Ramadhan Bulan Kompetisi

- 15 Maret 2024, 10:00 WIB
Prof Ahmad Rofiq
Prof Ahmad Rofiq /Dwi Widiyastuti/


Oleh: Ahmad Rofiq*)

PORTAL PEKALONGAN - Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan kematian dan kehidupan, adalah untuk kompetisi atau musabqah, agar kita sebagai hamba-Nya, berlomba mana di antara kita yang paling baik amal perbuatannya (QS. Al-Mulk: 2). Bulan Ramadhan dihadirkan sekali dalam satu tahun, adalah juga untuk berkompetisi, agar kita mampu menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyuan dan ketawadluan, supaya dosa-dosa selama setahun diampuni oleh Allah.

Mekanisme atau tata cara penghapusan dosa, selain yang pokok adalah meninggalkan makan, minum, hubungan suami istri, dan meninggalkan hal-hal lain yang dapat merusak atau membatalkn puasa, juga diharapkan dapat meninggalkan ucapan, perbuatan, dan bahkan meminjam peringkat puasa Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali, meninggalkan angan-angan dan keinginan terhadap sesuatu yang tidak dimilikinya.

Karena itu, bulan Ramadhan -- yang secara etimologi artinya membakar -- oleh Allah dijadikn sebagai bulan berkah, bulan suci, penuh rahmat atau kasih sayang, penuh maghfirah, dan dilipatgandakannya pahala bagi hamba-hamba yang beriman dan berinvestasi memupuk pundi-pundi bekal ketaqwaan untuk bekal di akhirat yang merupaan alam keabadian.

Baca Juga: Keamanan Digital untuk Anak-Anak: Mengenal Aplikasi Google Family Link

Hanya hamba-hamba yang beriman, yang mampu menangkap betapa ibadah pusa di buln Ramadhan ini sesungguhnya adalah bulan penuh dengan kenikmatan. Hanya hamba Allah yang beriman, yang dapat merasa sangat bergembira dengan datangnya bulan Ramadahan.

Mengapa kita harus bergembira? Rasulullah saw bersabda: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu (neraka) Jahim ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.

Imam Ibnu Rajab menjelaskan: “Bagaimana tidak gembira, seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang suatu waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan) yang lebih mulia dari seribu bulan”.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah (2): 183). Allah menggunakan redaksi “la’allkum tattaqun” atau agar kamu beraqwa, bukan agar kamu menjadi orang yang bertaqwa, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah:2.

Baca Juga: Oleh Oleh Khas Semarang Terlengkap Ada di Sini

Ibadah puasa Ramadhan yang kita jalankan, masih harus memerlukan ibadah sosial lainnya, agar dapat mengantarkan kita sebagai haba yang muttaqin. Yakni dengan membayar zaat fitrah, dan tentu zakat mal, bagi mereka yang mampu. Yakni, memiliki penghasilan melebihi satu nishab dan rentang waktu aman dalam satu tahun atau haul.

Lebih dari itu, kita musti mnghidupkan malam-malam Ramadhan, untuk mendekatkan diri kepada Allah, shalat wajib dan sunnah tarawih dan witir, juga tahajjud, tasbih, dan hajat, ditambah lagi I’tikaf di masjid, agar melalui prosesi ibadah tersebut, Allah melimpahkan ampunan atau maghfirah.

Secara matematis, puasa satu bulan untuk menghapus dosa selama satu tahun, atau sebelas bulan, adalah semata-mata karena kasih sayang Allah. Karena itu pula, selesai ibadah puasa Ramadhan, kita kembali kpada kesucian, dan itulah yang disebut dengan Idul Fitri. Riwayat dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa berpuasa – dan menghidupkan malam-malamnya -- di bulan Ramadhan, karena keimanan (kepada Allah) dan muhasabah diampuni dosa-dosanya yang lalu” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Mari kita bakar dan hapus semua residu dosa dan karat keirian dan kedengkian dalam hati kita, kita jernihkan sejernih-jernihnya dengan berpuasa, sejak dari hati, fikiran, lisan, dan tindakan kita dalam wujud perilaku kita.

Baca Juga: Play Play APK: Aplikasi Penghasil Uang yang Membayar atau Hanya Janji Manis?

Jangan sia-siakan lapar dan haus kita, dengan berbagai omongan dan perilaku yang tidak ada manfaatnya. Ibadah puasa menjernihkan dan mengembalikan potensi fitrah kita, pada kesucian yang tidak lagi ada dosa yang menempel dalam diri kita. Kita buang keserakahan dalam diri kita, kita hindari potensi-potensi maksiyat yang terus menempel dalam fikiran dan hati kita.

Mari kita maksimalkan amal shalih yang akan menambah nilai kebaikan dan investasi kita di akhirat. Berbagi takjil, menghidupkan malam-malam Ramadhan, bertadarus, melakukan I’tikaf, berdzikir, bertafakkur dan bertadabur, untuk bermunajat dan bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Rasulullah saw mengingatkan kita semua: “Banyak sekali orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan apa-apa (pahala) dari puasanya itu, kecuali hanya lapar dan haus”.
Semoga kita memenangi kompetisi di bulan penuh berka ini. Amin, ya Rabbal alamin.

*) Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Direktur LPPOM-MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia) Provinsi Jawa Tengah, Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah, Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo, Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah, Ketua II YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam Sultan Agung, dan Ketua DPS BPRS Kedung Arto Semarang, DPS BPRS Bina Finansia Semarang.***

Editor: Ali A

Sumber: Prof Ahmad Rofiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x