BPS Jateng: Nilai Tukar Usaha Pertanian Agustus 2023 Naik 1,49 Persen

- 7 Oktober 2023, 20:17 WIB
Seorang petani
Seorang petani /Sumber foto Instagram_masdewa/


PORTALPEKALONGAN.COM - Badan Pusat Statistis (BPS) Jateng merilis angka usaha pertanian di Jateng pada Agustus 2023 nilai petani Jateng Agustus 2023 naik sebesar 110,71 atau naik 1,63 persen.

Pada berita resmi statistik dari Badan Pusat Statistik Jateng, 1 September 2023 disebutkan bahwa Nilai Tukar Usaha Pertanian Jawa Tengah Agustus 2023 sebesar 112,13 atau naik 1,49 persen.

Harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani Agustus 2023 naik 5,67 persen dan Gabah Kering Panen (GKP) naik 4,98 persen.

Harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan Agustus 2023 naik 5,42 persen dan Gabah Kering Panen (GKP) naik 4,83 persen.

Bagaimana dengan Perkembangan Nilai Tukar Petani?

Arjuliwondo SSi, Statistisi Ahli madya BPS Jateng menyatakan, Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Agustus 2023 sebesar 110,71 atau naik 1,63 persen dibanding NTP bulan sebelumnya sebesar 108,93.

"Kenaikan NTP disebabkan kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) sebesar 1,54 persen sedangkan Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar -0,10 persen," katanya.

Baca Juga: Ambisius Saingi SpaceX-nya Elon Musk, Amazon Luncurkan Satelit Uji Coba Pertama untuk Layanan Internet

Subsektor yang mengalami kenaikan NTP adalah subsektor tanaman pangan sebesar 2,84 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,79 persen; dan subsektor perikanan sebesar 0,80 persen. Subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah subsektor peternakan sebesar -0,81 persen dan subsektor hortikultura sebesar -0,40 persen.

Pada Agustus 2023, komoditas pertanian yang mengalami kenaikan harga antara lain gabah, jagung, cabai rawit, cabai merah, kentang, wortel, kopi, bawang daun, ayam ras petelur, udang payau dan cumi-cumi. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain kacang hijau, bawang merah, petai, buncis, kacang panjang, salak, telur ayam ras, sapi potong, dan ayam ras pedaging.

Di antara 34 Provinsi, kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 2,47 persen dan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar -1,32 persen.

Pada Agustus 2023, Indeks Konsumsi Rumah Tangga Perdesaan Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar -0,16 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan pada indeks sub kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,40 persen.

Baca Juga: Bongkar 10 Kasus Pengoplosan Beras, Satgas Pangan Polri Tetapkan 10 Tersangka Sepanjang Januari-Oktober 2023

Sementara subkelompok yang mengalami inflasi yaitu sub kelompok pendidikan sebesar 0,97 persen; rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,47 persen; perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,23 persen; perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,13 persen; pakaian dan alas kaki sebesar 0,10 persen; transportasi sebesar 0,08 persen; perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,07 persen; dan kesehatan dan penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,06 persen. Sedangkan informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan indeks.

"Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Jawa Tengah Agustus 2023 tercatat sebesar 112,13 atau naik sebesar 1,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya sebesar 110,48," katanya.

Apa itu Nilai Tukar Petani (NTP)?

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari harga-harga produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 29 kabupaten di Jawa Tengah selama Agustus 2023, NTP Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 1,63 persen dibandingkan NTP Juli 2023, yaitu 110,71. Kenaikan angka NTP pada Agustus 2023 disebabkan kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) sebesar 1,54 persen, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar -0,10 persen.

Subsektor yang mengalami kenaikan NTP adalah subsektor tanaman pangan sebesar 2,84 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,79 persen; dan subsektor perikanan sebesar 0,80 persen. Subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah subsektor peternakan sebesar -0,81 persen dan subsektor hortikultura sebesar -0,40 persen.

Apa itu It?

It adalah Indeks Harga yang Diterima Petani.

Pada Agustus 2023, It Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 1,54 persen dibanding It Juli 2023, yaitu dari 129,89 menjadi 131,88.

Kenaikan It pada Agustus 2023 terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 2,70 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,69 persen; dan subsektor perikanan sebesar 0,88 persen. Sementara subsektor yang mengalami penurunan It adalah subsektor peternakan sebesar -0,83 persen dan subsektor hortikultura sebesar -0,46 persen.

