Melihat itu mas kyai menjelaskan kepada Wali Paidi.
"Walau bagaimanapun orang yang punya ilmu itu lebih tinggi derajatnya dari pada orang yang tidak punya ilmu, mereka ini bagaikan pohon, dan yang namanya pohon itu tidak mudah untuk tumbuh dan jumlahnya semakin hari semakin sedikit, beda dengan semak belukar, dimanapun dan kapanpun semak belukar ini bisa tumbuh, dan jumlahnya semakin hari semakin banyak,"
Baca Juga: Wali Paidi Episode 17 Menggoda Setan dan Kekuatan Doa, Ngaji Laku Padepokan Carang Seket
Wali Paidi tersenyum sendiri, mas kyai tahu dengan apa yang dilakukan dan yang dijalankankan olehnya selama ini.
"Inggih mas, akan saya jalankan perintah mas kyai," jawab Wali Paidi.
"Pohon pohon yang sukar untuk diatur kamu sisihkan dulu, carilah pohon pohon yang mudah dan mau untuk diatur dan diarahkan, kalau pohon yang bagus ini sudah tertata, baru kamu tata lagi pohon pohon yang ruwet itu, kalau mereka tetap tidak mau, tinggalkan saja mereka," jelas mas kyai.
"Terus pohon yang ruwet itu buat apa mas kyai?," tanya Wali Paidi.
"Jadikan kayu bakar saja," jawab mas kyai.
"hahahahaha," Wali Paidi tertawa. Bersambung.
Itulah kisah Wali Paidi episode 22 pada sesi Ngaji Laku, ibarat semak belukar dan pohon yang diceritakan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket. Semoga bermanfaat.***