Prof Ahmad Rofiq: Ramadhan Bulan Persaudaraan Sejati

- 11 Maret 2024, 10:55 WIB
Prof Ahmad Rofiq: Ramadhan Bulan Persaudaraan Sejati
Prof Ahmad Rofiq: Ramadhan Bulan Persaudaraan Sejati /Ayu Aprilia Ningsih/

Rasulullah saw pernah memerintahkan dua orang sahabat yang diutus ke Bani Quraidhah, untuk shalat ashar setelah sampai. Ternyata keduanya di perjalanan, demi mengantisipasi agar tidak kehabisan waktu shalat ketika harus menunggu sampai di Bani Quraidhah, lalu mereka sepakat untuk jeda dan shalat di tengah perjalanan. Karena tidak ditemukan wudhu, kemudian mereka bertayammum dan shalat. Setelah selesai, mereka melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian mereka menemukan air, dan waktu masih cukup longgar. Salah satunya merasa sudah shalaat dengan tayammum, tidak berwudhu dan mengulang shalatnya, sementara yang satunya berwudhu dan mengulang shalatnya. Ketika besoknya mereka lapor kepada Rasulullah saw, kepada yang tidak berwudhu dan mengulang shalat beliau bersabda: “Qad ajzaatka shalatuka” artinya “shalatmu sudah cukup”. Sementara kepada sahabat yang berwudhu dan mengulang shalatnya, beliau bersabda: “Laka al-ajru marratain” artinya “Bagimu dua pahala”. (Riwayat Abu Dawud, An-Nasai, dan Ad-Darimi, Shahih).   

Bulan Ramadhan merupakan bulan berkah, bulan suci, penuh rahmat atau kasih sayang, penuh maghfirah, dan dilipatgandakannya pahala bagi hamba-hamba yang beriman dan berinvestasi memupuk pundi-pundi bekal ketaqwaan untuk bekal di alam keabadian kelak. Karena itu, semua orang, lembaga penyiaran, dan masjid-masjid berlomba-lomba menggelar hajatan besar untuk menyambutnya. Keberkahan bulan Ramadhan tidak saja dinikmati oleh umat Islam, akan tetapi semua warga negara Indonesia – apapun agama mereka -- juga menikmati percikan dan pancaran keberkahannya. Sekaligus bisa dikatakan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan persaudaraan sejati.

Baca Juga: Ketua PW DMI Jateng Prof Ahmad Rofiq: Selain Uang, Peduli Palestina Disertai Baca Qunut Nazilah

Karena itu, sudah seharusnya sebagai hamba Allah yang beriman, merasa sangat bergembira dengan datangnya bulan Ramadahan. Mengapa kita harus bergembira? Rasulullah saw bersabda:  “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu (neraka) Jahim ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.

Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan, “Bagaimana tidak gembira? seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan)”.

Sudah barang tentu kegembiraan itu harus dijaga, dengan menjalankan ibadah puasa. Karena ibadah puasa adalah ibadah hamba-hamba Allah yang jujur dan benar-benar mengharapkan ridha Allah dan menjadi hamba-hamba yang bertaqwa. Allah ‘Azza wa Jalla berfirfman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-baqarah (2): 183).

Riwayat Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan, karena keimanan (kepada Allah) dan muhasabah diampuni dosa-dosanya yang lalu” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Terlalu banyak bisa diuraikan tentang betapa Allah ‘Azza wa Jalla melimpahkan kasih sayang yang luar biasa besar dengan hadirnya bulan suci Ramadhan. Mari kita bakar dan hapus semua residu dosa dan karat keirian dan kedengkian dalam hati kita, kita jernihkan sejernih-jernihnya dengan berpuasa, sejak dari hati, fikiran, lisan, dan tindakan kita dalam wujud prilaku kita. Jangan sia-siakan lapar dan haus kita, dengan berbagai omongan dan perilaku yang tidak ada manfaatnya. Ibadah puasa menjernihkan dan mengembalikan potensi fitrah kita, pada kesucian yang tidak lagi ada dosa yang menempel dalam diri kita. Kita buang keserakahan dalam diri kita, kita hindari potensi-potensi maksiyat yang terus menempel dalam fikiran dan hati kita. Rasulullah saw bersabda: “Banyak sekali orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan apa-apa (pahala) dari puasanya itu, kecuali hanya lapar dan haus”.

Yang demikian itu, karena ia hanya memuasakan diri mereka dengan memindahkan jadual makan, dan tidak sampai kepada memuasakan hati, dan fikirannya. Mengakhiri khutbah ini, mari kita persiapkan diri dengan sebenar-benar taqwa kepada Allah, semoga kita diberi umur Panjang, sehat wal afiat, dan dapat menjalankan ibadah puasa dengan kekhusyu’an dan keikhlasan. Amin, ya Rabbal alamin.

Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA,. Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo, Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung (RSI-SA) Semarang, Anggota DPS BPRS Bina Finansia,Ketua DPS BPRS Kedung Arto Semarang, Ketua II Bidang Pendidikan YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah.***

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Prof Ahmad Rofiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah