putri kerajaan yang boleh masuk ke istana untuk prosesi pernikahan.

Perlakuan ini di masa itu dianggap sangat menghina karena Sunda seolah dianggap sebagai daerah taklukan yang tidak punya daya tawar politik.

Kemudian terjadilah tragedi Bubat yang menewaskan Raja dan Putri Sunda beserta seluruh pengikutnya.

Hayam Wuruk murka dengan peristiwa ini dan ada indikasi terjadi perseteruan dengan Gajah Mada yang membuat Gajah Mada tidak lagi menjadi Mahapatih dan akhirnya menyepi jauh ke barat di Jawa Tengah tepatnya di deretan pegunungan aerasu selatan, sekaran tanah perhutani kedu selatan hingga meninggal dunia.

Baca Juga: Kenapa Adzan Harus Dikumandangkan, Kisah Wali Paidi Episode 44 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Sejak saat itu, hubungan Sunda dan Jawa mulai memanas walau Jawa tidak mencoba utuk memanfaatkan situasi dengan menyerang Sunda setelah kematian besar rombongan Sunda di Bubat.

Tragedi ini didramatisir pada era Kolonial yang bertujuan untuk memecah belah dan mempertajam perseteruan antara Jawa dan Sunda.

Padahal konflik yang berpuncak pada tragedi bubat sebenarnya bukanlah konflik antara Sunda-Jawa, tapi murni karena kesalahpahaman dan alasan politis dari beberapa pejabat saja.

Pihak keluarga Kerajaan Majapahit sendiri tidak menginginkan ini terjadi dan bahkan kakek mereka, Pendiri Majapahit, sebenarnya adalah pangeran sekaligus putra mahkota kerajaan Sunda-Galuh yang hijrah ke Timur dan mendirikan Majapahit.

Orang Sunda pun sebenarnya punya hak yang sama dengan orang Jawa atas Kerajaan Majapahit.

Itulah kisah Wali Paidi episode 52 Jawa dan Sunda yang diceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket bersumber dari Babad Tanah Jawi, Pararaton, Naskah Wangsakerta, Nagarakretagama. Semoga bermanfaat.***

Editor: Dimas Diyan Pradikta

Sumber: Padepokan Carang Seket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah