Di Moulay Brahim, sebuah desa 40 km (25 mil) selatan Marrakesh, warga menggambarkan bagaimana mereka menggali mayat dari reruntuhan menggunakan tangan kosong. Di lereng bukit yang menghadap ke desa, warga menguburkan seorang perempuan berusia 45 tahun yang meninggal bersama putranya yang berusia 18 tahun, seorang perempuan menangis tersedu-sedu saat jenazah diturunkan ke dalam kuburan.
Baca Juga: 410 Peserta Akan Ikuti Jambore Bhakti Guru Banjarnegara 2023 di Kompleks Monumen Dr Sulistiyo
Saat ia mengambil barang-barang dari rumahnya yang rusak, Hussein Adnaie mengatakan ia yakin masih ada orang-orang yang terkubur di reruntuhan di dekatnya.
“Mereka tidak mendapatkan pertolongan yang mereka perlukan sehingga mereka meninggal. Saya menyelamatkan anak-anak saya dan saya berusaha mendapatkan selimut untuk mereka dan pakaian apa pun yang bisa mereka pakai dari rumah,” kata Adnaie, dilansir Portalpekalongan.com dari Reuters, Senin 8 September 2023.
Yassin Noumghar, 36, mengeluhkan kekurangan air, makanan dan listrik, dan mengatakan sejauh ini dia hanya menerima sedikit bantuan pemerintah.
“Kami kehilangan segalanya, kami kehilangan seluruh rumah. Kami hanya ingin pemerintah membantu kami," harap Noumghar.
Kemudian, karung-karung makanan diturunkan dari sebuah truk yang menurut pejabat setempat Mouhamad al-Hayyan diorganisir oleh pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Baca Juga: Ini 5 Doa untuk Kedua Orang Tua, Catat Waktu Mustajab Berdoa
Dengan banyaknya rumah yang dibangun dari batu bata lumpur dan kayu atau semen dan balok angin, struktur bangunan mudah runtuh. Ini adalah gempa bumi paling mematikan di Maroko sejak tahun 1960 ketika gempa tersebut diperkirakan menewaskan sedikitnya 12.000 orang.***