Fakta Kisah Syekh Siti Jenar, Dijelaskan Suhu Padepokan Carang Seket

- 20 September 2021, 14:24 WIB
Fakta Kisah Syekh Siti Jenar, Dijelaskan Suhu Padepokan Carang Seket
Fakta Kisah Syekh Siti Jenar, Dijelaskan Suhu Padepokan Carang Seket /Tangkap Layar YouTube Carang Seket

PORTAL PEKALONGAN - Kali ini Den Juneng, suhu Padepokan Carang Seket akan menjelaskan mengenai fakta kisah Syekh Siti Jenar.

Nama Syekh Siti Jenar pasti sudah tidak asing lagi bagi kalian, dan pastinya bikin penasaran siapa sebenarnya Syekh Siti Jenar.

Pada artikel ini akan membahas mengenai fakta kisah Syekh Siti Jenar yang akan dijelaskan oleh suhu Padepokan Carang Seket.

Baca Juga: Mitologi Dewi Parvati, Versi Padepokan Carang Seket

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran.

Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syekh Abdul Jalil.

Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon.

Dia mendapat gelar Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang atau Syekh Lemah Brit.

Syekh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw.

Baca Juga: Kenapa Setan Bisa Masuk Surga? Diceritakan oleh Den Juneng, Suhu Padepokan Carang Seket

Nasab lengkap Syekh Siti Jenar adalah :

Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali]
bin Sayyid Shalih
bin Sayyid ’Isa ’Alawi
bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin
bin Sayyid ’Abdullah Khan
bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan
bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih
bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath
bin Sayyid 'Ali Khali Qasam
bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair
bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah
bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir
bin Sayyid 'Ubaidillah
bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir
bin Sayyid 'Isa An-Naqib
bin Sayyid Muhammad An-Naqib
bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi
bin Imam Ja'far Ash-Shadiq
bin Imam Muhammad al-Baqir
bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin
bin Imam Husain Asy-Syahid
bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra
binti Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Baca Juga: Kenapa Setan Bisa Masuk Surga? Diceritakan oleh Den Juneng, Suhu Padepokan Carang Seket 'bagian 2'

Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran.

Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya.

Dan Syekh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.

Kemudian ketika Syekh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka.

Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah.

Saat itu Kesultanan Malaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani.

Baca Juga: Cara Menentukan Takdir, Ini Penjelasan Suhu Padepokan Carang Seket

Akhirnya Syekh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.

Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah.

Sekaligus pergantian Mufti baru dari Sayyid Sholih (ayah Siti Jenar) kepada Syekh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon.

Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.

Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin Affan.

Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon.

Baca Juga: Asal Usul Manusia, Dulurku Papat Kelimo Pancer, Begini Penjelasan Lengkap Suhu Padepokan Carang Seket

Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun.

Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:

1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya

2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya

Baca Juga: Siapakah Ibu Gayatri dalam Mantram Gayatri, Ini Penjelasan Suhu Padepokan Carang Seket

3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara

4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Baca Juga: Tuhan Bukan Lising, Ini Penjelasan Suhu Padepokan Carang Seket

Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Syekh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah :

- Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi,
- Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli,
- Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali,
- Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi,
- Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli,
- Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj,
- Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy.
- Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Baca Juga: Cara Menghitung Pengaruh Keris Menggunakan Jari Jempol, Versi Padepokan Carang Seket

Sedangkan dalam ilmu fiqih Islam, Syekh Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun.

Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Syekh Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin Affan.

Baca Juga: Definisi Sakti atau Kesaktian, Ini Penjelasan Suhu Padepokan Carang Seket

Di antara murid-murid Syekh Siti Jenar adalah:

• Muhammad Abdullah Burhanpuri,
• Ali Fansuri,
• Hamzah Fansuri,
• Syamsuddin Pasai,
• Abdul Ra’uf Sinkiliy,
• dan lain-lain.

Baca Juga: Amalkan Hal Ini Semampunya Ketika Sedang Terlilit Hutang Besar, Dijamin Hutang Lunas kata Syekh Ali Jaber

Kesalahan Sejarah tentang Syekh Siti Jenar menjadi fitnah adalah:

1. Menganggap bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing.

Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan syariat Islam.

Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong.

Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yang masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas.

“Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.”

[Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]

Baca Juga: 4 Nasihat Imam Asy Syadzili, Prof Ahmad Rofiq: Tenggelamkan Dunia dalam Lautan Tauhid sebelum Terjadi Ini...

2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang di identikkan kepada Syekh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syekh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur.

Istilah itu berasal dari Kitab-kitab primbon Jawa.

Padahal dalam Suluk Syekh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’.

Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti.

Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah:

”Kullu Syai’in Haalikun Illaa Wajhahu”

Artinya :

“Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”.

Baca Juga: Ingin Kelancaran Rezeki Seluas Langit dan Bumi, Ustadz Adi Hidayat Anjurkan Bacaan Surat Ini saat Shalat Dhuha

Syekh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syekh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb.

Syekh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata,

“Saya berguru kepada Syekh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syekh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa".

"Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “ ALLAH.. ALLAH.. ALLAH ”

"Dan membaca Shalawat Nabi",

"Tidak pernah ia putus puasa Daud", Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh",

"Dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

Baca Juga: 6 Amalan Sebelum Tidur agar Terhindar dari Mimpi Buruk dan Gangguan Makhluk Halus

4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syekh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing.

Bantahan saya:

“Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah".

"Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syekh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing".

"Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih".

"Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun".

"Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia".

"Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya".

Baca Juga: Jangan Minder, Simak 6 Kelebihan Perempuan Bertubuh Pendek yang Perlu Kamu Ketahui

"Mereka berkata bahwa Syekh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud".

"Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“

5. Cerita bahwa Syekh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer.

Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron.

Bantahan saya:

“Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa".

"Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]".

"Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah".

Baca Juga: 2 Amalan yang Dapat Membuktikan Keimanan Seseorang Menurut Syekh Ali Jaber

"Tidaklah mungkin 9 Waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh Waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat.”

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda.

Untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat.

Demikia kisah Syekh Siti Jenar yang dijelaskan oleh Den Juneng suhu Padepokan Carang Seket.***

Editor: Dimas Diyan Pradikta

Sumber: Padepokan Carang Seket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x