Dipamerkan di Bali, Losida Milik Peserta Yogyakarta Ternyata Berasal dari Bandung

14 Juni 2023, 12:30 WIB
Cara membuat Loseda dari FB DLH Bandung /Aris Brave/

BANJARNEGARAKU.COM - Ibu Iriana Joko Widodo bersama Ibu Wury Ma’ruf Amin serta para anggota Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) menghadiri acara Kompos Satu Negeri di halaman Istana Kepresidenan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, pada Sabtu, 10 Juni 2023.

Dalam acara tersebut, Ibu Iriana, Ibu Wury, serta para anggota OASE KIM melaksanakan kegiatan pengomposan sampah organik bersama ibu-ibu dari seluruh provinsi di Tanah Air yang hadir secara luring maupun daring.

“Dalam rangka hari lingkungan hidup dunia 2023, saya mengajak ibu-ibu di 38 provinsi seluruh Indonesia untuk mengompos bersama,” ajak Ibu Iriana sebelum memulai membuat kompos.

Baca Juga: Revitalisasi Kawasan MAJT Semarang agar Menjadi Destinasi Wisata Religi yang Nyaman dan Aman

Salah satu Peserta Kompos Satu Negeri adalah dari Bank Sampah Induk Pendulan Berseri, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peserta ini menyampaikan bahwa daerahnya melakukan pengomposan sampah menggunakan alat yang dinamakan “Losida”.

“Kami menggunakan Losida—lodong sisa dapur, yang alat itu begitu sederhana tetapi cukup bisa menyelesaikan sampah-sampah di rumah tangga, dan ini kami menggiatkan semua warga untuk setiap rumah tangga mengolah sampah dengan Losida,” tandasnya.

Apa itu Losida?

Berdasarkan pantauan Banjarnegara.com dari berbagai sumber, alat yang dimaksud adalah pipa paralon berdiameter cukup besar (3"- 4") yang bawahnya diberi lubang pori. Fungsi pori ini untuk mengeluarkan air dari cairan sampah organik yang disebut lindi. Cairan ini langsung masuk ke dalam tanah. Sampah dibiarkan di dalam pipa sampai benar-benar membusuk dan jadi kompos.

Kata Losida diduga berasal dari kata Loseda. Loseda kepanjangan dari Lodong Sesa Dapur, adalah wadah untuk membuang sisa makanan dapur atau yang disebut sampah organik. Metode Loseda ini dibuat dari pipa berlubang setinggi 120 cm dan ditanam di kedalaman 30-40 cm.

Pelopor Loseda adalah Agus dari Organisasi Citarum Harum dan Rijal dari Dinas Lingkungan Hidup atau DLHK Bandung sebagai pembuat Loseda. Portal Ngaderes.com melaporkan kalau Loseda sangat populer di Kota Bandung.

Baca Juga: Canggih! SIG Terapkan Optimasi Tambang Berbasis Teknologi Digital Pantau Keselamatan Kerja di Pabrik Tuban

Kolonel Inf Asep Rahman Taufik, yang waktu itu menjabat sebagai Komandan Sektor 22 Citarum Harum, sangat giat mempopulerkan Loseda ke masyarakat. “Yaitu Loseda atau Lodong Sampah Sesa Dapur. Dalam bahasa Sunda, Lodong itu biasanya tabung terbuat dari bambu. Namun karena jarang, bambu digantikan dengan pipa paralon,” terang Asep Rahman, seperti dilansir dari laman resmi milik TNI AD.

Melakukan metode Loseda diharapkan sampah rumah tangga bisa diselesaikan di rumah masing-masing, Loseda memiliki keuntungan yang nantinya sisa sampah yang membusuk bisa dijadikan pupuk kompos.

Baca Juga: Demi Sukseskan Pemilu 2024, Tokoh Ulama Ikrarkan Jadi Dewan Penasihat DPP dan Dewan Pembina GRIB Jaya Jatim

Selain untuk mengatasi sampah organik semenjak tingkatan rumah tangga. Sampah yang bisa didaur ulang seperti kardus dan besi tua bisa dijual ke bank sampah. Jadi yang benar-benar dibuang adalah sampah anorganik yang tidak bisa didaur ulang lagi. Dampaknya, sampah yang dibuang ke TPA akan berkurang banyak. ***

Editor: Ali A

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler