DMI Kota Semarang Siapkan Jamaah Sehat dan Kuat

16 Maret 2023, 13:53 WIB
Prof Ahmad Rofiq, Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah usai mengukuhkan Pimpinan Daerah DMI Kota Semarang yang diketuai Ir H Achmad Fuad berfoto bersama Wali Kota Semarang Hj Hevearita G Rahayu – yang akrab disapa Mbak Ita, Kamis 16 Maret 2023. /Alvin Arifin/

Oleh: Ahmad Rofiq*)

PORTAL PEKALONGAN - Hari ini, Kamis, 16 Maret 2023, saya sebagai Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah mengukuhkan Pimpinan Daerah DMI Kota Semarang.

Ketuanya masih Ir. H. Achmad Fuad, ketua lama, tetapi separoh lebih jajaran pengurus diisi anak-anak muda. Boleh jadi supaya menjadi simbol regenerasi dalam jajaran pengurus DMI.

Pada pengukuhan yang dihadiri Walikota Semarang Hj Hevearita G Rahayu – yang akrab disapa Mbak Ita, sudah mensupport dan memfasilitasi pembangunan kantor DMI Kota Semarang.

Baca Juga: Kemenag Apresiasi Program Kegiatan Satupena Jateng terkait Moderasi Beragama

Dalam sambutannya Mbak Ita menegaskan, bahwa masjid merupakan pusat strategis dalam pembinaan umat.

Karena itu, dia menitipkan, Pengurus DMI Kota Semarang, harus tampil paling depan, di dalam mengawal marwah masjid dan juga DMI, menurunkan angka kemiskinan dan penyandang stunting.

Data BPS (Badan Pusat Statistik) Jawa Tengah merilis angka kemiskinan kota Semarang, 79.580-an di tahun 2020, 84.450-an tahun 2021, dan 79.870-an pada 2022.

Pemkot Semarang menargetkan akhir 2023 kota yang menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, sudah teratasi semua (zero stunting).

Ikhtiar dan inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Pemkot Semarang, sudah membuktikan bahwa dengan program-program tersebut di Kota Semarang (angka prevalensi stunting) turun dari 21,3% (tahun 2021) menjadi 10,4% (tahun 2022)," ungkap Ita Rabu (15 Maret 2023).

Baca Juga: Sebanyak 123,8 Juta Orang Berpotensi Mudik Lebaran, Djoko Setijowarno: Ini Faktor yang Mempengaruhi...

Acara pengukuhan yang mengusung tema, “Revitalisasi Fungsi Masjid menuju Pemberdayaan Umat” ini, bekerja sama secara simbiotik dengan Pemkot, untuk menjadi pilot project pengelolaan masjid yang smart dan ramah anak.

Digitalisasi Masjid, penciptaan keterampilan kewirausahaan dan pemberdayaan ekonomi berbasis masjid, ke depan akan menjadi program sinergis.

Program ini bisa dielaborasikan dengan dunia kampus, baik bersifat kegiatan akademik maupun pengabdian kepada masyarakat.

Maping Prioritas Program

Masih menurut Mbak Ita, kampus diminta membantu melakukan mapping prioritas program yang bisa segera diwujudkan.

Supaya masjid bisa dan mampu memakmurkan jamaah atau umatnya, maka para pengurus bekerjasama dengan DMI di tingkatan desa atau kelurahan atau kecamatan, agar-agar kegiatan Masjid berjalan syiar dan semarak. 

Digitalisasi masjid, di era digital di mana terjadi pergeseran yang luar biasa mengkhawatirkan bagi anak-anak.

Baca Juga: Dokter Mawartih Tewas di Nabire Diduga Korban Kriminalitas, Begini Respons Ketua MPR RI Bamsoet

Banyak warung internet yang menawarkan game dan fasilitas terbaru lainnya, lebih ramai oleh anak-anak yang lepas pantauan dari orang tua, katimbang mereka di masjid atau mushalla. 

Mereka bisa berjam-jam berada di warnet, main game dan apapun yang tersedia aplikasinya di layer screen computer yang ada di hadapan mereka.

Masjid diisi oleh orang tua-tua. Sementara tidak lagi terdengar suara anak-anak di Masjid dan atau Mushalla.

Itupun jumlahnya sangat kecil, jika dibanding warga laki-laki yang bermukim di daerah tersebut.  

Ini tampaknya menjadi fenomena yang terjadi di mana-mana, karena tentu banyak faktor, dan harus dicari penyebabnya, supaya kita dapat mempersiapkan langkah-Langkah strategis, dan sekaligus mempersiapkan Masjid yang ramah anak.

Dengan demikian, apabila Masjid dapat menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak, kita layak berharap akan lahir Generasi Penerus yang Hatinya Tertambat di Masjid, Mencintai dan Mamakmurkan Masjid.

Baca Juga: Tenaga Honorer Kesehatan dan Pendidikan Siap-Siap Jadi ASN, Ini Penjelasan Men-PAN RB

Masjid yang secara etimologi artinya “tempat sujud” dalam arti lebih luas, berarti tempat Ibadah.

Dalam arti luas, Masjid digunakan sebagai tempat pembelajaran Islam dan implementasinya dalam semua aspek kehidupan manusia.

Merefer pada sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., masjid Beliau fungsikan sebagai sentra kegiatan pengelolaan Negara dan Pemerintahan, terutama setelah tahun ke-2 H, pasca disepakati Piagam atau Risalah atau Dustur atau Mitsaq Madinah.

Piagam Madinah yang terdiri dari 47 poin, berisi tentang prinsip-prinsip dasar dalam mengelola negara dan pemerintahan.

Islam menegaskan, “bahwa setiap bayi yang lahir, dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani, dan Majusi” (Riwayat Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

Dalam kontes Pendidikan anak dan mempersiapkan generasi muda yang hatinya “bergantung atau tertambat dengan Masjid” atau rijalun qulubuhum mu’allaqun bi l-masajid beliau memberikan contoh mengajak dan membiasakan cucu-cucu beliau untuk selalu shalat berjamaah di Masjid.

Ini sejalan dengan kata bijak “at-ta’allumu fi sh-shighar ka n-naqsyi ‘ala l-hajar wa t-ta’allumu fi l-kibar ka n-naqsyi ‘ala l-ghubar” artinya “belajar di saat kecil, laksana mengukir di atas batu dan belajar di saat besar atau dewasa, laksana mengukit di atas debu”. Ukiran di atas batu, akan bertahan sangat lama, sementara mengukir di atas pasir atau debu, begitu kena tiupan angin, atau air, maka lukisan ukiran tersebut segera hilang.

Baca Juga: Begini Kondisi Terkini Bandara Dekai, Papua, Usai Pesawat Trigana Air Ditembaki KKB

Cerita bahwa Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, meminta gendong kepada Rasulullah saw (sebagai Kakek) yang menjadi imam, pada saat beliau sujud, dan akibatnya sujud pun berjalan agaka lama, sangat popular.

Ketika para Sahabat mengira terjadi apa-apa, beliau menjelaskan: “Tidak apa-apa, aku dinaiki cucuku, maka aku tidak mau tergesa-gesa sampai ia puas,” demikian Rasulullah saw menjelaskan.

Riwayat bahwa Rasulullah saw menggendong cucu beliau yang masih bayi, bernama Umamah binti Zainab binti Rasulullah saw merupakan anak dari Abu al-’Ash bin Rabi’.
“Rasulullah saw shalat dan Umamah binti Abi al-’Ash minta gendong di leher beliau, maka ketika beliau ruku’ beliau letakkan dan ketika beliau berdiri, kembali Umamah digendongnya” (Riwayat Al-Bukhari, 5537).

Selamat kepada PD-DMI yang sudah mengajak dan berkolaborasi dengan Pengurus Takmir, untuk menyiapkan SOP dalam pengelolaan jamaah, dan anak-anak harus menjadi prioritas pendidikan dan pembelajaran, layak diapresiasi dan bisa menjadi pilot percontohan.

Jika secara normatif dan historis sudah cukup jelas dan gamblang contoh Rasulullah saw yang rela bersujud berlama-lama, karena dimintai gendong cucu beliau, maka bagaimana anak-anak generasi Z bisa meminta “gendong” orang tua mereka, namun suasana masjid tidak gaduh, dan tetap khusyu’.

Bagi anak-anak yang orang tuanya, rajin berjamaah ke masjid, boleh jadi, anak atau cucu, tanpa diperintah atau diajak, sudah berangkat ke Masjid.

Namun bagi anak-anak yang orang tuanya sibuk, atau bahkan tidak atau belum ada niatan jamaah ke Masjid, tentu akan lebih berat lagi.

Baca Juga: BPPTKG Ungkap Bahaya Susulan Usai Erupsi Gunung Merapi, Ketua MPR RI Bamsoet Imbau Masyarakat Setempat Waspada

Fenomena Hilangnya Generasi Hebat?

Adalah pertanda masjid akan kehilangan satu dua generasi, jika tidak terdengar lagi tawa, canda, dan suara anak-anak di Masjid.

Rasulullah saw bersabda: “Segala sesuatu yang dibarengi dengan kelembutan, niscaya akan membuatnya menjadi lebih cantik dan indah. Jika kelembutan terenggut, segalanya akan menjadi rusak dan buruk” (HR. Muslim).

Sultan Muhammad Al-Fatih (Penakluk Kostantinopel): “Jika suatu masa kelak, kamu tidak lagi mendengar bunyi bising dan gelak tawa anak-anak riang di antara shaf-shaf shalat di masjid-masjid kalian, maka sesungguhnya takutlah kalian akan kejatuhan generasi muda kalian di masa itu”.

Karena itu, jangan pernah Anda larang anak-anak datang ke masjid dengan alasan ribut, bising, dan mengganggu kekhusyu’an shalat, karena ketika hilang suara anak-anak di masjid, itu lonceng keruntuhan dan jatuhnya generasi mendatang.

Ali bin Abi Thalib kw berpesan: “Bekali anak-anak kalian dengan pendidikan sesuai dengan kebutuhan zamannya, agar mereka tidak “gagap” dan siap mengikuti kompetisi dan persaingan bebas, dengan bekal integritas kepribadian dan karakter akhaqul karimah”.

“Janganlah kalian mendidik anak-anak kalian sebagaimana Orang tua kalian mendidik kalian, karena mereka diciptakan di masa yang berbeda dengan zaman kalian”.

Baca Juga: Pendaftaran Mudik Gratis Kemenhub 2023 Dibuka Mulai Hari Ini, Simak Persyaratannya!

Selamat pada Pimpinan Daerah DMI Kota Semarang, yang sudah mengawali sosialisasi Mempersiapkan Masjid Ramah Anak, semoga anak-anak kita ke depan segera berproses menjadi Generasi Penerus yang Cinta dan Memakmurkan Masjid”.

Dan pada gilirannya, akan hadir Masjid yang juga dapat memakmurkan jamaahnya. Amin. Allah a’lam bi sh-shawab.

) Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo, Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung (RSI-SA) Semarang, Koordinator Wilayah Indonesia Tengah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat dan Anggota Dewan Penasehat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat.***

Editor: Alvin Arifin

Sumber: Rilis

Tags

Terkini

Terpopuler