Baca Juga: Tiga Astronot Selamat Pulang ke Bumi setelah Terjebak 371 Hari di Luar Angkasa akibat Kecelakaan Mengerikan


Apa itu Ib?

Ib adalah Indeks Harga yang Dibayar Petani

Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada Agustus 2023, Ib Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar -0,10 persen dibanding Ib Juli 2023, yaitu dari 119,24 menjadi 119,12. Penurunan Ib pada Agustus 2023 terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar -0,14 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -0,10 persen; subsektor hortikultura sebesar -0,06 persen; dan subsektor peternakan sebesar -0,02 persen. Sementara subsektor yang mengalami kenaikan Ib adalah subsektor perikanan sebesar 0,09 persen.

Baca Juga: Jadwal Acara TRANS TV Hari Ini, Sabtu, 7 Oktober 2023: Masak Masak dan Film A Score To Settle


NTP Menurut Subsektor

Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP)
Pada Agustus 2023 terjadi kenaikan NTPP sebesar 2,84 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 2,70 persen lebih cepat, sedangkan Ib mengalami penurunan sebesar -0,14 persen.

Kenaikan It pada Agustus 2023 disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani pada kelompok padi khususnya gabah sebesar 3,10 persen dan kelompok palawija sebesar 1,66 persen, khususnya jagung, kacang tanah, dan ketela pohon.

Pada Agustus 2023, Ib mengalami penurunan sebesar -0,14 persen yang disebabkan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami penurunan sebesar -0,20 persen. Sementara Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (IBPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen.

Baca Juga: Unik Dunia! Pria Ini Mengubah Pesawat Boeing 727 menjadi Rumah Tinggal, Lihat Eksotisme Bagian Dalamnya


Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH)


Pada Agustus 2023 terjadi penurunan NTPH sebesar -0,40 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar -0,46 persen lebih lambat dibanding penurunan Ib sebesar -0,06 persen.

Penurunan It pada Agustus 2023 disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani pada kelompok sayur-sayuran sebesar -0,54 persen, khususnya bawang merah, buncis, ketimun, petsai/sawi putih, sawi hijau, kacang panjang, dan jengkol dan kelompok buah-buahan sebesar -0,22 persen, khususnya melon, salak, dan mangga. Sementara kelompok yang mengalami kenaikan indeks adalah kelompok tanaman obat-obatan sebesar 0,21 persen, khususnya kapulaga dan jahe.

Penurunan Ib sebesar -0,06 persen, yaitu 118,99 menjadi 118,92, disebabkan turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar -0,12 persen. Sementara Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (IBPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen.


Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)


Pada Agustus 2023 terjadi kenaikan NTPR sebesar 1,79 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 1,69 persen, sedangkan Ib mengalami penurunan sebesar -0,10 persen.

Kenaikan It sebesar 1,69 persen, yaitu dari 125,75 menjadi 127,87 disebabkan oleh kenaikan harga secara rata-rata pada kelompok tanaman perkebunan rakyat, khususnya kakao/coklat biji, tembakau, kopi, teh, dan pala biji.

Pada Agustus 2023, Ib mengalami penurunan sebesar -0,10 persen, yaitu 119,51 menjadi 119,39, yang disebabkan penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar -0,13 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (IBPPBM) yang juga mengalami penurunan sebesar -0,05 persen.

Baca Juga: Mentan Syahrul Yasin Limpo Ungkap Alasan Mengundurkan Diri dari Kabinet Indonesia Maju


Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT)

Pada Agustus 2023 terjadi penurunan NTPT sebesar -0,81 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar -0,83 persen lebih lambat dibanding penurunan Ib sebesar -0,02 persen.

Penurunan It pada Agustus 2023 disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani pada kelompok hasil-hasil ternak/unggas sebesar -2,65 persen khususnya telur ayam ras, dan telur burung puyuh, kelompok ternak kecil sebesar -2,18 persen khususnya biri-biri/domba dan kambing, kelompok unggas sebesar -0,40 persen khususnya itik manila, itik/bebek, ayam ras pedaging, dan ayam kampung/buras, dan kelompok ternak besar sebesar -0,40 persen khususnya sapi perah dan sapi potong.
Penurunan Ib sebesar -0,02 persen, yaitu 116,91 menjadi 116,89, disebabkan turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar -0,10 persen. Sementara Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (IBPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen.


Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP)

Baca Juga: Aksesibilitas dan Konektivitas Menentukan Pengguna LRT Jabodebek, Inilah Hasil Evaluasi Kemenhub


Pada Agustus 2023, NTNP mengalami kenaikan sebesar 0,80 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,88 persen lebih cepat dibanding kenaikan Ib sebesar 0,09 persen.

Nilai Tukar Nelayan (NTNP)
Pada Agustus 2023 terjadi kenaikan NTN sebesar 0,08 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen lebih cepat dibanding kenaikan Ib sebesar 0,21 persen.

Kenaikan It pada Agustus 2023 disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani pada kelompok penangkapan di perairan umum sebesar 1,21 persen khususnya mas (karper/tombro), tawes, udang umum, patin, nila, dan gabus (haruan) dan kelompok penangkapan di laut sebesar 0,25 persen khususnya cumi-cumi, barakuda (senuk), selar (oci/tude), kakap, kuniran, sembilang, dan bawal.

Kenaikan Ib sebesar 0,21 persen, yaitu 116,95 menjadi 117,20, disebabkan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (IBPPBM) sebesar 0,36 persen. Sementara Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami penurunan sebesar -0,02 persen.


Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)


Pada Agustus 2023 terjadi kenaikan NTPi sebesar 1,30 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 1,30 persen sedangkan Ib tidak mengalami perubahan indeks.

Kenaikan It pada Agustus 2023 disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani pada kelompok budidaya air payau sebesar 2,00 persen, khususnya bandeng payau dan udang payau. Sementara, kelompok budidaya air tawar mengalami penurunan sebesar -1,80 persen, khususnya nilem tawar, mujair tawar, nila tawar, tawes tawar, dan lele tawar. Kelompok budidaya laut harganya harga komoditasnya relatif stabil/tidak mengalami perubahan.
Indeks yang Dibayar Petani (Ib) yang relatif stabil yaitu 119,05 menjadi 119,04, disebabkan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (IBPPBM) sebesar 0,03 persen. Sementara Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami penurunan sebesar -0,03 persen.


Perbandingan Antar Provinsi

Baca Juga: 4 Fakta Ini Terungkap dari Kepulangan Mentan Syahrul Yasin Limpo ke Tanah Air

Perkembangan Nilai Tukar Petani dari 34 provinsi yang diamati, pada Agustus 2023 terdapat 30 provinsi mengalami kenaikan dan 4 provinsi lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 2,47 persen dan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar -1,32 persen.

Dari enam provinsi di Pulau Jawa pada Agustus 2023, maka NTP tertinggi dicatat Provinsi Jawa Tengah sebesar 110,71 dan terendah di Provinsi DI Yogyakarta yaitu sebesar 103,38. Jika dilihat dari persentase perubahan NTP Agustus 2023 dibanding Juli 2023 enam provinsi di Pulau Jawa mengalami kenaikan indeks NTP. Provinsi yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 1,63 persen, sedangkan Provinsi DI Yogyakarta mengalami kenaikan terendah yaitu sebesar 0,99 persen.


Inflasi Perdesaan

Baca Juga: Tiba di Tanah Air, Inilah 3 Agenda Penting yang Dilakukan Mentan Syahrul Yasin Limpo

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Pada Agustus 2023, Indeks Konsumsi Rumah Tangga Perdesaan Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar -0,16 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan pada indeks sub kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,40 persen.
Sementara subkelompok yang mengalami inflasi yaitu sub kelompok pendidikan sebesar 0,97 persen; rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,47 persen; perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,23 persen; perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,13 persen; pakaian dan alas kaki sebesar 0,10 persen; transportasi sebesar 0,08 persen; perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,07 persen; dan kesehatan dan penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,06 persen. Sementara informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan indeks.

Inflasi perdesaan tertinggi di antara 34 provinsi terjadi di Provinsi Aceh yaitu sebesar 0,52 persen, sedangkan deflasi perdesaan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar -0,68 persen. Inflasi perdesaan di Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat ke-26 secara nasional.


NTUP Menurut Subsektor

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) juga merupakan perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) dimana komponen Ib hanya meliputi Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). NTUP mengukur seberapa cepat Indeks Harga Yang Diterima Petani dibandingkan dengan Indeks Harga Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal.

