3). Seiso artinya resik atau bersih. Lingkungan sekolah, ruang latihan kerja, dan tempat yang digunakan harus senantiasa bersih. Para siswa dibiasakan dengan budaya resik atau bersih;
4). Seiketsu artinya rawat. Lingkungan dan termasuk peralatan harus senantiasa dirawat dengan baik, semua peralatan dikembalikan pada tempatnya, agar lingkungan belajar dan bekerja kondusif; dan
5). Shitsuke artinya rajin. Siswa membiasakan diri dengan nilai-nilai dalam empat S sebelumnya, agar menjadi habit dan etos yang sudah tertanam di dalam budaya belajar dan budaya kerja para siswa.
Baca Juga: Dandangan, Dugderan, Megengan, Prof Ahmad Rofiq: Syiar Ekonomi dan Ramadhan
Saya ikut menggarisbawahi dengan cetak miring (italic) dan tebal (bold), pada wejangan Ketua Dewan Pembina Romo KH. Muhammad Ulil Albab Arwani, pertama, prestasi SMK NU Ma’arif hendaknya terus disyukuri.
Jasa para mubtadi atau perintis, harus senantiasa diingat dan dikenang sebagai bagian dari tahadduts bi n-ni’mah dengan menziarahi baik sudah wafat atau jika masih hidup disowani.
Kata bijak mengatakan “al-Fadllu li l-mubtadi wa in ahsana l-muqtadi” artinya “Keutamaan itu bagi perintis meskipun penerusnya lebih baik”.
Kedua, merawat kebersamaan dan kekompakan antara para pendiri, pengurus BPPMNU SMK NU Ma’arif, Pembina, Pengurus, Kepala dan Keluarga Besar SMK NU Ma’arif Kudus.
SMK NU Ma’arif Kudus memang sudah melahirkan dua SMK NU Ma’arif 2 dan 3.