Idul Fitri Momentum Peningkatan Pengendalian Diri dari Empat Sifat Dasar Manusia, Salah Satunya NPD

- 10 April 2024, 12:00 WIB
Daviq Rizal MPd, mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Semarang Unnes Semarang.
Daviq Rizal MPd, mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Semarang Unnes Semarang. /Ali A/

 

 

Oleh: Daviq Rizal*)

PORTAL PEKALONGAN - Selama Ramadhan, umat muslim di seluruh dunia berpuasa sebagai ibadah.

Puasa tidak hanya berarti menahan diri dari makanan, minuman dan jimak, tetapi juga merupakan kesempatan untuk mengendalikan diri secara menyeluruh.

Imam Ghazali mengidentifikasi empat sifat manusia yang perlu dikendalikan, yaitu sifat yang terkait dengan Tuhan, setan, hewan, dan kebuasan.

Syawal, bulan setelah Ramadhan, memiliki makna penting dalam memperkuat pengendalian diri terhadap sifat-sifat ini.

Baca Juga: Amalan Sunnah yang Dianjurkan Sebelum Hari Raya Idul Fitri

Puasa Ramadhan mengajar umat muslim disiplin, sabar, dan pengendalian diri.

Syawal adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan pengendalian diri tersebut agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah bulan Ramadan berakhir.

Dalam ajaran sufi, pertama, ash-shifātul-ilaahiyah atau sifat rububiyah, yang merujuk pada sifat kesombongan dan sikap serta perbuatan yang mengagungkan diri, adalah sebuah sifat yang memiliki hubungan yang erat dengan gangguan kepribadian seperti narcissistic personality disorder (NPD).

NPD adalah gangguan mental yang ditandai oleh kecenderungan yang berlebihan untuk memperhatikan diri sendiri, merasa lebih unggul, dan melihat diri sendiri sebagai pusat perhatian.

Ash-Shifātu-l-Ilaahiyah mengedepankan sikap sombong dan merasa lebih baik daripada orang lain.

Baca Juga: Resep Praktis Ketoprak Ketupat Lebaran: Menu Lezat untuk Rayakan Hari Kemenangan

Orang yang mengalami NPD seringkali memiliki kebutuhan yang kuat untuk mendapatkan perhatian, pengakuan, dan pengagungan dari orang lain.

Mereka cenderung merasa bahwa mereka adalah sosok yang istimewa dan berhak mendapatkan perlakuan khusus.

1. Aspek manusia yang perlu dikendalikan sungguhlah sifat rububiyah ini, yaitu keinginan untuk memiliki dan menguasai segala sesuatu seperti kekuasaan, jabatan, uang, dan harta.

Namun, sebenarnya kita seharusnya menyadari bahwa semua itu adalah kepunyaan Allah semata.

Untuk mengendalikan sifat ini :

Pertama
, kita harus menyadari bahwa kita hanyalah hamba Allah dan tidak seharusnya bersikap sombong atau congkak.

Kedua, kita perlu melakukan muhasabah diri dengan rutin, dengan memeriksa niat di balik setiap tindakan kita, apakah semata-mata dipengaruhi oleh hawa nafsu atau benar-benar dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah.

Ketiga, kita harus berusaha untuk rendah hati dan menghindari sikap merendahkan orang lain. Kita perlu menghargai dan mendoakan mereka.

Keempat, kita sebaiknya menjauhi lingkungan yang orang-orang yang penuh kesombongan atau suka mempermalukan sesama. Terakhir, kita harus konsisten dalam melakukan amal saleh tanpa mengharapkan imbalan.

Baca Juga: Kue Kacang: Resep Kue Kering Lebaran yang Lezat


2. Salah satu aspek manusia yang perlu kita perhatikan adalah sifat kesetanan atau ash-shifātu ash-shaiṭāniyyah yang penuh dengan tipuan.

Sifat ini sangat berbahaya karena seringkali mengalihkan kita dari jalan yang benar.

Karakteristik sifat ini termasuk sering berbohong, menipu, berkhianat, munafik, dan suka memutarbalikkan fakta. Sifat ini berasal dari dorongan hawa nafsu syaitan yang ada dalam diri kita.


Ada beberapa cara untuk mengendalikannya.


Pertama, kita harus menjauhi lingkungan yang mempunyai  hobi menfitnah dan memutarbalikkan kebenaran.

Kedua, kita harus menutup telinga dan mulut kita dari berita hoax dan ucapan bohong.

Ketiga, kita perlu menjaga lidah dan pikiran kita agar selalu mengucapkan kebenaran dan mengisi hati dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Keempat, kita harus waspada terhadap niat jahat yang mungkin muncul dalam diri kita sehingga kita tidak terjerumus dalam tipu daya setan. 

Baca Juga: Cara Login DANA Tanpa Aplikasi Bisa Dilakukan Dengan Catatan Tida Ada Fitur


3. Ash-shifātu al-bahiimiyah atau sifat kehewanan adalah istilah yang merujuk pada sifat manusia yang hanya mengikuti hawa nafsu semata, seperti makan, minum, kebutuhan biologis, dan tidur saja.

Beberapa ciri sifat ini meliputi keinginan yang rakus dan terobsesi dengan harta.

Hal ini berarti kita menginginkan harta dan benda melebihi kebutuhan dasar kita walaupun sebenarnya kekayaan hanyalah ujian dari Allah.