Pada Agustus 2023, NTUP Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 1,49 persen. Hal ini karena terjadi kenaikan It sebesar 1,54 persen lebih cepat dibanding kenaikan Indeks BPPBM sebesar 0,04 persen. Subsektor yang mengalami kenaikan NTUP adalah subsektor tanaman pangan sebesar 2,66 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,74 persen; dan subsektor perikanan sebesar 0,72 persen. Sementara subsektor yang mengalami penurunan NTUP adalah subsektor peternakan sebesar -0,87 persen dan subsektor hortikultura sebesar -0,52 persen.

Baca Juga: Terbaru! Kunci Jawaban Matematika Vol 1 Kelas 2 SD Kurmer Bab 3 Halaman 30-31: Waktu dan Durasi!

Subsektor yang mengalami kenaikan NTUP tertinggi pada Agustus 2023, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 2,66 persen. Sementara itu, subsektor peternakan mengalami penurunan tertinggi sebesar -0,87 persen. Rincian NTP dan NTUP per subsektor Jawa Tengah bulan Agustus 2023 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.


Perkembangan Harga Produsen Gabah

Pada Agustus 2023, tercatat 185 observasi transaksi penjualan gabah di 28 kabupaten terpilih dengan komposisi terbanyak didominasi kelompok Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 65,95 persen, kelompok Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 25,95 persen, dan kelompok Gabah Luar Kualitas sebanyak 8,11 persen.

Di tingkat petani, harga gabah tertinggi pada Agustus 2023 sebesar Rp 7.100,00 per kg, berasal dari kelompok kualitas GKG dengan varietas tercatat di Kabupaten Klaten. Adapun harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 4.800,00 per kg tercatat pada kelompok Gabah Luar Kualitas dengan varietas Inpari 32 HDB tercatat di Kabupaten Rembang.

Di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi pada Agustus 2023 sebesar Rp 7.200,00 per kg, berasal dari kelompok kualitas GKG dengan varietas tercatat di Kabupaten Klaten. Sementara harga gabah terendah di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.850,00 per kg tercatat pada kelompok Gabah Luar Kualitas dengan varietas Inpari 32 HDB tercatat di Kabupaten Rembang.

Rata-rata harga gabah kelompok kualitas Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani pada Agustus 2023 mengalami kenaikan sebesar 5,67 persen, dari Rp. 6.017,65 per kg pada Juli 2023 menjadi Rp. 6.358,61 per kg pada Agustus 2023. Kelompok kualitas Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan sebesar 4,98 persen, dari Rp. 5.466,07 per kg pada Juli 2023 menjadi Rp. 5.738,54 per kg pada Agustus 2023.

Rata-rata harga gabah kelompok kualitas Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan pada Agustus 2023 mengalami kenaikan sebesar 5,42 persen, dari Rp. 6.095,88 per kg pada Juli 2023 menjadi Rp. 6.426,27 per kg pada Agustus 2023. Kelompok kualitas Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan sebesar 4,83 persen, dari Rp. 5.553,57 per kg pada Juli 2023 menjadi Rp. 5.822,08 per kg pada Agustus 2023.


Baca Juga: Ambisius Saingi SpaceX-nya Elon Musk, Amazon Luncurkan Satelit Uji Coba Pertama untuk Layanan Internet


Banyaknya Observasi

Melalui Survei Harga Produsen Gabah pada Agustus 2023, BPS Provinsi Jawa Tengah berhasil mencatat 185 observasi transaksi penjualan gabah di 28 kabupaten terpilih. Dari sejumlah observasi yang berhasil dicatat, komposisi jumlah observasi transaksi penjualan gabah bulan ini didominasi kelompok Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 65,95 persen, kelompok Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 25,95 persen, dan kelompok Gabah Luar Kualitas sebanyak 8,11 persen.

Pengumpulan data hasil transaksi penjualan gabah yang berhasil dicatat di Jawa Tengah pada Agustus 2023, terbanyak berasal dari Kabupaten Cilacap sebanyak 35 observasi (18,92 persen), diikuti Kabupaten Kebumen, Purworejo, Klaten, Pati, dan Batang sebanyak 7 observasi (3,78 persen), kemudian di Kabupaten Banyumas, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Wonogiri, Karanganyar, Grobogan, Blora, Rembang, Jepara, Demak, Semarang, Pekalongan, Pemalang, dan Tegal sebanyak 6 observasi (3,24 persen) dan selebihnya sebanyak 13,51 persen tersebar di 7 kabupaten lainnya.


