Ramadhan, Alquran, dan Fitrah Kemanusiaan, Prof Ahmad Rofiq: Hidupkan Malam-malam Sucikan Dosa

- 15 April 2022, 11:16 WIB
Prof Ahmad Rofiq
Prof Ahmad Rofiq /

Karena itu, Rasulullah saw menganjurkan memberi takjil, baik melalui infaq atau sedekah, agar kita mampu membahagiaan saudara kita yang berpuasa.
Islam diturunkan untuk merealisasikan kasih sayang Allah di muka bumi ini (rahmatan lil ‘alamin).

Rasulullah Muhammad saw memberikan teladan dan tuntunan, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berpemerintahan, beliau mengedepankan sifat dan sikap lemah lembut namun tegas, selalu menjadi pemaaf, dan bahkan selalu memohonkan ampunan orang lain kepada Allah SWT, dan di atas segalanya sangat menghormati dan mengajak orang lain bermusyawarah dan bekerja keras, namun tetap bertawakkal kepada Allah SWT agar tidak takabbur namun rendah hati. 

Firman Allah: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 159).

Baca Juga: 85,5 Juta Orang Akan Mudik 2022, Djoko Setijowarno : Lelah, Jangan Minum Suplemen, Bahaya!


Mengakhiri renungan ini, mari kita cermati ungkapan al-Syibli, seorang sufi sezaman dengan Al-Hallaj di awal abad ke-10 dalam puisi berikut:

"Setiap rumah yang engkau diami, tidak membutuhkan lampu sama sekali, dan pada hari ketika bukti-bukti dibawakan, maka buktiku adalah wajahmu”. 

Di samping sebagai cahaya spiritual yang sanggup menyinari jiwa-jiwa manusia yang dahaga, Muhammad juga merupakan sandaran yang ampuh yang menghubungkan antara manusia kebanyakan dengan Tuhan.

Karena itu dia disebut barzakh, perantara.

Maka tak salah, kalau pada hari kebangkitan, ketika bukti-bukti amal ditampakkan oleh Tuhan, al-Syibli – dan kita semua – berharap untuk dilumuri cahaya Nabi Junjungan itu, untuk dapat meraup syafaat beliau.

Semoga melalui pemahaman makna diturunkannya Alquran di bulan Ramadhan, kita mampu menjadikan ibadah puasa menjadi perisai diri kita, wasilah dan instrument untuk membersihkan dan mensucikan diri ktia, untuk kembali kepada fitrah kemanusiaan kita. Amin.

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: Prof Ahmad Rofiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah