Lebaran Kupatan, Ternyata Begini Sejarah dan Makna Filosofinya

6 Mei 2022, 12:35 WIB
Lebaran Kupatan, Ternyata Begini Sejarah dan Makna Filosofinya. /Instagram/@masak_enakkkks


PORTAL PEKALONGAN - Lebaran Ketupat atau Kupatan dirayakan tepat sepekan setelah Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Dengan demikian, tradisi Kupatan jatuh setiap tanggal 8 Syawal.

Tahun 2022 ini, Lebaran atau Idul Fitri 1443 Hijriah jatuh pada Senin 2 Mei lalu, maka Lebaran Ketupat juga akan jatuh pada Senin pekan berikutnya, yakni tanggal 9 Mei 2022.

Meski Lebaran Ketupat lebih kental dengan budaya Jawa, tetapi tradisi Kupatan juga dirayakan di berbagai daerah mulai dari Jawa, Madura, Kalimantan, Sumatera hingga ke daerah Timur Indonesia.

Baca Juga: Bosen Sama Menu Lebaran? Cobain deh Menu Pasca Lebaran yang Menggugah Selera Ini, Bonus Resep Minuman Sehat

Dari catatan sejarah, Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Saat itu dia memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran dipahami dengan prosesi pelaksanaan sholat Ied pada 1 Syawal hingga tradisi saling kunjung dan saling maaf-memaafkan sesama muslim, sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Pada Bakda Kupat, masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat, yaitu jenis makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa (janur) yang dibuat berbentuk kantong, kemudian dimasak. Setelah masak, ketupat tersebut diantarkan ke kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua, sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.

Baca Juga: Cek Jadwal Masuk Sekolah Terbaru Pasca Lebaran: Masuk Sekolah Diundur 12 Mei?  

Dilansir Portalpekalongan.com dari Nu.or.id, ketupat atau kupat memiliki makna filosofi sebagai "ngaku lepat" atau "mengakui kesalahan". Kupat juga bisa diartikan sebagai "laku papat" atau "empat tindakan" yang diajarkan oleh agama.

Ungkapan "ngaku lepat" ini di berbagai daerah diwujudkan dengan menyediakan makanan ketupat disertai sayuran, biasanya berupa opor ayam, yang diberikan kepada siapapun warga yang singgah ke rumah atau saling antar dengan tetangga dan sanak saudara. Tradisi ini berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang hingga saat ini.

Sedangkan ungkapan untuk "laku papat" diartikan oleh masyarakat Jawa sebagai empat tindakan dengan empat istilah, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Makna "lebaran" berarti akhir dan usai, yaitu menandakan telah berakhirnya waktu puasa Ramadhan dan siap menyongsong hari kemenangan. Sedangkan "luberan" bermakna meluber atau melimpah rezekinya, layaknya air yang tumpah dan meluber dari bak air.

Baca Juga: BSU 2022 Cair Setelah Lebaran 2022? Login ke Kemnaker.go.id, Pastikan Namamu Terdaftar Sebagai Penerimanya

Pesan moral yang hendak disampaikan dari "luberan" adalah budaya mau berbagi dan mengeluarkan sebagian harta yang lebih (luber) kepada fakir miskin, dengan begitu akan membahagiakan para fakir miskin di sekitar kita.

Adapun "leburan" berarti habis dan melebur, yaitu momen untuk saling melebur dosa dengan saling memaafkan satu sama lain, dengan kata lain dosa kita dengan sesama dimulai dari nol kembali.

Yang terakhir adalah "laburan" berasal dari kata labur atau kapur. Kapur merupakan zat padat berwarna putih yang juga bisa menjernihkan zat cair, dari ini "laburan" dipahami bahwa hati seorang muslim haruslah kembali jernih nan putih layaknya sebuah kapur.

Dengan makna filosofi tersebut, maka masyarakat Jawa memaknai jika Idul Fitri tanpa Lebaran Ketupat ibarat ungkapan "sayur tanpa garam".

Baca Juga: BSU 2022 Cair Setelah Lebaran 2022? Login ke Kemnaker.go.id, Untuk Cek Kriteria Penerimanya

Sebagai ungkapan syukur dan kebahagiaan setelah merayakan Lebaran atau Idul Fitri, maka di berbagai daerah dirayakan pula Lebaran Kupatan atau tradisi Kupatan dengan menggelar berbagai pesta rakyat yang khas di masing-masing daerah.***

Editor: Arbian T

Sumber: Nu.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler