Turut Kampanyekan Pencegahan Stunting, Dr Haslinda Daulay Abidinsyah: IIDI Bentuk Program 1000 Hari Kehidupan

- 28 Oktober 2023, 20:27 WIB
Ketum PPB IIDI Dr Haslinda Daulay Abidinsyah SE MSi memberi pengarahan sekaligus membuka Konsolidasi Organisasi IIDI di Hotel Grasia, Semarang, Sabtu (28/10/2023).
Ketum PPB IIDI Dr Haslinda Daulay Abidinsyah SE MSi memberi pengarahan sekaligus membuka Konsolidasi Organisasi IIDI di Hotel Grasia, Semarang, Sabtu (28/10/2023). /Andini Wahyu Pratiwi/

“Program selanjutnya terkait penyakit menular contohnya TBC. Dalam pengobatan TBC memerlukan obat yang panjang dan kami melihat bahwa puskesmas kesulitan untuk mengajak keluarga yang terkena TBC itu datang untuk mengambil obat,” ujarnya.

“Sementara itu, apabila pihak Pusksemas menyerahkan obat kepada yang kena TBC dengan mendatangi rumahnya terkadang itu tidak memungkinkan. Pasalnya ada beberapa rumah keluarga penderita jauh dari Puskesmas,” lanjutnya.

Oleh karena itu, IIDI kemudian membuat program di mana para anggotanya mendatangi para kader untuk membantu membujuk masyarakat agar mau mendatangi Puskesmas.

Salah satu hadiah yang ditawarkan IIDI bagi pasien yang mau makan obat TBC secara teratur sampai 6 bulan, maka penderita akan mendatapkan hadiah berupa telur dari IIDI agar menarik minat masyarakat.

Sementara kepada para remaja, tambah Haslinda, pihaknya melakukan penyuluhan kepada para siswa SMP dan SMA kelas tiga.

"Kami melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah itu di setiap liburan. Atau pada saat usai ujian semesteran. Mereka tidak ada kelas, namun tetap masuk sekolah karena belum saatnya libur. Jadi IIDI menggandeng para guru pembimbingnya, untuk memberikan penyuluhan tentang HIV," ungkap Haslinda.

Menurut Dr Haslinda Daulay Abidinsyah, pada umumnya IIDI memberikan penyuluhan tentang bahaya HIV/AIDS dan pencegahan pernikahan dini di kelas 3 SMP.

Baca Juga: Siap-siap Tahap Berikutnya, Perhatikan Jadwal dan Kisi-kisi Materi Tes TWK-TIU SKD CPNS 2023

“Mengapa jauh-jauh hari sudah memberikan penyuluhan HIV/AIDS dan pencegahan pernikahan dini di kelas 3 SMP, karena di desa-desa masih banyak lulusan SMP yang tidak melanjutkan sekolah dan langsung menikah atau dinikahkan,” terangnya.

Dengan adanya edukasi ini, IIDI berharap ada perubahan pola pikir dari anak-anak lulusan SMP mengenai pernikahan di usia dini.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Liputan dan Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah