Jalan Rusak Parah di Lampung, Jambi, dan Sumut , BPS: Puluhan Tahun 174.298 KM Kondisinya Seperti Ini

- 22 Mei 2023, 16:26 WIB
Sebanyak 52 persen jalan daerah rusak. Pemerintah pusat mengalokasikan tambahan Rp32,7 triliun untuk perbaikan jalan daerah pada tahun 2023. Salah satu penyebab utama jalan rusak adalah truk yang mengangkut melebihi tonase dan dimensi atau ODOL
Sebanyak 52 persen jalan daerah rusak. Pemerintah pusat mengalokasikan tambahan Rp32,7 triliun untuk perbaikan jalan daerah pada tahun 2023. Salah satu penyebab utama jalan rusak adalah truk yang mengangkut melebihi tonase dan dimensi atau ODOL /Ali A/


Jalan rusak disebabkan 3 hal, yaitu kontruksi yang tidak sesuai spesifikasi teknis, dilewati kendaraan truk yang kelebihan dimensi dan mengangkut muatan lebih ( over dimension and over load/ODOL) dan pembangunan drainase yang tidak sempurna. Jalan yang sudah bagus tidak serta merta dapat mensejahterakan masyarakatnya. Harus disertai dengan penyediaan fasilitas angkutan umum.

Fasilitas transportrasi umum yang sekaligus dapat mengangkut penumpang dan barang. Jika tidak, maka yang muncul adalah pengumpul yang bisa menentukan harga beli barang serendah mungkin. Jika itu terjadi, masyarakat yang tertinggal di daerah 3TP (tertinggal, terdepan, terluar dan pedalaman) akan semakin kurang sejahtera.

Setelah lebih dari setahun di Liang Melas Datas Kab. Karo diperbaiki, pertanian di daerah itu bangkit. Harga pupuk menurun dan harga hasil bumi meningkat. Perbaikan baru 24 km dari 38 km diharapkan tuntas (Kompas.id, 19 Mei 2023).

Baca Juga: Liga EUROPA: Roma Imbang Tanpa Gol Lawan Leverkusen

Contoh yang bagus ketika akses jalan ditingkatkan dapat mengungkit pertanian daerah. Namun belum tentu dapat mensejahterakan petani secara individu.

Lantaran harga masih ditentukan oleh para pengumpul yang berada di desa. Alangkah lebih baik jika pemerintah juga menyediakan fasilitas angkutan umum yang dapat membawa orang dan barang.

Angkutan tersebut dikelola oleh Badan Usaha Masyarakat Desa (BUMDES). Petani dapat membawa hasilnya sendiri tanpa tergantung pada pengumpul atau pengumpul dalam bentuk koperasi, sehingga petani juga diuntungkan.

Baca Juga: Mercedes-Benz Akan Luncurkan E-Class 2024, Ada Fitur Parkir Tanpa Pengemudi

Ada pembagian keuntungan dari kelebihan ongkos membawa hasil panen ke pasar di kota terdekat.

Jika petani sejahtera, tentunya akan banyak kaum milenial yang berminat menjadi petani. Nyatanya, tidak banyak anak petani mau meneruskan usaha orang tuanya sebagai petani, lantaran tahu sebagai petani tidak menjadikan hidup lebih sejahtera. Belum bisa menggoda kaum milenial menjadi petani.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Djoko Setijowarno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x