PORTAL PEKALONGAN - Pada Jumat 15 Oktober 2021 pagi, di pasar finansial domestik rupiah dibuka menguat 48 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.070 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Kamis 14 Oktober 2021 pada posisi Rp14.118 per dolar AS.
Menurut pengamat pasar, prediksi penguatan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini, dipicu turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS.
"Nilai tukar menguat cukup dalam kemarin (Kamis 14 Oktober 2021). Kemungkinan momentum penguatan tersebut bisa berlanjut hari ini seiring dengan terkoreksinya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS. Yield obligasi AS tenor 10 tahun sudah terkoreksi ke bawah 1,6 persen selama dua hari beruntun," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, seperti dilansir Portalpekalongan.com dari Antaranews.com, Jumat 15 Oktober 2021.
Baca Juga: Bu Ita Ajak Ibu-Ibu Muslimat NU Kembangkan Ekonomi Kreatif
Menurut Ariston, terkoreksinya imbal hasil atau yield obligasi AS mungkin karena pasar mendapatkan data inflasi produsen AS di bawah ekspektasi. Semalam data inflasi dari sisi produsen AS untuk September mengalami kenaikan 8,6 persen year on year (yoy) tapi di bawah ekspektasi pasar 8,7 persen yoy.
Selain itu, lanjut Ariston, penguatan rupiah juga mendapatkan dukungan dari membaiknya sentimen pasar domestik terhadap aset berisiko yang ditandai dengan penguatan indeks-indeks saham global.
Sementara itu, JUmat 15 Oktober 2021 pagi indeks Asia terlihat bergerak menguat. Penguatan indeks saham tersebut didukung oleh laporan pendapatan perusahaan yang membaik di masa pandemi.
Ariston menyampaikan proyeksi kenaikan surplus perdagangan karena kenaikan harga komoditas ekspor juga mendukung penguatan rupiah. Jumat ini pasar menantikan data neraca perdagangan September dengan proyeksi surplus 3,84 miliar dolar AS.
"Namun di sisi lain, pasar masih mewaspadai sentimen tapering yang bisa membalikkan rupiah," ujar Ariston.