Renungan Israk Mikraj Nabi Muhammad Saw, Prof Ahmad Rofiq: Ada Apa dengan Shalat Kita?

- 28 Februari 2022, 09:38 WIB
Prof Ahmad Rofiq
Prof Ahmad Rofiq /Dok pribadi

PORTAL PEKALONGAN - Umat muslim memperingati Israk Mikraj Nabi Muhammad Saw pada hari ini, 27 Rajab 1433 Hijriah atau bertepatan pada 28 Februari 2022 Masehi.

Prof Dr H Ahmad Rofiq MA, Ketua II YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang dan Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), menyampaikan makna Israk Mikraj Nabi Muhammad Saw melalui sebuah tulisan renungan berikut ini.

Alhamdulillah, hari ini kita bersama sebagai warga negara Indonesia, masih diberi usia panjang dalam keadaan sehat afiat. Kita berada di 27 Rajab (syahru Allah) 1433 Hijriah, bulan penuh keberkahan.

Baca Juga: RENUNGAN JUMAT: Shalat Merupakan Barometer Ibadah Kita, Simak Penjelasan Prof Ahmad Rofiq

“Ya Allah limpahkanlah keberkahan pada kami dalam bulan Rajab, sampaikan kami bulan Sya’ban dan Ramadlan dalam keadaan sehat afiat dan keselamatan”.
Sebagaimana sudah lazim kita fahami bersama, bahwa peristiwa Israk Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram Mekah ke Masjidil Aqsha Palestina, dan di-Mikraj-kan ke Sidratil Muntaha, adalah perintah shalat yang semula 50 waktu, atas saran Nabi Musa As, kemudian diberi keringanan hingga 5 waktu. Karena itu shalat wajib 5 waktu disebut shalat maktubah.

Shalat adalah Mikraj orang-orang yang beriman. Kita sebagai hamba dapat sowan dan menghadap kepada Allah Swtkapan saja, sepanjang tidak dalam waktu-waktu yang terlarang. Karena saat Rasulullah Saw menerima perintah shalat, tidak didampingi oleh Malaikat Jibril. Ini sesungguhnya pertanda, bahwa ketika sebagai hamba menghadap kepada Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada halangan apapun, selagi kita benar-benar penuh kerendahan hati (tawadlu’) dan dhepe-dhepe mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah.

Shalat sebagai ibadah ritual vertikal antara hamba sebagai makhluk kepada Allah Sang Khaliq, tentu di dalamnya terkandung banyak sekali nilai-nilai dan hikmah yang sangat dalam. Diawali dari takbiratul ihram, adalah kesaksian seorang hamba, bahwa hanya Allah saja yang Maha Besar.

Baca Juga: Tanggapi Kasus Wadas, Prof Ahmad Rofiq Ungkapkan 'Cadas Keadilan' dan Kisah Raja Midas

Sementara manusia sebagai makhluk apapun keadaannya yang menjadi pemimpin, pejabat, hartawan, semuanya di hadapan Allah sama. Demikian juga semua tindakan atau disebut dengan rukun fi’ly dan qauly di dalamnya, adalah menyiratkan kepada manusia, bahwa “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, semata-mata hanyalah untuk Allah semata Tuhan semesta alam”.

Halaman:

Editor: Arbian T


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah