"Sepanjang kariernya, Koeddoes terus menulis artikel yang mendorong perempuan untuk membela kesetaraan dan melawan
kolonialisme, dengan beberapa mencapai pengakuan nasional," tulis Google dalam laman resmi Doodle.
Berkat perintis seperti Roehana Koeddoes, banyak yang menganggap perempuan dalam jurnalisme Indonesia lebih kritis dan berani dari sebelumnya.
Tak hanya sebagai Pahlawan Nasional, Roehana Koeddoes juga menerima penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia (1974) pada Hari Pers Nasional ke-3 9 Februari 1987.
Kala itu, Menteri Penerangan Harmoko menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia.
Sebelum meninggal pada 17 Agustus 1972, Roehana Koeddoes masih terus berjuang dengan memimpin surat kabar Perempuan Bergerak.
Baca Juga: Inilah Alasan Tujuh Pemain Persib Bandung Belum Mendapat Kesempatan Tampil di BRI Liga 1 2021
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangan terhadap kaum pribumi, Roehana Koeddoes juga membantu pergerakan politik lewat tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Ia juga mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Tak hanya itu, Roehana Koeddoes pun yang mencetuskan ide dalam penyelundupan senjata dari Kota Gadang ke Bukittinggi melalui
Ngarai Sianok. Caranya, menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api.