Pengukuhan Pengurus BWI, Prof M Nuh: Wakaf Transformasi Nilai Ekonomi dan Diri Umat

- 9 Desember 2023, 21:00 WIB
Prof M Nuh yang saat ini menjabat sebagai Ketua Badan Pelaksana BWI
Prof M Nuh yang saat ini menjabat sebagai Ketua Badan Pelaksana BWI /Dwi Widiyastuti/Dokumen Pribadi

PORTAL PEKALONGAN.COM – Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh DEA atau Prof M Nuh saat memberikan sambutan pengarahan pada acara Pengukuhan Pengurus Perwakilan Badan Wakaf Indonesia (BWI) masa kerja 2023-2026 tentang Gerakan Wakaf Uang untuk Kemandirian Ekonomi Umat.

Prof M Nuh mengerakkan  tahun wakaf pada tahun 2023-2024. Fenomena yang terjadi banyak orang mewakafkan hartanya untuk kemanfaatan orang lain atau lembaga. Wakaf dapat mensucikan harta serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Wakaf membentuk pribadi yang peka terhadap sesama serta dapat meningkatkan  meningkatkan perekonomian umat secara mandiri. Orang yang suka berwakaf akan menjadi sosok yang berjiwa besar. Serta banyak memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Baca Juga: Undip Anugerahi Bambang Susantono Gelar Profesor Kehormatan Bidang Keahlian Kota Layak Huni dan Berkelanjutan

Dilansir portalpekalongan.com pada kegiatan Rapat Kerja Perwakilan BWI Jateng dengan tema "Gerakan Wakaf Uang untuk Kemandirian Ekonomi Umat," di Aula Kantor Dinas Sosial Provinsi Jateng, Jl Pahlawan Semarang, Sabtu 9 Desember 2023

Hal itu diungkapkan Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh DEA atau Prof M Nuh saat memberikan sambutan pengarahan pada acara Pengukuhan Pengurus Perwakilan Badan Wakaf Indonesia (BWI) masa kerja 2023-2026.

"Akhir tahun 2023 dan awal tahun 2024 terlihat banyak sekali orang yang suka berwakaf. Antara lain, banyak orang tiba-tiba membagi-bagikan kaos," kata Prof M Nuh sambil berseloroh.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (2007–2009) ini bercerita kisah lama tentang saudagar kaya raya yang pergi berdagang ke negeri seberang naik kapal. Di tengah lautan, kapal diterpa badai.

Saudagar kaya raya negosiasi dengan nakhoda kapal untuk membeli sebagian besar pelampung yang ada. Sebuah pelampung yang di darat harganya hanya Rp100 ribu, dijual oleh nakhoda kapal Rp100 juta. Saudagar kaya raya itu membeli 10 buah, 1 untuk dirinya sendiri, 2 untuk pengawalnya, 2 untuk pegawainya, dan 5 untuk keping uang emas.

"Itulah yang dinamakan transformasi nilai," kata Prof M Nuh.

Mantan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia (22 Oktober 2009 - 20 Oktober 2014) itu menambahkan, bahwa mungkin apa yang kita lakukan di dunia terlihat sederhana, tapi nanti bisa ada transformasi nilai yang luar biasa di dunia selanjutnya, yakni di alam barzakh.

"Yang kita lakukan terlihat sederhana di dunia, tapi nilainya menjadi luar biasa di alam akhirat. Itulah mata rantai perwakafan."

Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya (2003–2006) itu mengajak seluruh pengurus perwakilan BWI di Jateng untuk bersyukur.

"Bersyukur untuk apa? Bersyukur karena bisa bersyukur. Karena sangat sedikit hamba Allah yang bisa bersyukur. Juara itu selalu sedikit. Yang namanya imam itu sedikit daripada makmum. Kalau mau jadi juara, harus memegang konsep syukur," kata M Nuh yang kini menjadi dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Biomedik, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Dikisahkan pula oleh Prof Nur tentang perjalanan hidup. Hidup diawali di alam ruh, ditanya, alastu birabbikum, waktu itu kita menjawab "Iya Tuhanku". Kemudian di alam rahim, di alam dunia, kemudian mati di alam barzakh, hingga alam pembalasan masuk surga atau neraka.