Harga Gabah Tertinggi dan Terendah

Baca Juga: Perlu Ada Tolok Ukur dan Apresiasi Setiap Pekerjaan Individu ASN, Simak Penjelasan Presiden Jokowi

Harga gabah tertinggi di tingkat petani Agustus 2023 yang berhasil diobservasi di Jawa Tengah tercatat sebesar Rp 7.100,00 per kg pada kelompok kualitas GKG dengan varietas tercatat di Kabupaten Klaten. Adapun harga gabah terendah di tingkat petani tercatat sebesar Rp. 4.800,00 per kg tercatat pada kelompok Gabah Luar Kualitas dengan varietas Inpari 32 HDB tercatat di Kabupaten Rembang.

Di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi pada Agustus 2023 mencapai Rp 7.200,00 per kg pada kelompok kualitas GKG dengan varietas tercatat di Kabupaten Klaten. Adapun harga gabah terendah di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.850,00 per kg tercatat pada kelompok Gabah Luar Kualitas dengan varietas Inpari 32 HDB tercatat di Kabupaten Rembang.


Rata-rata Komponen Mutu

Rata-rata komponen mutu hasil observasi transaksi jual beli gabah yang meliputi Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa (KH) menunjukkan kadar mutu yang relatif sama pada Agustus 2023. KA kelompok kualitas GKG mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya 12,59 persen menjadi 39850,87 persen

Baca Juga: Dikabarkan Mentan Syahrul Yasin Limpo Hilang Kontak di Luar Negeri, Presiden Jokowi Berikan Tanggapan Begini

pada Agustus 2023. Kelompok kualitas GKP mengalami kenaikan dari 18,96 persen pada Juli 2023 menjadi 35395,74 persen pada Agustus 2023. Sementara kelompok Gabah Luar Kualitas mengalami kenaikan dari 18,00 persen pada Juli 2023 menjadi 41824,00 persen pada Agustus 2023.

Pada Agustus 2023, rata-rata Kadar Hampa (KH) juga menunjukkan angka yang relatif sama untuk semua kelompok kualitas. Kadar hampa kelompok kualitas GKG mengalami kenaikan dari 4,84 persen menjadi 31450,67 persen. Sementara kelompok kualitas GKP mengalami kenaikan dari 5,37 persen menjadi 26376,76 persen. Adapun kelompok Gabah Luar Kualitas mengalami kenaikan dari 14,22 persen menjadi 5628,75 persen.


Rata-rata Harga Gabah Menurut Kelompok Kualitas

Rata-rata harga gabah kelompok kualitas GKG di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 5,67 persen, dari Rp. 6.017,65 per kg pada Juli 2023 menjadi Rp. 6.358,61 per kg pada Agustus 2023. Di tingkat penggilingan rata-rata harga gabah kelompok kualitas GKG juga mengalami kenaikan sebesar 5,42 persen, dari Rp. 6.095,88 per kg pada Juli 2023 menjadi Rp. 6.426,27 per kg pada Agustus 2023. Kelompok kualitas GKP di tingkat petani bulan ini mengalami kenaikan sebesar 4,98 persen, dari Rp. 5.466,07 per kg pada Juli 2023 menjadi Rp. 5.738,54 per kg pada Agustus 2023. Demikian pula di tingkat penggilingan juga mengalami kenaikan sebesar 4,83 persen, dari Rp. 5.553,57 per kg pada Juli 2023 menjadi Rp. 5.822,08 per kg pada Agustus 2023.

Dibandingkan tahun lalu, rata-rata harga gabah kelompok kualitas GKG di tingkat petani Agustus 2023 mengalami kenaikan 23,17 persen dari Rp. 5.162,50 per kg pada Agustus 2022 menjadi Rp. 6.358,61 per kg pada Agustus 2023, dan di tingkat penggilingan juga mengalami kenaikan 22,65 persen dari 5.239,48 per kg pada Agustus 2022 menjadi 6.426,27 per kg pada Agustus 2023. Kelompok kualitas GKP di tingkat petani juga mengalami kenaikan sebesar 26,35 persen dari Rp. 4.541,80 per kg pada Agustus 2022 menjadi Rp. 5.738,54 per kg pada Agustus 2023. Sedangkan di tingkat penggilingan kualitas GKP juga mengalami kenaikan sebesar 26,20 persen dari Rp. 4.613,28 per kg pada Agustus 2022 menjadi Rp. 5.822,08 per kg pada Agustus 2023.***

Editor: Ali A

Sumber: BPS Jateng


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x