Tanda Tanda Hari Kiamat, Kisah Wali Paidi Episode 54 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

- 20 Januari 2022, 14:05 WIB
Ilustrasi kiamat - Tanda Tanda Hari Kiamat, Kisah Wali Paidi Episode 54 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket
Ilustrasi kiamat - Tanda Tanda Hari Kiamat, Kisah Wali Paidi Episode 54 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket /Pixabay/Matt Heinrichs/

PORTAL PEKALONGAN - Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kali ini Den Juneng akan menceritaka kisah Wali Paidi episode 54 tanda tanda hari kiamat.

Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket menceritakan kisah Wali Paidi mengenai tanda tanda hari kiamat pada episode 54 sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket yang terangkum dalam artikel ini.

Berikut portalpekalongan.com merangkumnya pada sesi Ngaji Laku Padepokan Carang Seket kisah Wali Paidi episode 54 tanda tanda hari kiamat yang di ceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket selengkapnya.

Baca Juga: Kota Gede Makam Raja-Raja Mataram Yogyakarta, Kisah Wali Paidi Episode 48 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Asalamualaikum ya Wali Paidi.

Wa alaikumsalam wr wb, subahanallah Gus Bedowi.

"Monggo monggo pinarak, ada angin apa ini jauh jauh datang dari kalimantan gus?," tanya Wali Paidi.

Gus Bedowi adalah teman sekelasnya dulu waktu sekolah, dulu rumahnya lumayan dekat, kurang lebih 15 km dari kediaman orang tua Wali Paidi, namun Gus Bedowi belajar ilmu di Pondok Nur Muhammad Purworejo, sedang Wali Paidi belajar di Yogyakarta.

Sebuah pertemuan yang luar biasa, karena sama sama santri dan teman sekolah dulu.

15 menit ngobrol ngalor ngidul, tiba tiba datang temem sekolah yang lain, ada si Dwi, Nugroho, Muhaimin, Sarwono dan lain lain. ternyata ini reuni tanpa di rencana.

Hadirin datang paling terakhir, pengusaha batu bara dan sawit di kalimantan.

Subhanallah, ini pertemuan yang sudah 20 tahun tidak ketemu.

Ngobrol sana kemari di temani kopi luwak dari Lampung, hadiah punjungan dari tetangga Wali Paidi.

Cerita hujan yang tak kunjung datang, katanya kalau bisa malam Jumat Kliwon belum hujan berarti hujan masih lama.

Kebakaran hutan yang makin parah, hingga nanti sepanjang perhutani di Kedu Selatan, sampai dengan ujungnya Pulau Jawa.

Air sumur yang hampir mengering, kecuali tempat tempat tertentu yang mulai malam ini sumber mata airnya malah tambah besar.

Hujan grantang, munculnya Aul di beberapa tempat, hingga berakhir cerita tanda tanda kiamat.

Baca Juga: Kenapa Adzan Harus Dikumandangkan, Kisah Wali Paidi Episode 44 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Katanya nanti jam 4:00 pagi kita bangun shalat Subuh, kemudian kita bersiap siap untuk ke tempat kerja, sampai kantor pukul 7:00 pagi, hari masih gelap.

Mungkin kita anggap hari ini akan hujan, jadi abaikan.

Masuk kantor, bekerja dan kita lihat pukul 12:00 siang, sudah waktunya makan siang, tapi keadaan masih tetap gelap.

Keluar pintu kantor, suasana masih gelap, hitam pekat seperti malam, mungkin masih bisa dianggap hari ini akan hujan lagi. Jadi abaikan saja.

Tapi kalau jam 14:00 pm pun hari masih gelap, pertanda apa itu?

Masyarakat mulai khawatir, dan menyadari ada gelagat aneh. Keesokkan pun sama, nonton TV semua orang kalang kabut menceritakan bahawa dunia ini sudah tidak ada lagi siangnya, dan begitu juga dengan lusa, masih tidak ada lagi Matahari.

Tetapi pada hari keempat kita bangun pagi, kita dapat melihat Matahari, tetapi jangan terkejut karena Matahari telah terbit dari sebelah barat.

Kehebatan ahli dunia akan mengatakan itu fenomena alam, tapi sadarkah, itulah pertanda besar yang paling awal sebelum tibanya hari kiamat!

Para praktisi berkumpul di suatu tempat untuk menyambut Ratu adil, ada yang menyambut Imam Mahdi, ada juga yang menyambut datangnya Dajjal.

Maka telah tertutuplah pintu taubat.

Saat itu, kita akan lihat satu fenomena luar biasa dimana golongan kaya akan keluarkan semua hartanya untuk diinfakkan, golongan yang tidak pernah baca Al Qur'an akan rela 24 jam untuk membaca Al Qur'an.

Baca Juga: Kota Gede Makam Raja-Raja Mataram Yogyakarta, Kisah Wali Paidi Episode 48 Ngaji Laku Padepokan Carang Seket

Golongan yang tak pernah shalat jemaah akan berlari lari dan berbondong bondong menunaikan shalat secara berjemaah.

Tapi sayangnya semuanya sudah tidak berguna lagi, karena Kiamat telah terjadi.

Bismillahirrahmanirrahim. Atas Nama Allah yang Maha kasih sayang.

(cerita di persingkat) Semoga pertemuan ini menjadi asbabul barokkah illahi, agar kita selamat dari semua fitnah akhir zaman.

Wayang cukup sendiko dawuh sama Dalang, ini jalan yang kami tempuh.

Kami meyakini wayang berbicara karena dalang yang bicara, wayang bergerak, teriak dan lain lain karena tangan sang dalang yang menggerakan tanpa campurtanganya kita hanya tumpukan tulang di balut daging dan kulit.

Itulah kisah Wali Paidi episode 54 tanda tanda hari kiamat yang diceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket. Semoga bermanfaat.***

Editor: Dimas Diyan Pradikta

Sumber: Padepokan Carang Seket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah