Sifat diri Wali Paidi mulai hilang berganti sifat mulia guru mursyidnya dan dengan perlahan sifat gurunya juga mulai hilang berganti sifat ilahiyah.
Disini Wali Paidi merasakan ketenangan yang begitu luar biasa, seakan Wali Paidi berada didalam lautan yang begitu luas.
Baca Juga: Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Cara Membuat Uang Asma, Uang Penderas Rizki
Wali Paidi keluar dari tubuh Wali Paidi, melayang - layang ke angkasa, Wali Paidi bisa melihat tubuhnya yang sedang duduk diatas menara.
Wali Paidi terus melayang mengitari kota Kudus, dan mulai terdengarlah sebuah tangisan yang begitu menyayat hati.
Wali Paidi mengikuti dari mana asal suara itu. Wali Paidi turun mendekati keranjang sampah, ternyata dari situlah suara tangisan itu.
Wali Paidi semakin mendekat, dilihatnya yang menangis itu adalah sebuah kulit semangka.
"Mengapa kamu menangis," tanya Wali Paidi
"Aku sedih, ketika aku tumbuh besar dan terasa manis aku diambil oleh petani dan dijualnya, aku begitu senang bisa membahagiakan para petani, tapi ketika mau dimakan aku ditinggalkan dan dibuang, hanya isinya yang dimakan, aku merasa tidak ada manfaatnya," jawab kulit semangka dan menangis lagi.
"Jangan bersedih aku akan kembali lagi kesini," kata Wali Paidi