PORTAL PEKALONGAN – Hilangnya Eril yang terseret arus di sungai Aare menjadi sebuah pelajaran. Peristiwa itu sebagai pengingat dan ikhtiar untuk persiapan kita pulang.
Hakekatnya cerita tentang kita semua. Semua akan pulang dengan waktu, tempat cara yang berbeda yang tidak ada yang tahu.
Hidup di dunia sesngguhnya sebuah perjalanan bukan tujuan. Sebuah perjalanan pasti ada kisah titik awalnya.Dan kisah akan berakhir dengan cerita masing-masing. Setiap yang datang akan ada saatnya untuk kembali pulang.
Baca Juga: Guru Inpassing Kemenag Banjarnegara, Adakan Silaturahmi dan Sarahsehan
Agar perjalanan selamat, maka petunjuk jalan dan bekal harus disiapkan. Petunjuk jalan adalah keimanan. Bekal perjalanan adalah an fauhun linnas yang terdapat dalam tas pahala amal-amal kebiakan kita.
Itulah hakekat cerita Eril.
Ridwal Kamil dan keluarga mengikhlaskan kepergian Eril, sesuangguhnya ia sudah selesai dalam melakukan perjalanan, paripurna hidup dengan segala amalnya. Dia pulang kepada pemilik jagad sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Jadwal yang sudah tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Seandainya bisa bertukar pasti setiap orang tua akan melakukannya.
Namun logika manusia tidak akan dengan takdir.Jika cucuran air mata ibu setiap malam dan raungan suara ayah yang tak dapat terdengar itu sebuah bukti bahwa hati mereka hancur berkeping-keping.