Satupena Jateng Diskusikan Revitalisasi Alun-alun Kota Semarang dari Perspektif Kebudayaan

23 Mei 2022, 08:16 WIB
Satupena Jateng Diskusikan Revitalisasi Alun-alun Kota Semarang dari Perspektif Kebudayaan. /Satuoena Jateng

PORTAL PEKALONGAN - Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Jawa Tengah bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan mendiskusikan soal ''Revitalisasi Alun-Alun Kota Semarang dari Perspektif Kebudayaan'' di Gedung Oudetrap, Jalan Taman Srigunting, Kota Lama, Semarang, PADA Selasa  24 Mei 2022 pukul 09.00-11.00 WIB.

Dari siaran pers yang diterima Portalpekalongan.com, Senin 23 Mei 2022, diskusi tersebut akan dipandu Bendahara Umum Satupena Jateng Jayanto Arus Adi.

Adapun tampil sebagai narasumber adalah Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Ketua Umum Satupena Pusat Denny JA, dan Sekretaris Umum Satupena Jateng Mohammad Agung Ridlo.

Baca Juga: Soroti Kebijakan NPPN, Ketua Satupena Jateng Gunoto Saparie Tegaskan Masih Memberatkan Penulis

Ketua Umum Satupena Jateng Gunoto Saparie mengatakan, Pemkot Semarang telah melakukan revitalisasi alun-alun kota yang berada di sebelah barat kawasan Pasar Johar dan di depan Masjid Agung Kauman.

Alun-alun ini pada tahun 1980-an dihilangkan pada era Wali Kota Iman Soeparto dan menjadi area bisnis dan perdagangan. Protes sejumlah sejarawan dan budayawan seperti Amen Budiman dan Sussatyo Darnawi ketika itu justru terabaikan.

Menurut Gunoto, alun-alun Kota Semarang, sebagaimana alun-alun di kota lain di Jawa, memiliki sejarah perkembangan panjang, baik perkembangan bentuk fisiknya maupun aktivitas yang dilakukan oleh masyarakatnya.

Namun, perkembangan kota yang didominasi dengan aktivitas perdagangan membuat kebutuhan akan ruang guna aktivitas perdagangan semakin meningkat. Akibatnya, alun-alun menjadi tergeser, dihilangkan, dan menjadi tempat untuk kegiatan bisnis yang baru. Tentu saja hal ini memprihatinkan.

Baca Juga: Deklarasi Satupena Jateng, Perkuat Profesi dan Kesejahteraan Penulis, Menolak Plagiasi dan Pembajakan Buku

“Karena itu kita mengapresiasi langkah Pemkot Semarang yang belum lama ini selesai melakukan revitalisasi alun-alun Kota Semarang. Ini berarti, ada kesadaran terhadap pelestarian peninggalan budaya dari kepala daerah dan jajarannya,” kata Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT) ini seraya menambahkan, jika revitalisasi merupakan usaha untuk mengembalikan bentuk dan fungsi alun-alun seperti semula dengan segala aktivitasnya.

Revitalisasi alun-alun ini dianggap penting sebagai upaya melindungi dan melestarikan kawasan tradisional beserta segenap peninggalan fisik dan sistem kegiatan yang ada di dalamnya.

Gunoto menuturkan, kawasan alun-alun merupakan kawasan bekas pusat pemerintahan tradisional. Pusat pemerintahan tradisional ini memiliki pola yang sama dan menjadi ciri khas kota-kota ibukota daerah tingkat II di Jawa.

Baca Juga: GELAR DEKLARASI: Satupena Jateng Serukan Tolak Plagiasi, Pembajakan, dan Penghapusan Pajak bagi Penulis

Ciri khasnya adalah adanya ruang terbuka di tengah kawasan yang disebut alun-alun sebagai pusat orientasi kota. Alun-alun dikelilingi oleh bangunan-bangunan penting, yaitu masjid sebagai tempat beribadah, keraton sebagai pusat pemerintahan kota, dan bangunan-bangunan penting lainnya, bahkan kadang ada penjara pula. Dua pohon beringin besar dan tua juga menjadi penanda yang khas.

“Dalam diskusi nanti, kita berharap bisa menghasilkan sejumlah rekomendasi, agar nilai-nilai lama tetap dianut terutama pada produksi ruang dari sisi kebudayaan untuk menjalankan acara-acara kesenian dan kebudayaan di alun-alun. Di Semarang, misalnya, ada tradisi dugderan menjelang Ramadan, mungkin bisa memanfaatkan alun-alun, sehingga ruang publik ini tetap memiliki orientasi kebudayaan,” katanya.

Apalagi, tambah dia, sesungguhnya alun-alun dengan tiga elemen yang mengitarinya merupakan tempat yang masuk ke dalam lokasi cagar budaya, sehingga harus tetap dijaga keberadaanya. Peran aktif pemerintah daerah harus dilakukan guna menjaga kelestarian dari alun-alun sebagai tempat yang memiliki nilai historis dan kekayaan akan kebudayaan.

Baca Juga: Mengenal Satupena, Apa Saja Program Kegiatannya? Masih Terbuka untuk Bergabung Lho

“Bahkan pada masa lalu masyarakat selalu mendapatkan kesan magis dari alun-alun. Kesan kemagisannya berupa penanaman pohon beringin di tengah-tengah dan setiap sisi alun-alunnya,” tandasnya.***

Editor: Arbian T

Tags

Terkini

Terpopuler