Bocah 12 Tahun di Semarang Meninggal Diduga Akibat Pelecehan Seksual, Begini Pendapat Mbak Ita

- 2 November 2023, 13:33 WIB
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. (Dok. Istimewa)
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. (Dok. Istimewa) /

PORTALPEKALONGAN.COM - SEMARANG - Seorang anak perempuan berusia 12 di Kemijen, Kecamatan Semarang Timur meninggal dunia diduga akibat kekerasan seksual yang dia terima.

Hal tersebut diketahui usai laporan yang dilayangkan pihak rumah sakit tempat bocah itu dirawat lantaran menemukan kejanggalan pada kondisi korban.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengutuk keras kejadian tersebut.

Mbak Ita, sapaan akrabnya, meminta aparat kepolisian mengusut kasus tersebut agar pelaku dihukum seberat-beratnya.

"Saya mengutuk keras, kok kayak kurang gawean (kerjaan-red). Apa tidak kasihan terhadap korban, pelaku ini perlu dituntut seberat-beratnya," kata Mbak Ita ditemui di Balai Kota Semarang, Rabu (1/11/2023).

Baca Juga: Penurunan Produksi Padi Terjadi di Demak, Grobogan, Pati akibatnya Produksi Beras Jateng 2023 Ikut Mengalami

Mbak Ita mengaku prihatin dengan peristiwa-peristiwa pelecehan dan kekerasan seksual yang menimpa anak.

"Kasus-kasus seperti itu sebenarnya penanganannya tidak hanya peran pemerintah saja. Kami saat ini kerja sama dengan kepolisian terkait kentongan digital," ujarnya.

Terkait kejadian tersebut, kata Mbak Ita, itu harus menjadi perhatian bersama, baik dari pemerintah, aparat penegak hukum, maupun masyarakat termasuk dari lingkungan sekolah.

"Mestinya dengan program yang kami buat ini, orang tua bisa memberikan edukasi, kalau hanya sekolah saja tidak cukup," katanya.

Sebagai seorang perempuan, Mbak Ita menekankan peran ibu agar meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan.

Sebab, ungkap Mbak Ita, dalam beberapa kasus banyak predator seksual yang justru merupakan orang terdekat.

Baca Juga: Keberadaan Penetapan Cagar Budaya Diperuntukkan bagi Kesejahteraan Masyarakat Sekitar

"Kadang-kadang tidak mengetahui ada sesuatu hal yang mohon maaf menyimpang, jangan ditinggalkan sendirian, ada saudara sekandung, ayah, dan tetangga (yang mungkin saja bisa menjadi pelaku-red)," ujarnya.

Akibat banyaknya kasus serupa, Mbak Ita mengungkap pihaknya kini memiliki program khusus untuk menerima aduan dan memberikan pendampingan terhadap para korban.

"Pendampingan selalu kami berikan, tetapi ini untuk melindungi korban memang tidak diekspose. Tetapi Alhamdulillah Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM) ini sangat berperan," katanya.

Mbak Ita menjelaskan pada 2024 mendatang, RDRM akan menjadi program dalam hal perlindungan terhadap perempuan dan anak akan melibatkan rumah sakit, psikolog, hingga perguruan tinggi.

Menurutnya, cara kolaborasi tersebut dapat menyentuh persoalan dari hulu sampai hilir.

Baca Juga: Inilah Karomah Sunan Gresik: Bisa Menurunkan Hujan saat Musim Kemarau Berkepanjangan

Tidak hanya terkait kasus pelecehan seksual, Mbak Ita mengungkap, melalui RDRM, pihaknya juga berfokus menangani kesehatan mental.

Pasalnya, dari beberapa kasus yang mencuat, pelaku beraksi setelah kecanduan film porno. Menurutnya, dalam studi dijelaskan kondisi ini dapat berdampak buruk termasuk pada kesehatan mental.

"Kalau saya komunikasi dengan kepolisian, mereka (pelaku-red) kebanyakan terpengaruh dari film-film porno. Di sini saya sebenarnya juga berharap Dinas Kominfo dapat membersihkan konten-konten tersebut," katanya.

Seperti diketahui, seorang anak perempuan berusia 12 tahun ditemukan meninggal dunia secara tidak wajar di Kelurahan Kemijen, Kecamatan Semarang Timur. Dalam pemeriksaan medis, terdapat luka di dubur dan sobekan di alat kelamin korban.

Kasus yang sudah ditangani pihak kepolisian itu, kini dalam status penyelidikan. Tiga orang telah diperiksa menjadi saksi atas kematian korban. Di antaranya, ibu, ayah, dan kakak kandung korban yang masih berusia 18 tahun.***

Editor: Ali A

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x