Dugderan Sambut Ramadhan di Semarang Digelar pada Kamis 31 Maret 2022, Tanpa Arak-arakan

26 Maret 2022, 09:35 WIB
Tradisisi arak-arakan Dugderan sambut Ramadhan khas Semarang sebelum masa pandemi Covid-19 /Suaramerdeka.com

PORTAL PEKALONGAN - Bagi warga Semarang dan sekitarnya, setiap menyambut datangnya bulan suci Ramadhan pasti ingat Dugderan.

Dugderan merupakan tradisi khas Semarang setiap menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Tradisi Dugderan merupakan cerminan dari perpaduan tiga etnis yang mendominasi masyarakat Semarang yakni etnis Jawa, Tionghoa dan Arab.

Adapun nama "Dugderan" diambil dari kata "dugder" yang berasal dari kata "dug" (bunyi bedug yang ditabuh) dan juga "der" (bunyi tembakan meriam).

Baca Juga: Vaksin Booster jadi Salah Satu Syarat Masyarakat Mudik Lebaran 2022, Begini Penjelasannya

Bunyi "dug" dan "der" itu disebut sebagai pertanda akan datangnya awal Ramadhan.

Dilansir Portalpekalongan.com dari Bpad.jogjaprov.go.id berdasarkan sejarah Kota Semarang, upacara Dugderan diperkirakan mulai berlangsung sejak tahun 1881 di kala Semarang dipimpin oleh Bupati RMTA Purbaningrat.

Upacara ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat dalam masyarakat mengenai awal dimulainya puasa pada bulan suci Ramadhan.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 2022 versi Kemenag Untuk Seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah

Karena itu dicapailah suatu kesepakatan untuk menyamakan persepsi masyarakat dalam menentukan awal Ramadhan, yakni dengan menabuh bedug di Masjid Agung Kauman dan meriam di halaman kabupaten serta dibunyikan masing-masing tiga kali dan dilanjutkan dengan pengumuman awal puasa di masjid.

Perayaan multikultural ini semakin menarik minat masyarakat Semarang dan sekitarnya, ditandai dengan makin banyaknya para pedagang yang menjajakan dagangannya yang beraneka ragam seperti minuman, makanan, dan mainan anak-anak seperti perahu-perahuan, celengan, seruling hingga gangsing.

Selain itu, dalam upacara Dugderan terdapat ikon berupa "warak ngendhog" berwujud hewan berkaki empat (kambing) dengan kepala mirip naga. Warak ngendhog memperlihatkan adanya perpaduan kultur Arab, Islam, Jawa, dan Tionghoa.

Baca Juga: Jokowi: Boleh Mudik Ramadhan 2022 Karena Tren Covid-19 Sudah Turun, Warga Tetap Harus Taat Hal Berikut

Keberadaan warak ngendhog tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan yang harmonis antar-etnis sehingga membuka jalinan kontak budaya yang lebih intensif sehingga memungkinkan adanya proses akulturasi.

Sebelum masa pandemi Covid-19, tradisi Dugderan ini selalu digelar dengan arak-arakan yang sangat meriah. Namun sudah dua kali Ramadhan berlalu, tradisi Dugderan digelar tanpa upacara arak-araknya.

Tahun Ramadhan 1443 Hijriah atau 2022 Masehi ini, Panitia Kegiatan Amaliah Ramadhan Masjid Agung Semarang (MAS) pun memastikan upacara Dugderan digelar dengan menerapkan protokol kesehatan tanpa arak-arakan.

Baca Juga: Selamat Datang Bulan Suci Ramadhan, Prof Ahmad Rofiq: Bulan Kendali Nafsu dan Bahagia

Adapun upara Dugderan tahun ini akan digelar pada Kamis, 31 Maret 2022. Lokasinya dari Balai Kota Semarang, menuju Masjid Agung Semarang (MAS) atau Masjid Kauman. Bila memungkinkan akan dilanjutkan ke Masjid Agung Jawa Tengah.

"Dugderan akan kembali digelar untuk menyambut datangnya Ramadhan sekaligus nguri-uri budaya Semarangan pada Kamis 31 Maret 2022, namun tanpa arak-arakan," kata Ketua Kegiatan Amaliah Ramadahan MAS, Ahmad Junaidi, pada Jumat 25 Maret 2022.

Dijelaskan upacara Dugderan akan dimulai di Balai Kota Semarang Jalan Pemuda. Setelah rangkaian acara di Balai Kota, Wali Kota Semarang diagendakan bergerak menuju Masjid Agung Semarang.

Baca Juga: Adab Dan Doa Menjenguk Orang Sakit Ketika Pandemi Covid-19, Ustadz H Solihan: Tunaikan Hak Sesama Muslim

"Rombongan Wali Kota (Semarang) akan mengendarai mobil atau bus," tutur Ahmad.

Sebelum masa pandemi Covid-19, perjalanan Wali Kota Semarang menuju ke Masjid Agung Semarang biasanya dengan mengendarai kereta kuda diikuti pawai atau arak-arakan meriah yang memperlihatkan kekayaan tradisi, kesenian, dan budaya Jawa bernuansa Islam.***

Editor: As Sayyidah

Sumber: Bpad.jogjaprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler