Bertahan dalam Ketaatan setelah Ramadhan, Sulitkah?

- 14 Mei 2022, 05:05 WIB
Sulitkah mempertahankan ketaatan setelah Ramadhan?
Sulitkah mempertahankan ketaatan setelah Ramadhan? /Pixabay

PORTAL PEKALONGAN - Bertahan dalam ketaatan setelah bulan Ramadhan tidak mudah.Kebiasaan taat sudah terpatri dalam setiap melakukan ibadah di bulan itu. Bulan Ramadhan ibarat pengemblengan diri untuk taat.

Berhasil tidaknya tempaan diri, indikasinya bisa dilihat setelah Ramadhan selesai. Bisakah bertahan dalam ketaatan?Atau malah semakin kendur ketaatan kita dalam menjalankan ibadah.

Sulitkah mempertahankan ketaatan setelah Ramadhan?

Baca Juga: Tata Cara Puasa Syawal, Yukk Raih Pahala 1 Tahun

Bulan Ramadhan menawarkan dua pilihan: beruntung atau buntung tentunya dalam ketaqwaan. Fakta yang terjadi kondisi orang beriman bermacam - macam setelah mengaruhi kawah “candradimuka” yang bernama bulan Ramadhan.

Sementara esensi Ramadhan adalah mementum spesial “karantina suci” satu bulan. Mengembleng jiwa yang beriman untuk menjadi tangguh dan unggul. Puncaknya yaitu menggapai suci dan dapat berupa taqwa.

Hasil dari karantina berkualitas atau tidak tergantung keseriusan masing-masing peserta. Pasca karantina bulan Ramadhan tentu berbeda-beda. Ada yang maksimal, biasa, bahkan sederhana. 

Puncak dari Ramadhan adalah idul fitri. Kembali kepada kesucian. Kesucian akan tetap terjaga apabila Ramadhan mentranfer energi positifnya ke dalam kehidupan yang senantiasa bermanfaat.  

Ibarat kendaraan mewah, pasca Ramadhan, manusia adalah habis melakukan perbaikan total, atau “turun mesin”, sudah semestinya harus dijaga, agar jangan kembali rusak hanya dalam hitungan detik, setelah keluar dari “bengkel spesialis” bernama Ramadhan.

Dalam Qaidah Fiqih pun berujar: “al-umuru bi maqashidiha” (status suatu amal perbuatan itu terganggun ikhlas dan tidaknya niat). Jadi, bila kemarin saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan tanpa menyertakan (niat) baik untuk meningkatkan religiusitas selepas Ramadhan, untuk apa jerih payah berpuasa?

Nabi pernah mengecam dan berpesan, “Ya Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakannya lagi.” Dalam Islam, tidak ada istilah libur untuk urusan akhirat. Allah bersabda, “Jika kamu sudah selesai dengan satu amal saleh, carilah amal shaleh yang lain.”

Dua aspek istiqamah bertahan dalam ketaatan yang perlu dipertahankan setelah Ramadhan, yakni:

 

Istiqamah lisan
Istiqomah lisan seseorang ditandai dengan amalan anggota badan. Jika lurus lisan maka lurus pula amalan anggota badan. Hal ini paling kentara di lihat secara kasat mata.

Disebutkan dalam sebuah hadis dari Abu Sa’id Al’Khudri radhiyallahu ‘anhu yang dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika waktu pagi tiba seluruh anggota badan menyatakan ketundukannya terhadap lisan dengan mengatakan, ‘Bertakwalah kepada Allah terkait dengan kami karena kami hanyalah mengikutimu. Jika engkau baik maka kami akan baik. Sebaliknya jika kamu melenceng maka kami pun akan ikut melenceng.” (HR. At-Tirmidzi)

Istiqamah Jawarih (Anggota Badan)
Hati yang istiqomah maka anggota badan akan mengikutinya. Anggota badan hendaknya dijauhkan dari kemaksiatan. Bulan Ramadhan mampu memberi pelajaran menahan lapar padahal makanan dan minuman itu halal. Hendaknya meninggalkan yang haram setelah bulan Ramadhan kita pasti mampu.

Mempertahankan ketaatan setelah Ramadhan memang berat. Bulan berikutnya tidak ada jaminan setan dibelenggu dan pintu neraka ditutup rapat. Maka niat yang kuat akan membawa kita kepada taat yang sesungguhnya.***

Editor: Sumarsi

Sumber: Kajian Ramadhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x