Parade Puisi dalam 'Purnama Puisi di Atas Awan', Usaha USM dan PWI Jateng Menumbuhkan Cinta Budaya Indonesia

- 13 Juni 2022, 13:58 WIB
Pj Wali Kota Salatiga Sinoeng N. Rachmadi dalam Acara "Purnama Puisi di Atas Awan"
Pj Wali Kota Salatiga Sinoeng N. Rachmadi dalam Acara "Purnama Puisi di Atas Awan" /Portal Pekalongan

Bait puisi ini begitu dalam: //...inikah kenduri simfoni hati?/menziarahi candi-candi/menyusuri ilham agung/dalam sunyi...//

Honi Havana juga terlihat tegas ketika membacakan "Di Keteduhan Mendut". Perwira TNI lulusan Akmil 2000 itu mengaku suka puisi dan tak pernah bosan berwisata ke Borobudur.

Baca Juga: Kiai Ahmad Darodji Kembali Pimpin Baznas Jateng, Noor Achmad: Jadi Percontohan Nasional 

Rektor USM Dr Supari terlihat menghayati ketika menyuarakan "Menjauhkan Warisan Peradaban", //...kelak, pada suatu masa/kau hanya bisa bercerita kepada anak cucumu/: tentang candi perkasa/tentang mahakarya luar biasa/tentang warisan peradaban tiada tara/cukuplah melihat foto-fotonya/menjejaki cahaya kegemilangannya/wangsa Syailendra pun pasti tak mengira/pada suatu masa/Sambarabudhara tak terjangkau/ kehendak meraih karib semesta.

Penonton pun sempat merenung, ketika Prof Sudharto menyajikan karyanya sendiri, "Borobudur, antara Konservasi dan Ekonomi", dan Prof Kesi membawakan "Mengantar Matahari di Gedong Sanga".

Akademisi yang tampil lain adalah Plh Kaprodi S1 Pariwisata USM Fajriannoor Fanani Sos MIkom ("Di Gerbang Cinta Samarabudara"), penyair Budi Maryono ("Sunyi Kabut Pagi"), Widiyartono R ("Suara-suara dari Bukit Baka"), Ch Kurniawati ("Luap Kata Rakai Pikatan, Luap Kata Pramodyawardhani"), Made Dwi Adnjani dengan penuh penghayatan melantunkan "Percakapan Hati Rakai Pikatan" dan "Percakapan Hati Pramodyawardhani", Dini Inayati ("Lewat Kearifan yang Terbaca"), serta Amir Machmud NS membacakan puisi terbarunya, "Cahaya Gunadharma".

Baca Juga: 10 Tips Mendidik dan Merawat Anak ala Dr. Aidh Al-Qarni, Nomor 1 Hal Paling Penting

Pembina Yayasan Alumni Undip Prof Sudharto mengatakan malam kebudayaan ini sangat bagus sebagai penanda Dies Natalis Ke-35 USM. Dia menilai, candi adalah bagian dari karya budaya bangsa. Candi bukan hanya kobjek wisata yang mendatangkan keuntungan, tapi kita bisa belajar kearifan untuk dikembangkan untuk hari esok.

''Usia 35 tahun, saya kira momentum mewujudkan kan cita-cita USM menjadi universitas unggul,'' pungkasnya.

Rektor USM Supari menegaskan, pergelaran ini sebagai komitmen betapa sebuah perguruan tinggi menjadi unsur terdepan mengajak masyarakat untuk menghargai, merawat budaya.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: PWI Jateng


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x