PORTAL PEKALONGAN - Sunah adalah sumber hukum Islam yang paling utama setelah Alquran. Sunah kemudian didokumentasikan dalam kumpulan hadist Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga, hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran.
Sikap, tindakan, ucapan, dan cara Rasulullah Muhammad SAW menjalani hidupnya, itulah yang disebut sebagai sunah.
Sunah merupakan bagian dari teladan terbaik umat Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Membantu istri dalam hal pekerjaan rumah, sunah yang mulai banyak ditinggalkan suami padahal tidak merendahkan martabat.
Baca Juga: Mengenal Sosok Imam Syafi'i, Seorang Mufti Besar Umat Islam yang Juga Pendiri dari Mazhab Syafi'i
Banyak suami bisa jadi bersikap cuek terhadap pekerjaan istri di rumah. Meski suami tahu bahwa pekerjaan rumah istri sangat banyak.
Belum lagi mengurus anak-anak dan mendidiknya. Ingat ibu adalah madarasatul 'ula.
Dilansir oleh Portalpekalongan.com dari Instagram Kajian Seru, merupakan kebiasaan dan sunah Nabi Muhammad SAW, yakni membantu pekerjaan istrinya di rumah.
‘Aisyah ra berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesibukan membantu istrinya, dan jika tiba waktu sholat maka Beliau-pun pergi sholat". (HR Bukhari).
Hal ini merupakan sifat tawaadhu’ (rendah hati) Nabi Muhammad SAW dan mencontohkan pada manusia, padahal Beliau adalah seorang pimpinan dan qadhi tertinggi kaum muslimin.
Bisa jadi ada suami yang merasa diri.
Banyak suami yang merasa menjadi rendah jika melakukan perbuatan dan pekerjaan rumah tangga meski itu membantu pekerjaan istri.
Alasannya suami adalah orang besar dan berkedudukan di kantor dan terpandang di masyarakat, atau bos di tempat kerjanya.
Membantu istri sebenarnya bisa dilakukan oleh para suami. Salah satunya, dengan menyanjung, membuat senang, membuat bahagia, yang sederhana saja.
Misalnya menyapu lantai teras rumah, mencuci piring, dan dan hal lain yang terkesan remeh-temeh namun sudah mendapat penilaian positif istri.
Dalam sebuah hadist, ‘Aisyah ra menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW mengerjakan hal-hal sederhana untuk membantu istri-istri Beliau. Antara lain mengangkat ember dan menjahit bajunya yang robek.
Ibnu Hajar al-Asqalani berkata menjelaskan hadits ini, "Di antara akhlak mulia para nabi adalah tawaadhu’ dan sangat jauh dari suka bersenang-senang (bermewah-mewah) dan melatih diri untuk hal ini, agar mereka tidak terus-menerus berada pada kemewahan yang tercela (mewah tidak tercela secara mutlak).” (Fathul Bari kitab adab hal. 472)
Artikel ini sebelumnya tayang di Kliksemarang.com dengan judul “Sunah yang Mulai Banyak Ditinggalkan Suami padahal Tidak Merendahkan Martabat”.***
.