Selain itu, sifat ini juga dapat membuat kita lupa terhadap diri sendiri, mengabaikan ibadah, dan tidak peduli terhadap nasib sesama.

Sifat yang berbahaya lainnya adalah kecenderungan untuk sombong dan angkuh ketika seseorang memiliki kekayaan yang berlimpah.

Hal ini membuat manusia lupa pada siksaan yang akan dihadapi di akhirat kelak karena terlalu terbuai oleh kenikmatan duniawi.

Selain itu, nafsu syahwat yang tak terkendali terhadap harta benda melimpah atau kekhawatiran akan jatuh miskin juga merupakan ciri sifat ini.

Padahal, kita semua tahu pasti bahwa rezeki itu berada di tangan Allah.

Baca Juga: Persiapan Arus Balik Lebaran 2024 Beli Tiket Kereta Api di Tiket Com, Ini Rute Populer

Untuk mengendalikan sifat ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan.


Pertama, kita perlu berusaha untuk menghilangkan sikap riya' atau pamer sehingga kita menjadi rela berbagi rejeki dengan orang lain.

Kedua, kita harus selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang kita miliki.

Ketiga, kita perlu menghindari pergaulan dengan orang-orang yang sombong karena kekayaan mereka yang berlimpah.

Keempat, kita harus menjadikan harta sebagai amanah Allah untuk selalu melakukan kebaikan kepada sesama.

Baca Juga: Mantap pol! Ini 2 Resep Sambal Goreng Kentang yang Lezat untuk Menu Lebaran


4. Ash-shifātu as-sabbāʿiyah adalah istilah yang merujuk pada perilaku kasar dan brutal yang mendorong kekerasan.

Sebagai tambahan, kita juga perlu mengendalikan diri dari sifat kemarahan.

Jika tidak berhati-hati, sifat ini dapat menghalangi kita dari mencapai kebaikan dan ridho Allah SWT.

Beberapa ciri sifat kemarahan termasuk mudah tersulut emosi, sulit menerima kritik, dan selalu ingin menang sendiri.

Sifat ini seringkali mengarah pada permusuhan dengan penggunaan kata-kata kasar dan tindakan fisik.

Baca Juga: 10 Pertanyaan Seputar Aplikasi DANA dan Jawabannya di Kolom Orang Lain Juga Bertanya

Untuk mengatasi sifat kemarahan ini, terdapat beberapa langkah yang dapat kita lakukan.

Pertama, kita perlu menjaga kesabaran dalam setiap keadaan. Kita harus berupaya untuk tidak mudah terpancing emosi, bahkan saat dihadapkan dengan masalah yang memicu kemarahan.

Kedua, kita harus mengendalikan lidah dan tangan kita dari mengucapkan kata-kata kasar atau melakukan kekerasan fisik.

Kita harus berusaha mengucapkan kata-kata dengan lemah lembut meskipun hati kita sedang panas.

Ketiga, kita perlu menjauhi orang-orang yang suka memprovokasi dan memicu emosi kita. Lingkungan yang sejuk dan tenang dapat membantu mengendalikan sifat kemarahan kita.

Baca Juga: Resep Opor Ayam Putih Lebaran yang Lezat dan Mudah

Keempat, kita harus memperkuat diri dengan mengingat sifat kerendahan hati Nabi Muhammad SAW.

Teladan beliau dalam menghadapi situasi sulit dapat memberi kita inspirasi untuk mengatasi kemarahan.

Kelima, kita juga perlu mendoakan orang-orang yang memicu kemarahan kita agar mereka juga diberi hidayah agar bisa berubah menjadi lebih baik, baik bagi diri kita maupun bagi orang lain.

Saat ini adalah momen yang ditunggu-tunggu.

Hari Raya Idul Fitri dan bulan Syawal telah tiba untuk menyambut kita.

Inilah waktu yang tepat bagi kita semua untuk meningkatkan kendali diri dari empat sifat dasar manusia yang dapat menyimpang dari jalan yang benar.

Baca Juga: Adab Meletakkan Sandal saat Sholat Idul Fitri, Yuk Kepoin

Sifat pertama adalah sifat rububiyah, yaitu keinginan untuk memiliki kekuasaan yang perlu kita kurangi dengan merendahkan diri.

Sifat kedua adalah sifat syaitoniyyah, seperti tipu daya, yang harus kita waspadai dengan menjaga ucapan dan perbuatan kita.

Sifat ketiga adalah sifat kehewanan, seperti rakus dan gila harta, yang perlu kita kendalikan dengan menghindari nafsu yang berlebihan.

Sifat keempat adalah kemarahan yang harus kita kendalikan dengan kesabaran dan kelemahlembutan.

Marilah kita manfaatkan bulan Syawal yang penuh dengan rahmat ini sebaik-baiknya.

Jadikanlah momen ini sebagai waktu yang berharga untuk belajar mengendalikan diri kita, menumbuhkan akhlak yang mulia, dan meningkatkan amal saleh.

Baca Juga: Meraih Berkah Lebaran: Berhias dan Berjalan Menuju Kebajikan dalam Shalat Idul Fitri

Semoga Allah membantu kita semua menjadi hamba-Nya yang lebih baik dan sempurna dalam melakukan kebaikan bersama. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin.

*) Daviq Rizal, mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Semarang dan Kepala Pusat Pengembangan Bahasa, Universitas Islam Negeri Walisongo.***

Editor: Ali A


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah