Network
PORTAL PEKALONGAN.COM – Tragedi wisata Limpakuwus menjadi sebuah pelajaran berharga. Tapi apakah harus ada korban dahulu baru pelajaran bisa diambil? Sangat disayangkan jika hal itu terjadi. Seharusnya kerjasama bidang terkait harus lebih jeli dalam mengelola berbagai hal. Dari uji kelayakan dan keselamatan dan imbauan di berbagai sudut wisata sehingga pengunjung tetap sadar apabila bahaya mengancam.
Tragedi wisata Limpakuwus masih menjadi teka teki, mengapa bisa terjadi? Pertanyaan ini akan terjawab apabila semua pihak saling bahu membahu memberikan pelayanan dan kenyamanan selama berwisata. Keselamatan pengunjung tentu menjadi prioritas utama.
Tragedi ini tidak akan terjadi apabila semua pihak berkolaborasi. Namun apa boleh buat . nasi telah menjadi bubur. Pelajaran sudah dimulai jika sudah ada kejadian. Sungguh ironis.
Baca Juga: Warna dan Corak Bulu Kucing, Tanda Sifat Kucing Beda Perlakuan, Ini Faktanya
Tragedi wisata ini menjadi sebuah duka yang mendalam bagi korban dan keluarga. Alih-alih mandapat bahagia malah mendapat duka. Musibah ini tentu tidak diinginkan oleh korban. Namun apakah tidak bisa diantisipasi? Ini pembelajaran buat kita semua.
Jatuhnya korban atas pecahnya kaca menyebabkan satu orang meninggal dunia dan tiga orang luka-luka. Kejadian ini tentu akan menjadi trauma bagi para pengunjung selanjutnya.
Dengan tragedi tersebut otomatis pengelola wisata sebagai tersangka. Kejadian tersebut tentunya di luar dugaan. Bahkan tidak menginginkan sesuatu hal terjadi.
"Kami telah menetapkan pengelola jembatan kaca yang berinisial ES (63) warga Kelurahan Karangpucung, Kec. Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas, sebagai tersangka", kata Kapolresta Banyumas Kombes Pol Edy Suranta Sitepu, SIK, MH, saat konferensi pers di pendopo Polresta Banyumas, Senin 30 Oktober 2023.
