Ustadz Abdul Somad: Berterima Kasihlah pada Habib, Alim, Ulama, Kiai, yang Berceramah Keras

29 November 2022, 18:20 WIB
Ustadz Abdul Somad alias UAS /Screenshot

 

PORTAL PEKALONGAN - Ceramah agama merupakan bentuk dakwah dengan cara lisan agar masyarakat mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

Ada dua macam ceramah yang beredar di masyarakat. Pertama, lemah lembut dan penuh hikmah mengajak pada kebaikan. Kedua, keras dan tegas menentang kezoliman dan kemungkaran.

Dai atau penceramah itu menyampaikan tausiyah dengan versinya masing-masing. Ada yang lemah lembut, atau tegas dan keras.

Baca Juga: Link Nonton Mnet Asian Music Awards (MAMA) 2022, Yuk Intip Infonya!

Ustadz Abdul Somad, dai yang menerima visiting profesor di Brunei Darussalam ini mengatakan bahwa selayaknya umat berterima kasih pada penceramah yang keras dan tegas.

"Berterima kasihlah pada kiai, pada 'alim, pada ulama, pada habaib, yang masih keras suaranya, masih lantang mau melakukan amar ma'ruf nahi mungkar," kata UAS.

Menurut ustadz yang tinggal di Pekanbaru itu ceramah yang keras diperlukan di tengah umat.

Baca Juga: Jangan Bangga Sudah Umroh, Ustadz Abdul Somad: Abu Jahal Setiap Tahun Naik Haji

Keras dan tegasnya ceramah habib atau kiai menandakan perang terhadap kemungkaran.

Keras bukan berarti radikal, tetapi bentuk dan bukti cinta serta kasih sayang ulama kepada bangsa.

"Sesungguhnya mereka masih sayang dengan bangsa ini. Mereka cinta NKRI, mereka cinta persatuan, mereka takut azab itu turun," lanjut Ustadz Abdul Somad.

Wujud cinta para ulama terhadap negeri ini ditandai dengan kerasnya sikap untuk menentang kezoliman dan kemungkaran.

Terkadang ketegasan diperlukan untuk melumat kebatilan. Ada waktu beramah tamah, lemah lembut, tetapi di saat melihat kezoliman merajalela, maka disitulah tegas dan kerasnya dakwah diperlukan.

Baca Juga: Menu Sarapan Sehat di Dunia, dr. Zaidul Akbar: Tempe Makanan Paling Baik

"Mereka takut negeri ini seperti Kaum 'Ad, Tsamud dan Madyan, hanya diam melihat perbuatan mungkar," ujar UAS.

Kisah terdahulu memotivasi para pendakwah untuk bersikap tegas apabila ada sesuatu yang melenceng dari syariat.

Justru diamnya orang terhadap perbuatan yang salah, seperti korupsi, prostitusi, serta kemungkaran lainnya, adalah satu cara mengundang murkanya Allah Swt.

Bukankah kaum terdahulu binasa karena mendiamkan perkara serupa?

Jika hari ini masih ada ulama yang keras terhadap kebatilan, berterima kasihlah, karena dengan hal tersebut, Allah masih menahan murka-Nya.

Baca Juga: Produk Anak Bangsa Jaya! Gitar Buatan Indonesia 'Go' Internasional

Apabila hingga hari ini jiwa masih belum mampu untuk mencegah kemungkaran, jangan usik ulama yang sedang melakukannya.

Jika tidak bisa mendukung ulama berdakwah mencegah kemungkaran, setidaknya jangan hentikan dakwah mereka dengan komentar-komentar negatif, yang cenderung provokatif dan menyudutkan satu pihak.*

Editor: Ali A

Sumber: Tiktok Sahabatuasbatam

Tags

Terkini

Terpopuler