"Yang penting di setiap fase kehidupan kita memiliki bekal. Bisnis yang untungnya tebal itu ternyata wakaf, bekal kita di akhirat kelak."

Baca Juga: Selama 2023, Jateng Ekspor 57 Ton 'Emas Putih' Senilai Rp1,6 Triliun, Meningkat 42,5% Dibanding 2022

Prof M Nuh mengibaratkan manusia sedang dalam perjalanan menuju Arab Saudi, maka wajib membawa bekal mata uang real. Kalau tujuannya ke Eropa ya wajib bawa bekal mata uang Euro.

"Siapa yang menetapkan? Yang menetapkan bank sentral masing-masing negara itu. Jadi logikanya kalau kita ke alam barzakh alam akhirat apa bekalnya? Siapa yang menetapkan? Ya tentu Allah dan Rasulnya. Kalau kita tak bawa bekal, ya kita jadi pengemis di sana," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua BWI Jateng, Drs H Imam Masykur MSi, minta arahan kepada Prof M Nuh yang saat ini menjabat sebagai Ketua Badan Pelaksana BWI, karena saat ini, tanah wakaf di Jateng semakin meningkat jumlahnya.

"Kesadaran masyarakat semakin luar biasa. Dari 112.224 bidang tanah wakaf di Jateng 78.492 di antaranya sudah bersertifikat. Yang belum bersertifikat seklitar 30 ribuan. Banyak pengurus BWI Kabupaten/Kota yang semakin kencang berlari terkait penyertifikatan tanah wakaf di wilayah kerjanya masing-masing. Namun banyak kepengurusan sertifikasi tanah wakaf yang mandek, karena belum ada rekomendasi bupati, seperti yang terjadi Kabupaten Pekalongan," kata Kepala Dinas Sosial Provinsi Jateng.

Kepada Prof M Nuh dia juga menjelaskan kondisi terkini di Jateng, di mana nadzir wakaf uang BWI Jateng sudah terbit.

Dia juga minta Asisten Sekretaris Daerah Dra Ema Rachmawati MHum yang saat ini menjabat sebagai Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat terkait nazhir wakaf uang.

"Mohon Bu Ema mendukung BWI. Tidak hanya mendukung Baznas yang bisa payrol untuk ZIS. Wakaf uang, itu uangnya utuhnya, sampai kapanpun utuh, kemanfaatannya kembali ke masyarakat," katanya.

Berkaitan dengan sertifikasi nazhir wakaf uang, setiap tahun BWI Jateng melakukan sertifikasi nazhir wakaf uang, jumlahnya ada 90 orang. Yang ini kerjasama dengan Baznas. Hasil sertifikasinya diaplikasikan ke teknis.

"Terkait permasalahan wakaf, di antaranya yang belum selesai RSI di Cilacap, di Pati, Juwana masih tarik ulur DKM masjid. Wakaf Sunan Kalijaga sudah selesai semua untuk proyek strategis nasional. Sunan Kalijaga juga terkena proyek tol Demak. Yang di Tuban sepertinya akan kena banyak lagi, tapi insyaAllah tidak ada masalah karena sertifikatnya sudah wakaf semua," katanya.

Dra Ema Rachmawati MHum juga mohon bantuan terkait persoalan tanah wakaf Wadas. Warga sudah dapat ganti rugi, punya tanah, punya masjid, mereka minta sebagian uang itu dipakai membeli tanah lagi, membangun masjid, dan ada yang digunakan lain.

"Uangnya sudah ada di PU. Kami berharap tahun ini dapat diselesaikan, agar PU bisa mengeluarkan. Kemudian, baik PU tidak berani karena menunggu BWI Provinsi Jateng.

Kedua, pekerjaan rumah pertama ada uang dan non uang, ini mungkin yang masih jadi PR mengidentifikasi wakaf non uang, dicatat dengan baik, agar tidak disalahgunakan orang. Tanah wakaf kalau tidak segera disertifikasi, dipetakan, pencatatan akan jadi persoalan ke depan."

Demikian informasi mengenai Pengukuhan Pengurus BWI, Prof M Nuh: wakaf  transformasi nilai ekonomi dan diri umat.*

 

 

Editor: Ali A

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah