Dasar, Tata Cara, dan Bacaan Doa Qunut Saat Witir di Separuh Terakhir Ramadhan

- 4 April 2023, 20:26 WIB
Ilustrasi bacaan doa qunut saat shalat Witir
Ilustrasi bacaan doa qunut saat shalat Witir /Tangkap layar YouTube/Channel Firanda Andirja

PORTAL PEKALONGAN – Bulan Suci Ramadhan 1444H ini sudah memasuki separuh terakhir. Hal ini tentu dirasa sangat cepat bagi sebagian orang yang benar – benar menikmati ibadah puasa ini. Terlebih diselingi dengan aktivitas – aktivitas yang menyenangkan, menjalankan ibadah puasa tentunya juga akan terasa menyenangkan.

Sebagaimana kita biasa laksanakan bersama baik dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau mushola terdekat, setiap malam pada bulan Ramadhan, umat muslim berbondong – bondong menuju tempat ibadah setelah selesai menikmati hidangan buka puasa dan melaksanakan sholat maghrib.

Tentunya tujuan perjalanan menuju masjid atau pun mushola terdekat untuk melaksanakan ibadah sholat isya dan dilanjutkan dengan sholat umat Muslim khususnya warga Nahdliyin membaca Doa Qunut di rakaat terakhir shalat witir yang dilakukan usai shalat Tarawih.

Baca Juga: Sholat Witir 2 Rakat Salam Atau Hanya 1 Kali Salam? Begini Penjelasan Gus Baha!

Ada banyak dalil yang bisa dijadikan sebagai dasar pembacaan doa qunut ini, salah satunya adalah atsar (perkataan sahabat Nabi) berikut:

أن عمر بن الخطاب جمع الناس على أبي بن كعب فكان يصلي لهم عشرين ليلة ولا يقنت الا في النصف الباقى من رمضان. رواه أبو داود

Artinya, “Sesungguhnya Umar Ibn Khattab berinisiatif mengumpulkan masyarakat agar shalat tarawih bersama (dengan imam) Ubay Ibn Ka’b, maka beliau shalat tarawih bersama mereka selama 20 malam, dan beliau tidak berdoa qunut kecuali dalam separuh yang kedua (malam 16 Ramadhan hingga seterusnya).” (HR. Abu Dawud).

Berikutnya, dijelaskan pula di dalam kitab Ma’rifatus Sunan wal Atsar (4/44) dengan mengutip pendapat Imam asy-Syafii yang mengatakan bahwa pada separuh terakhir Ramadhan umat Muslim membaca doa Qunut. Hal ini, lanjut asy-Syafii, pernah dilakukan oleh Ibnu Umar dan Mu’adza al-Qari.

Baca Juga: Gus Baha: Tidurnya Orang Berpuasa Itu Ibadah

 قال الشافعي: ويقنتون في الوتر في النصف الآخر من رمضان، وكذلك كان يفعل ابن عمر، ومعاذ القاري

Artinya, “Mereka berqunut di dalam shalat Witir pada pertengahan akhir bulan Ramadhan, seperti itulah yang dilakukan oleh Ibnu ‘Umar dan Mu’adz al-Qari.”

Demikian pula, Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar (67) menegaskan hal serupa. Menurut an-Nawawi, ulama kalangan madzhab Syafii menganjurkan pembacaan doa Qunut pada separuh terakhir di bulan Ramadhan. Selain itu, dia juga memaparkan beberapa versi anjuran ini. Akan tetapi, pendapat yang paling kuat menurutnya adalah Qunut dibaca pada separuh terakhir Ramadhan.

ويستحب القنوت عندنا في النصف الأخير من شهر رمضان في الركعة الأخيرة من الوتر، ولنا وجه: أن يقنت فيها في جميع شهر رمضان، ووجه ثالث: في جميع السنة، وهو مذهبُ أبي حنيفة، والمعروف من مذهبنا هو الأوّل 

Artinya: “Menurut kami, disunnahkan Qunut di akhir witir pada separuh akhir Ramadhan. Ada juga dari kalangan kami (Syafiiyyah) yang berpendapat, disunnahkan Qunut di sepanjang Ramadhan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa disunnahkan Qunut di seluruh shalat sunnah. Ini menurut madzhab Abu Hanifah. Namun, yang baik menurut madzhab kami adalah model yang pertama, yaitu Qunut pada separuh akhir Ramadhan.”

Baca Juga: Studio Podcast FAI Unissula Akan Hadirkan Narasumber Bahas Isu-isu Penting

Qunut Witir dibaca saat lewat tengah Ramadhan, lebih tepatnya dimulai pada saat 15 Ramadhan Lalu bagaimana tata cara Qunut witir yang dipraktekkan oleh para sahabat terdahulu? Berikut adalah ulasannya.

Pelaksanaan qunut saat Witir sebagian ulama berpendapat dilakukan sebelum ruku dan sebagian ulama lagi mengatakan setelah ruku.

Setelah bangkit dari ruku dan membaca Sami'allahu liman hamidah, kemudian membaca kewajiban sholat Rabbana walakal-hamdu. Lalu dilanjutkan qunut dengan mengangkat kedua tangan yang disunnahkan. Berikut adalah qunut:

اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ. وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ. وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ. وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ

وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ. إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ. وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ. وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

(Allahummah dinii fiiman hadait. Wa ‘aafinii fiiman ‘aafait. Wa tawallanii fiiman tawallait. Wa baariklii fiimaa a’thoit. Wa qini syarro maa qodhoit. Innaka taqdhi walaa yuqdho ‘alaik. Wa innahu laa yadzillu man walait. Walaa ya’izzu man ‘aadait. Tabarakta wa ta’aalait).

Artinya: “Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku perlindungan sebagaimana orang yang Engkau lindungi. Sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berikanlah berkah terhadap apa-apa yang telah Engkau berikan kepadaku.

Baca Juga: 10 Korban Dukun Pengganda Uang Banjarnegara Terungkap, Dikubur di Sebuah Kebun

Jauhkanlah aku dari kejelekan apa yang Engkau telah takdirkan. Sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan hukum dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepada-Mu.

Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Rabb kami Yang Maha Tinggi.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).***

Editor: Ali A

Sumber: Beragam Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah