Sementara itu Dra Ema Rachmawati MHum, Asisten Sekda Jateng bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat dalam sambutannya juga mohon bantuan terkait persoalan tanah wakaf Wadas.
Warga sudah dapat ganti rugi, punya tanah, punya masjid, mereka minta sebagian uang itu dipakai membeli tanah lagi, membangun masjid, dan ada yang digunakan lain.
"Uangnya sudah ada di PU. Kami berharap tahun ini dapat diselesaikan, agar PU bisa mengeluarkan. Kemudian, baik PU tidak berani karena menunggu BWI Provinsi Jateng.
Kedua, pekerjaan rumah pertama ada uang dan non uang, ini mungkin yang masih jadi PR mengidentifikasi wakaf non uang, dicatat dengan baik, agar tidak disalahgunakan orang. Tanah wakaf kalau tidak segera disertifikasi, dipetakan, pencatatan akan jadi persoalan ke depan."
Kepada seluruh Pengurus Perwakilan BWI Provinsi Jateng dan Kabupaten/Kota se Jateng, Prof M Nuh berpesan agar menata niat.
"Kalian harus rukun dan kompak. Jangan bertengkar, karena jika bertengkar akan kehilangan 3 sekaligus yakni energi, kesempatan, dan keberkahan," katanya.
Prof M Nuh juga berpesan agar seluruh pengurus BWI di Jateng menjadikan wakaf sebagai lifestyle melalui sosialisasi, literasi, dan gerakan wakaf uang serta wakaf melalui uang.
"Amankan (sertifikasi) dan berdayakan (produktif) aset wakaf-tanah. Fokus pada program yang achievable-realistik (project based)."
Menteri Komunikasi dan Informatika (2007–2009) dan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia (22 Oktober 2009 - 20 Oktober 2014) itu minta para pengurus perwakilan BWI se Jateng untuk memperkuat sinergi dengan Kemenag, pemerintah daerah dan ATR/BPN serta lembaga pengelola aset umat.