Lailatul Qadar tahun 2022 Jatuh Pada malam 27 Ramadhan Kamis Malam Jumat 28 April 2022: Simak Penjelasannya

22 April 2022, 13:28 WIB
Lailatul Qadar tahun 2022 Jatuh Pada malam 27 Ramadhan Kamis Malam Jumat 28 April 2022: Simak Penjelasannya /Pixabay.com / chiplanay

 

PORTAL PEKALONGAN - Kita sebagai hamba-Nya mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri, mensucikan hati dan pikiran, dari segala macam dosa.

Tujuannya adalah untuk mengembalikan potensi fitrah yang menjadi kata kunci keberhasilan hidup kita di hidup dunia ini, juga menjadi hamba-hamba Allah yang bertaqwa, dan sebagai bekal menuju kehidupan abadi di akhirat nanti.

Allah mewajibkan puasa di bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmah dan maghfirah ini, hanyalah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.

Riwayat Ibn Abbas, Rasulullah saw bersabda: “Seandainya umatku memahami rahasia dan keutamaan yang ada dalam bulan Ramadhan, sungguh mereka akan mengharapkan setahun penuh menjadi bulan Ramadhan. Karena kebaikan dikumpulkan, ketaatan diterima, doa-doa akan diijabahi, dosa-dosa diampuni, surga digelar untuk mereka”.

Baca Juga: Rahasia Malam Lailatul Qadar, Carilah pada 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Seberapa senangkah hati dan pikiran kita menerima dan menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan ini?

Sudah barang tentu tergantung pemahaman kita akan keutamaan dan makna bulan Ramadhan ini.

Ibadah puasa adalah ibadah yang menjadi persembahan kepada Allah Swt serta untuk menguji kejujuran kita.

Kita semua memahami, bahwa sejak terbitnya fajar hingga terbenam matahari, kita dididik untuk berdisiplin tidak makan dan minum, meskipun itu hak milik kita dan halal, tetapi ajaran agama belum mengizinkan untuk kita sentuh, maka kita mengikuti tuntunan agama kita itu.

Baca Juga: Simak Tuntunan Itikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan Sesuai Hadist. Amalkan Demi Mendapatkan Lailatul Qadar

Di sinilah imtitsâlu awâmirihi wa ijtinâbu nawâhihi yang memiliki makna kejujuran dan ketaatan kita, untuk meraih ketaqwaan.

Kepatuhan seorang hamba kepada seluruh perintah Allah, dan meninggalkan semua larangan-Nya jauh-jauh, adalah jati diri dari seseorang beragama. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan:

Riwayat dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, bahwa seluruh amal perbuatan Anak Cucu Adam untuknya, kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk Aku, dan Aku akan membelasnya.

Puasa itu perisai.

Dan apabila puasa salah seorang kalian, maka janganlah berkata rafats, mendorong cepat, maka apabila salah seorang ada yang mengumpat atau memeranginya, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku seseorang yang berpuasa, dan demi Dzat yang jiwa Muhammad dalam kekuasaan-Nya, sungguh aroma mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya aroma minyak misik (kesturi). Bagi orang yang berpuasa berhak dua kebahagiaan, yang akan dinikmatinya, ketika berbuka ia berbahagia, dan ketika berjumpa dengan Tuhannya, ia berbahagia dengan puasanya” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Kumpulan Doa Harian Ramadhan Hari Ke 1 hingga Ke-30 Lengkap Arab, Latin, dan Artinya

Oleh karena itu, marilah pada kesempatan di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, kita menyempurnakannya dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat serta kita maksimalkan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Selain tadarus, juga menghadiri kegiatan majelis ilmu, karena dengan demikian apa yang kita peroleh di bulan puasa ini, akan menjadi tabungan dan investasi besar bagi masa depan kita.

Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah! Allah SWT berfirman :

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.

2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?

3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.12:26

Baca Juga: Apakah Perempuan Boleh Itikaf di Masjid di 10 Hari Terakhir Ramadhan? Simak Tuntunan Berdasarkah Hadist Shohih

Pada malam lailatul qadar tersebut Allah limpahkan kepada hamba-hamba Allah yang memanfaatkan untuk mendekatkan diri bertaqarrub dan bermunajat kepada-Nya melalui para malaikat yang Allah turunkan untuk membawa rahmat dan kasih sayang Allah. Sungguh hal tersebut tidak ada keragu-raguan lagi bagi kita,

Nabi saw bersabda: “Pintu langit dibuka di malam Lailatul qadar, tidak ada seorang hamba yang shalat di dalamnya, kecuali Allah menjadikan baginya, pada setiap takbir, laksana menanam pohon di surga, sekiranya dia berjalan seseorang yang mengendarai dalam bayangan keteduhannya 100 tahun, sungguh tidak mampu melewatinya, pada setiap rakaat, dinilai satu rumah di surga dari intan, permata, batu permata seperti zamrud, dan mutiara, dan pada setiap ayat bacaannya dalam shalat ibarat mahkota di surge, dan pada setiap duduk, adalah derajat dari ketinggian surga, dan pada setiap salam perhiasan dari perhiasan surga” (Zubdatul Wa’idhin).

Allah juga berjanji akan mengabulkan seluruh doa dan permohonan kita. Karena itu pula Allah memerintahkan kepada kita untuk berdoa dan memohon kepada-Nya.

Malam ganjil, yang dinantikan oleh hamba-hamba Allah dan kekasih-Nya yang ingin bermanja-manja dan bermesra-mesra dengan penuh ketawadluan dan kekhsyu’an.

Baca Juga: Lailatul Qadar Jatuh di Malam 27 Ramadhan? Ini Kata Prof Ahmad Rofiq

Sebagaimana Firman Allah: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah, 2:186).

Malam lailatul qadar, adalah malam kemuliaan dan sekaligus penentuan.

Malam lailatul qadar Malam yang lebih baik dan lebih indah dari 1000 bulan.

Pada malam itu Allah memberi kesempatan kita, untuk menjemput para Malaikat pembawa rahmat dan kasih sayang-Nya, hingga fajar akan terbit.

Baca Juga: Tata Cara Lengkap Itikaf, Amalan Utama di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Kapan malam kemuliaan itu tiba?

Tampaknya datangnya malam lailatul qadar dirahasiakan oleh Allah.

Para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan, malam pertama Ramadhan, ada tanggal 17 Ramadhan, ada yang berpendapat 10 hari terakhir.

Namun mayoritas Sahabat dan Ulama menyatakan 27 Ramadhan.

Seorang Ulama Sufi menyatakan pengalamannya, bahwa selama hidupnya dia menjumpai malam lailatul qadar itu pada malam 27 Ramadhan.

Baca Juga: Fadhilah Keutamaan Sholat Tarawih Malam Ke-21 Ramadhan: Allah Akan Bangunkan Rumah dari Cahaya di Surga

Ada yang menghitung bahwa huruf lailatul qadar terdiri dari 9 huruf, disebut sebanyak 3 kali dalam al-Qur’an, maka tanggal 27 Ramadhan.

Yang jelas “kerahasiaan” tersebut dimaksudkan, agar hamba-hamba Allah agar berusaha dan bekerja keras, untuk meraihnya dengan memperbanyak ibadah di malam-malam tersebut, sebagaimana dirahasiakannya saat-saat mustajabah di hari jumat, sebagaimana shalat wustha dari shalat lima waktu, dan nama yang Agung dari sekian banyak nama, dan untuk meraih ridha-Nya agar kita berjuang untuk meraihnya di semua malam-malam kemuliaan itu”.

Kita semua memiliki harapan, semoga momentum bulan Ramadhan dan malam lailatul qadar ini, dapat membawa pengaruh positif bagi kita semua.

Kita juga dapat mengambil hikmah penting, menjadi orang-orang yang jujur, berkhidmat bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan, dan mengakhiri praktik dan tindakan yang merugikan masyarakat, dan tentu diri mereka sendiri, dengan mengawali tindakan yang positif dan bermanfaat bagi kepentingan rakyat.

Baca Juga: Kajian Ramadhan: Bagaimana Menjadi Orang Tua Bahagia, Simak Kajian Bersama Psikolog H. M. Jamaludin Ahmad

Semoga Allah Swt menerima ibadah kita, dan kita semua sepanjang tahun, mendapat kemuliaan dan keberkahan lailatul qadar, senantiasa berada dalam kebaikan dan keberkahan.

Dan kita termasuk hamba-Nya yang kembali kepada fitrah, hamba-hamba yang meraih kemenangan dan kebahagiaan.

Semoga ibadah kita diterima oleh Allah SWT, dan kita layak dapat menjumpai-Nya di akhirat kelak.

Amin Allahumma amin.

Artikel ini bersumber dari Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA adalah Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, Koordinator Wilayah Indonesia Tengah PP Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan Anggota Dewan Penasehat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat.***

Editor: Alvin Arifin

Tags

Terkini

Terpopuler